Part 5

72 14 5
                                    

Setelah meninggalkan kelas untuk izin ke toilet, Nick tidak kembali, bahkan sampai jam pulang pun dia menghilang seperti asap yang diterpa angin.

Josie menaruh curiga pada laki-laki itu. Melihat perubahan warna iris mata seorang manusia adalah sesuatu yang baru dan dia sungguh ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi.

Tanpa bertemankan Luna, Josie mencari Nick dari satu kelas ke kelas yang lain, tapi, tidak menemukan hasil. Sampailah kakinya berdiri di pinggir hutan belakang sekolah. Semula, hanya ada burung yang bersahut-sahutan terbang ke sana kemari. Sadar karena terlalu jauh mencari Nick, Josie berbalik arah dan memutuskan untuk pulang ke asrama saja. Langkah kaki gadis itu terhenti saat telinganya mendengar bunyi ranting yang patah.

Josie menoleh ke belakang, dia membelalakkan matanya saat melihat ada serigala yang perlahan keluar dari semak-semak, kisaran tingginya mencapai satu meter. Tidak ingin menjadi santapan binatang buas, Josie berlari sekencang-kencangnya, lebih lesat dari kuda. Serangan panik datang mendera, kaki gadis itu tersandung batu dan tubuhnya jatuh telungkup ke tanah. Lututnya terluka, darah segar mengalir tanpa jeda.

Josie meringis kesakitan, dia pasrah, tubuhnya terasa lemah karena terlalu keras beradu dengan tanah. Jika dia harus mati hari ini, mungkin itulah takdir yang harus dia terima. Tapi, nyatanya semesta berkata lain.

"Josie?"

Josie mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang sedang berbicara.

"Kau siapa?"

"Aku salah satu penjaga di sekolah ini." Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk membantu Josie berdiri.

"Aku melihat ada serigala besar dari arah sana. Apa kau pernah melihatnya?" Josie berdiri dengan susah payah dan menunjuk arah serigala itu muncul. Tapi, sekarang serigala itu sudah tidak ada di sana. Josie pikir, mungkin binatang itu sudah kabur ke dalam hutan.

"Tidak, aku tidak pernah melihatnya. Sekolah ini aman dari segala hal, Josie. Kecuali—"

"Kecuali apa?"

"Sudahlah, lupakan. Lututmu perlu mendapatkan perawatan. Ayo, ikut aku!"

Tanpa persetujuan dari Josie, laki-laki itu menarik lengan gadis itu dan membawanya ke ruang UKS. Seperti sudah berpengalaman, dia membersihkan luka, membubuhkan obat dan melilit perban layaknya dokter sungguhan.

Josie hanya diam sambil memperhatikan apa yang laki-laki itu lakukan, banyak sekali pertanyaan yang bergelantungan di kepala. Tapi, dia urungkan, takut mengganggu konsentrasi katanya. Dia juga baru sadar kalau sedari tadi laki-laki ini dengan fasih menyebutkan namanya. Josie pikir apa dia memang seterkenal itu? Sampai-sampai penjaga sekolah pun mengenalinya.

"Darimana kau tahu namaku?" tanya Josie dengan ragu-ragu, dia sudah tidak bisa menahan mulut untuk mengetahui apa yang ingin dia ketahui.

"Hanya kau satu-satunya murid pindahan yang bisa masuk ke sekolah ini, jelas aku tahu."

"Benarkah? Apakah tidak ada anak lain yang bisa masuk ke sini?"

"Sekolah ini bukan sekolah biasa, Josie. Kau masih baru, jadi belum tahu banyak."

Josie pikir semua anak dari luar negeri bisa pindah ke SMA Sunmoon dengan mudah. Josie ingat dia mendapatkan brosur tentang SMA Sunmoon ketika dia membuka pintu di pagi hari. Brosur itu tergeletak di atas teras, tanpa tahu siapa yang meletakkannya. Keputusannya untuk pindah sekolah bukan tanpa alasan, Josie tergiur ketika SMA Sunmoon menawarkan asrama gratis bagi anak yang berprestasi dan memberikan uang bulanan untuk menunjang kehidupan. Lagipula kalau berlama-lama di Helliconia, dia takut akan terkena penyakit seperti yang dialami seluruh keluarganya. Jadi, tidak apa-apa jika harus beradaptasi lagi, yang penting nyawanya selamat dan sekolahnya tetap jalan.

"Kalau begitu beritahu aku. Dimulai dari siapa namamu?"

1000 Years || Lee Haechan - SUDAH TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang