Part 2

112 16 17
                                    

"Karena aromamu menarik, Josie," jawab Luna spontan.

Josie mengendus bahu dan lengannya, dia masih bingung dengan jawaban Luna. "Oh, kau suka parfumku?"

"Anggap saja begitu, hehe."

Gadis dengan tinggi semampai itu memperhatikan Luna dari atas kepala sampai kaki, menggunakan perasaannya untuk mengambil keputusan. "Sepertinya dia anak yang baik dan jujur."

"Josie, bagaimana?" tanya Luna untuk membuyarkan apa yang sedang Josie pikirkan.

"Baiklah, ayo berteman! Tapi, kau tidak boleh mengganggu waktu belajarku, aku ingin mendapatkan nilai terbaik di sekolah ini."

"Kau tenang saja, aku hanya ingin dekat denganmu."

Tapi, setelah diperhatikan lebih teliti, ada yang berbeda dari Luna. Josie bingung, kalau dikatakan sakit, tidak ada tanda-tanda tubuhnya lemas, yang ada malah semangat dan bahagia. Daripada mati penasaran, lebih baik Josie bertanya langsung. "Apa kau sakit? Kulitmu terlihat pucat sekali."

"Aku tidak sakit, hanya saja memang kulitku ditakdirkan seperti ini." Luna masih tersenyum manis, dia tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya karena bisa berteman dekat dengan Josie. Sudah lama sekali dia tidak merasakan kebahagiaan seperti ini. Batinnya ikut bersuara, "Menemukan manusia yang memiliki aroma menarik dan jiwa pemberani, bukankah Josie terlalu sempurna untuk dijadikan teman?"

Saat menginjakkan kaki di kantin, Josie sudah seperti selebriti, dia menjadi pusat perhatian, banyak siswa yang berbisik-bisik membicarakan Josie di belakang. Tapi, dia tidak peduli, hal seperti ini sudah biasa. Pujian atau cacian, tidak akan bisa menggoyahkan.

Josie memesan dua piring nasi goreng, hari ini dia mentraktir Luna.

"Josie, aku tidak lapar. Kau saja yang makan."

"Tidak apa-apa, aku sedang berusaha jadi teman yang baik."

Ini pertama kalinya Josie membelikan makanan untuk orang lain. Sebelumnya, bukannya dia tidak mau, hanya saja tidak ada yang mau berteman dengannya, jadi dia tidak punya kesempatan untuk melakukan itu.

Luna menatap nasi goreng yang tersaji di hadapannya dengan ragu, antara mau makan atau tidak. Dia tidak ingin identitasnya ketahuan dan membuat Josie berpikiran yang macam-macam. Demi mengelabui Josie, dia rela memakan makanan itu dengan lahap, membuat perutnya terasa sedikit aneh.

"Josie, aku ke toilet sebentar ya?" tutur Luna dengan raut wajah yang santai.

"Baiklah."

Josie sangat menikmati nasi goreng, makanan favoritnya itu tidak pernah gagal membuat hatinya membaik setelah darahnya mendidih ketika bertarung dengan Lea tadi. Nasi goreng juga mengingatkan dia pada kedua orangtuanya yang kini sudah pergi jauh meninggalkan dunia.

Di toilet, Luna memuntahkan semua makanan yang dia masukkan beberapa menit yang lalu. Berkat Josie, dia jadi tahu bagaimana rasanya benda berjalan masuk ke dalam perut. Luna tahu, jika tidak dikeluarkan, substansi itu akan tetap diam dan sangat menganggu, bahkan terasa aneh serta tidak nyaman.

Setelah membersihkan mulut dan merapikan rambut dengan jari-jari tangannya, Luna keluar dari toilet. Betapa terkejutnya Luna ketika mendapati ada laki-laki yang menarik lengannya dengan secepat kilat dan mendorong tubuhnya sampai punggung Luna beradu dengan tembok.

"Apa kau gila?" bentak Luna dengan suara yang lirih. Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri secara bergantian, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang akan mendengarkan percakapannya.

"Jauhi Josie! Anak baru itu berbahaya," ujar laki-laki itu dengan raut wajah yang serius.

"Kau belum dekat dengannya, Drake."

"Keberadaan dia bisa jadi ancaman untuk keluarga kita. Kau tidak lihat bagaimana dia membuat masalah selama dua hari ini? Sikap sok pahlawan, aku sangat tidak menyukainya." Drake menyilangkan kedua tangannya seraya mendengkus kesal.

"Kau tahu, aku tidak akan mendekati manusia sembarangan. Jika ada yang membuatku tertarik, itu pasti ada sesuatu yang istimewa. Kau sudah mencium aromanya? Aku bersumpah demi ketampanan Lee Taeyong, dia benar-benar menenangkan dan manis. Bukankah dia yang Nick cari selama ini?"

Mendengar penjelasan dari Luna, membuat Drake mengerutkan dahi, dia memang belum merasakan aroma tubuh Josie dari jarak dekat, yang dia tahu, Josie adalah manusia tidak gentar dengan apapun dan suka berkelahi. "Mungkinkah dia..."

1000 Years || Lee Haechan - SUDAH TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang