Part 1

238 20 7
                                    

Kepalan tangan seorang gadis berusia 18 tahun itu terlihat semakin kuat, kuda-kuda kakinya sudah kokoh, siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, entah dia yang akan menyerang kembali atau bertahan menerima serangan dari lawan.

"Hentikan atau akan ku ajarkan bagaimana cara bertarung sesungguhnya?" ucap Josie dengan lantang. Gadis itu memberikan peringatan agar lawan yang ada di hadapannya ini tidak melanjutkan aksinya.

"Kau pikir aku akan mundur? Anak baru seharusnya tidak banyak tingkah, bukan?" Lea menyeringai, dia meludahkan darah yang mengucur dari dalam sudut bibirnya akibat pukulan keras yang dilayangkan Josie beberapa menit yang lalu.

Tidak ingin kalah, Lea berjalan ke depan, dengan sisa tenaga yang ada, satu tendangan sabit dia ayunkan, berharap Josie tumbang dengan sekali hantaman. Tapi, Josie tidak sebodoh itu, dia mampu mengelak dengan baik, bahkan masih bisa tersenyum tipis, lalu memberikan pukulan cakar harimau pada Lea, tentu saja membuat Lea melangkah mundur hingga terjerembap ke lantai.

"Harusnya kau berhenti saat aku memintamu dengan baik-baik." Josie membersihkan bajunya yang sedikit kotor, dia menghampiri Lea sembari mengatur napas.

Gadis itu berjongkok di hadapan Lea seraya berkata, "Kalau kau tidak bisa menjadi orang yang pandai, setidaknya jadilah orang baik." Josie mengeluarkan sapu tangan dari saku baju dan melemparkannya tepat mengenai wajah Lea. Bukan tanpa alasan, Josie mengatakan hal itu karena dia tahu saat proses belajar di kelas, Lea tidak pernah bisa menjawab soal yang diberikan oleh guru.

Jangan tanyakan bagaimana kekesalan seorang Lea, dia meremas sapu tangan pemberian dari Josie. Sorot matanya penuh dengan kemarahan. Meski begitu, dia tidak mau lagi memaksakan diri untuk melawan, karena rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya benar-benar sulit untuk diuraikan.

Melihat keberanian seorang Josie Mariana membuat banyak pasang mata yang berada di luar jendela kelas jadi keheranan dan berdecak kagum. Sebelumnya, para kaum hawa tidak ada yang berani melawan Lea, karena dia adalah manusia berbadan tambun yang paling ditakuti di SMA Sunmoon.

Terhitung sudah dua hari Josie duduk di sekolah ini. Tapi, matanya dibuat panas karena melihat masih ada sistem perundungan yang seharusnya sudah lenyap dari permukaan bumi. Josie paling tidak bisa menyaksikan orang lain jadi korban, sehingga dia memutuskan untuk menolong Luna, yang hari ini diganggu oleh Lea.

"Ayo bangun! Lea tidak akan mengganggumu lagi." Josie menarik lengan Luna, gadis itu terlihat sangat ketakutan karena tadi mendapatkan perlakuan kasar dari Lea.

"Terima kasih," kata Luna seraya berusaha menguatkan kakinya untuk berdiri.

"Sama-sama. Ada senyum lega yang terukir di wajah Josie, dia merasa senang bisa membantu. Lalu, Josie berjalan meninggalkan Luna dan menuju ke kantin. Bertarung tanpa makan apa-apa dari pagi, sudah dapat dipastikan Josie butuh asupan nutrisi agar tenaganya pulih kembali.

"Hei, tunggu!"

Langkah Josie terhenti, dia menoleh ke belakang dan mendapati Luna mengejarnya dengan susah payah.

"Ada apa?"

"Maukah kau berteman denganku? Aku akan senang sekali jika memiliki teman sepertimu," pinta Luna sambil matanya berkedip dua kali.

Menurut Josie, anak ini lucu sekali. Sebenarnya Josie tidak ingin berteman dengan siapapun, merepotkan katanya. Dia sudah terbiasa sendiri sejak dulu, bahkan di sekolahnya yang lama dia tidak punya teman satupun.

Menyandang gelar juara umum dari tingkat sekolah dasar sampai SMA, membuat dirinya dimusuhi banyak manusia. Prestasi di dunia pencak silat, sudah tidak perlu diragukan lagi. Layaknya burung merpati, Josie selalu sempurna dalam menjalankan tugas yang dibebankan padanya. Parasnya Josie juga tidak kalah dari artis Korea yang kulitnya sebening embun, gadis mana yang tidak iri? Josie adalah definisi manusia yang nyaris sempurna dalam hal akademik maupun non akademik.

"Kenapa kau ingin berteman denganku?"

1000 Years || Lee Haechan - SUDAH TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang