Jazzy tercengang mendengar Harry mengatakan hal itu padanya. Beberapa saat kemudian matanya mulai berlinang air mata. Jazzy berusaha membuka mulutnya.
"Harry kamu salah paham, please dengarkan aku!" ucap Jazzy.
Harry menggelengkan kepalanya. "Jazzy aku rasa kamu yang telah berburuk sangka pada Olivia. Dia telah beberapa kali dituduh oleh mu bahkan aku sempat mulai percaya padamu. Tapi kamu melukai kepercayaan aku dengan mengatakan hal-hal itu Jaz," kata Harry.
Air mata Jazzy mulai membasahi pipinya. Jazzy lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Pembicaraan mereka saat ini, tengah di saksikan oleh beberapa crew One Direction, termasuk Zayn, Gemma, Niall, Liam, Louis serta pacar Louis, Eleanor. Mereka baru melihat Harry semarah itu pada Jazzy. Sebelumnya Harry tidak pernah marah terhadap orang yang dia anggap dekat. Bahkan Zayn tidak menyangkan Harry bisa marah pada Jazzy, yang dia lindungi.
"Sekarang kamu mau apa? Cepat katakan Jazzy!" kata Harry.
Jazzy menundukkan kepalanya, karena air matanya mulai deras membasahi pipinya. "Harry...., please!" kata Jazzy lagi.
"Oh! Bukan karena aku terus menolak mu untuk berhenti dari pekerjaan ini, lalu kamu berusaha mencari-cari untuk itu. Okay, mau kamu itu kan? Kamu mau berhenti dari pekerjaan ini? HAH?! Aku turuti permintaan kamu! Kamu tidak perlu bekerja untuk menjadi seorang asisten lagi. Kamu tidak perlu bertemu denganku lagi. Kamu tidak perlu menemui orang-orang disekitarku, terutama keluargaku. Aku tidak ingin melihatmu lagi!" kata Harry dengan napasnya yang terdengar terengah-engah.
"Apa?" ucap batin Jazzy.
Kemudian, Harry mengajak Olivia pergi dari tempat itu. Mereka langsung pergi entah kemana. Sedangkan Jazzy terdiam dengan ucapan Harry barusan. Dia menangis. Perlahan dirinya merasa lemas. Kertas yang digenggamnya terlepas dari tangannya dan terjauh ke lantai. Gemma menghampiri Jazzy.
"Jazzy jangan menangis, sudahlah. Aku yakin ini hanya sesaat," kata Gemma seraya memegang pundak Jazzy.
Niall dan Liam pun turut mendekati Jazzy. "Iya Jaz. Harry memang suka seperti itu, tapi biasanya itu cuma sebentar kok. Jangan anggap itu serius," kata Niall.
Jazzy menghapus airmatanya. "Tidak, aku tidak pernah melihat dia seserius dan semarah itu. Sekarang aku hanya ingin sendiri. Sorry," kata Jazzy. Lalu dia mengambil tasnya dan pergi dari hadapan mereka semua.
Jazzy berjalan keluar. Menyusuri trotoar di dekat tempat latihan One Direction. Dia menangis lagi. Dalam benaknya hanya ada kata-kata Harry.
"Aku tidak pernah mendengar dan melihat dia semarah itu," ucap batin Jazzy.
"Dia bilang kalau kita tidak seperti seorang rekan kerja? Dulu dia bilang kalau kita lebih dari seorang rekan kerja bahkan teman. Tapi kenapa dia bilang kalau aku hanya seorang asisten. Itu menyakitkan Harry," kata batin Jazzy lagi.
"Dan seharusnya aku tidak menganggap serius omongan dia dulu. Tidak seharusnya aku larut dalam keadaan itu dulu. Karena benar, bermain dalam sebuah permainan yang kita tidak ketahui sebelumnya, akan berakhir menyakitkan," gumamnya.
Air matanya tak henti-hentinya terurai. Jazzy belum pernah merasakan sakit gara-gara persoalan seperti itu. Bahkan ketika dia putus dari pacarnya, dia tidak pernah sesakit ini. Dia terus menyusuri jalan di trotoar itu hingga dia menemukan arah kemana dia harus pergi.
Di tempat lain, Zayn, Niall, Liam, Louis, Gemma serta Eleanor masih terdiam memikirkan hal yang barusan dia dengar bersama.
"Aku yakin dia salah paham," ucap Gemma.
"Tidak pernah aku melihat Harry sekasar itu pada wanita, apalagi itu Jazzy. Mana bisa dia seperti itu?" kata Louis.
"Guys lihat itu!" sahut Zayn tiba-tiba. Tanpa disadari, Zayn melihat sebuah remasan kertas di lantai, tepat dimana Jazzy berdiri tadi. Lalu Zayn mengambilnya dan membukanya.
"Lihat ini," kata Zayn. Kemudian yang lainnya mendekat pada Zayn. Mereka melihat apa yang terlihat pada kertas itu.
Zayn segera membuat sebuah kesimpulan tak pasti. "Kertas ini sepertinya berisi sebuah design Jazzy. Kalian tahu kan kalau Jazzy sedang ada beberapa project untuk seorang designer? Ya! Ini design Jazzy, tapi kenapa luntur?" kata Zayn.
"Air? Lihat gelas itu," sambung Gemma.
"Aku rasa seseorang menumpahkan air itu pada design Jazzy. Karena tidak mungkin Jazzy menumpahkannya secara sengaja. Dia sangat hati-hati akan hal ini," lanjut Zayn.
"Aku rasa penyebab Jazzy marah karena ini. Jazzy mungkin tidak bermaksud untuk memukulnya. Jazzy mungkin mencoba untuk meremas kertas ini di depan mukanya. Karena dia yang telah menumpahkan air itu pada design sketsa Jazzy," lanjut Zayn lagi.
"Aku rasa apa yang Zayn katakan itu benar. Guys pikirkan lagi," kata Niall.
"Tapi bisa saja Jazzy tanpa sengaja menyenggol gelas itu, siapa yang tahu?" sahut Liam.
"Bukan. Bukan masalah itu, masalahnya adalah mengapa Jazzy tadi seolah mengepalkan tangannya di depan Olivia. Dan perlahan tangan Jazzy turun dengan seolah dia menggenggam sesuatu," komentar Louis.
"Dan yang dia genggam itu design sketsanya. Dia takut kalau Harry mengetahui hal itu dan Harry semakin mempersalahkan Jazzy, benarkah?" sahut Eleanor.
"Guys! Jazzy benar! Harry telah salah paham padanya. Kita harus cepat kasih tahu Harry masalah ini," kata Niall.
"Tidak Niall! Saat ini Harry dalam mood yang tidak bagus. Dia sedang marah dengan Jazzy. Jika kita mengatakan hal ini padanya, Harry tidak akan mempercayai kita. Dia akan beranggapan bahwa kita membela Jazzy. Kita cari cara lain," kata Gemma.
"Aku tahu!" ucap Zayn.
Kemudian mereka berbisik satu sama lain. Setelah semuanya sepakat dengan rencana Zayn. Maka, mereka segera mencuri waktu untuk melaksanakannya.
Saat ini, Jazzy sedang menuju rumah Abby. Dia dengan derai air mata hanya tertuju pada Abby, yang bisa diajak curhat dan mencari jalan keluar untuk masalahnya sekarang.
Jazzy terkejut ketika dia tiba di depan pintu rumah Abby. Dengan masih tersisa air mata dipipinya, Jazzy melihat sesuatu yang membuatnya terjatuh karena orang-orang yang dia sayang.
Jazzy melihat Alex di rumah Abby. Keduanya terlihat sangat dekat, layaknya seorang sepasang kekasih.
"Kalian?" kata Jazzy.
"Jazzy?!" ucap Abby dan Alex bersamaan.
Batin Jazzy bergumam, "jadi benar apa yang Olivia katakan?".
Jazzy segera pergi dari rumah Abby. Dia pergi lantaran sakit yang baru saja dibuat Harry harus terluka lagi karena Abby dan Alex. Dia segera melaju dengan cepat agar Alex tidak menyusulnya.
Jazzy terhenti di sebuah jalan dimana dia sedikit bisa bernapas lega. Tempat sepi di dekat rumah neneknya menjadi tempat andalannya. Taman bermain ketika masih kecil ternyata sedikit membuat Jazzy rindu akan kenangan-kenangannya.
Air matanya berlinang lagi, ketika desir angin menerpa wajahnya. Lalu Jazzy, bergumam pada batinnya. "Kenapa kalian bisa-bisanya menyakitiku? Apa salahku? Harry, ketika ucapanmu dulu adalah perisai, dan perisai itu perlahan menjauh dariku, itu benar-benar membuatku terluka. Abby, seorang teman yang telah aku anggap sebagai saudara bisa-bisa melakukan hal itu padaku. Benarkah kesetiaan itu akan selalu terbalas dengan kebohongan? Dan Alex, aku telah belajar untuk mencintaimu. Tapi kenapa kamu bersikap seperti, kamu tahu bahwa Abby adalah sahabat aku, tapi kenapa kamu melakukan hal itu?" kata batin Jazzy.
Jazzy berdesis. "Lalu apa yang harus aku lakukan? Kalian adalah orang-orang yang aku sayang. Aku telah kehilangan sosok kakak dalam diri Harry. Aku kehilangan sosok saudara dalam diri Abby. Dan aku kehilangan seorang spesial di hatiku. Tuhan, apakah ini salah satu rencanaMu?" kata batin Jazzy lagi.
Beberapa saat Jazzy berpikir, kemudian dia segera pulang kembali ke rumah ketika hari telah berkata petang. Malam akan segera menyambut Jazzy. Apakah yang akan terjadi pada Jazzy, Harry, Alex, Olivia, serta Abby? Apa rencana Zayn, Gemma, Niall, Louis, dan Liam?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is You
FanfictionMy LOVE is YOU ini menceritakan tentang kehidupan remaja di bangku perkuliahan. Seorang cewek, yang sok cuek, terlalu memikirkan sesuatu yang tidak penting, peduli, pintar, dan kaya, yang bernama Jazmyn Jensen. Sebenarnya dia tertarik pada seorang i...