Part 17

14 0 0
                                    

Jazzy didekap oleh Harry. Dia mencoba berteriak, namun dekapan tangan Harry terlihat erat hingga suara Jazzy kecil terdengar. Paparazzi yang sedang mengikuti Jazzy sedang bersembunyi lantaran, Jazzy mulai curiga dengannya. Alhasil, dia malah kehilangan jejak Jazzy. Harry menarik Jazzy ke tempat yang sedikit membuatnya aman.

Ketika Harry membawa Jazzy ke tempat yang benar-benar aman, Harry melepas dekapan tangannya pada mulut Jazzy. Jelas sekali Jazzy dibuat kaget. Ketika Jazzy akan berbicara. "Sstttt!!" ucap Harry.

"Harrrr....," ucapan Jazzy segera Harry berhentikan karena Paparazzi itu mulai mencari keberadaan Jazzy.

Dengan suara kecilnya Harry angkat bicara, "lihat itu! Dari tadi, kamu diikuti olehnya. Berita ini yang akan menyebar besok pagi," kata Harry.

Jazzy memperhatikan gerak-gerik si penguntitnya. Jantung Jazzy mulai dag-dig-dug. Dia mulai khawatir dengan kenyataan dari pilihan yang selama ini datang padanya. "Tuhan, pertanda apa ini?" kata batin Jazzy. Kemudian, Harry mengajak Jazzy untuk pergi ke tempat yang benar-benar jauh dari penglihatan Paparazzi itu.

Ketika mereka tiba di tempat yang benar terjamin. Harry segera menceramahi Jazzy.
"Kamu tuh ya! Aku sudah bilang, jangan sok strong-lah. Keluar malam-malam tanpa ijin dari aku. Kalau kamu ada apa-apa bagaimana, hah? Mereka akan menyalahkanku, Jaz! Tidak usah bersikap mandiri seperti ini. Pergi tanpa ada yg menemanimu. Kamu pikir itu ide bagus? Kamu pikir itu bisa bikin orang nyaman? Tidak!...." Harry terus melanjutkan bicaranya. Sedangkan hati Jazzy sedang bergumam sendiri, perlahan dia mulai tidak fokus dengan apa yang Harry ucapkan. Matanya menatap Harry. Dia bisa melihat bahwa Harry begitu khawatir padanya. Seketika itu juga, Jazzy mengingat sesuatu yang sebenarnya sedang akan dia lupakan. Air matanya, mulai memenuhi matanya.

"Pilihan itu,...." kata batin Jazzy.

Jazzy segera berbalik arah, dia tak ingin Harry melihat dirinya menangis. Lalu ketika Harry selesai menceramahi Jazzy. Saatnya Jazzy angkat bicara.

"Harry....satu hal perlu kamu tau. Alasan aku menerima pekerjaan ini adalah Cella." kata Jazzy.

Harry terkejut mendengarnya, "Cella?" ucapnya.

"Ya, dia alasan satu-satunya mengapa aku menerima pekerjaan ini. Aku hanya ingin menunjukkan padanya kalau aku itu bisa mandiri. Aku berusaha kuliah di tempat yang jauh dari orang tua ku. Tapi apa? Orang tuaku masih saja memperlakukan aku dengan manja. Terkadang aku malu dengan sikap orangtua, mereka terlalu berlebihan. Tapi disatu sisi, aku yakin, mereka melakukan itu karena mereka sayang padaku. Cella benar, aku memikirkan kata-katanya berhari-hari hingga suatu saat aku memilih untuk berkuliah di New York. Tak hanya sampai disitu, Cella masih saja menguntitku dan menyindirku lantaran aku masih menggunakan fasilitas orangtuaku...." tiba-tiba ucapan Jazzy sengaja di potong oleh Harry.

"Jaz...," ucap Harry. Namun Jazzy mengenyahkannya. Dia melanjutkannya lagi.

"Dan ketika aku menerima pekerjaan itu. Aku merasa bahwa hari-hariku akan dipenuhi dengan badmood, karena pertemuan pertama kita sudah tidak akur. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan dan perlahan sikap itu berubah. Aku bahkan tidak merasa bahwa aku bekerja padamu, karena mungkin kamu terlalu memperlakukanku dengan hati-hati. Hati-hati yang aku maksud adalah kamu terlalu menjaga yang seharusnya itu adalah tugas aku. Kamu yang terlalu menjaga image aku, yang seharusnya itu menjadi tugas aku. Serta kamu yang terlalu banyak omong, yang sebenarnya aku bisa lebih cerewet darimu. Harry apa kamu sadar itu? Bahwa aku bekerja denganmu tidak lebih hanya untuk merepotkanmu saja, aku bekerja denganmu telah banyak menimbulkan masalah dalam hidup kamu. Aku tidak ingin mengganggu hidup kamu lebih jauh lagi walau aku tahu, kita sekarang telah akur. Tapi keakuran kita lebih kecil dari sikap kita yang selalu berbeda pendapat. Dan aku mau,....."

My Love is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang