Part 40

59 11 0
                                    

Pukul 06.40 pagi, Josie sudah berada di sekolah. Dia ingin mencari buku pegangan untuk menunjang pembelajaran di perpustakaan. Murid-murid lainnya masih banyak yang belum hadir. Ketika menemukan Josie sedang berjalan di koridor, Mr.Marvin segera memanggil untuk meminta tolong.

"Josie, bisakah kau ambilkan buku paket matematika di Toko Gemini Books yang ada di ujung sana? Aku sudah memesannya kemarin, kau tinggal ambil saja. Ada pekerjaan lain yang harus ku selesaikan sekarang juga." Mr.Marvin menunjuk toko buku yang letaknya hanya 150 meter dari SMA Sunmoon.

"Baiklah." Josie mengangguk singkat. Gadis itu segera berjalan ke sana.

Dalam perjalanan ke toko buku itu, Josie merasakan ada keanehan yang dia sadari, seperti ada yang mengikutinya dari belakang. Josie tidak mau menoleh, dia mempercepat langkahnya dan memasuki toko dengan perasaan yang sudah tidak tenang. Josie segera mengutarakan maksud kedatangannya kepada penjaga toko.

"Aku ingin mengambil pesanan Mr.Marvin," kata Josie sambil mengatur napas.

Raut wajah penjaga toko buku itu terlihat sangat aneh, dia tersenyum pada Josie, bukan senyuman biasa, melainkan senyuman yang sepertinya punya arti yang berbeda.

"Apa kau mengenalku?" tanya Josie penasaran.

Laki-laki itu masih sibuk membelakangi Josie, mencari buku pesanan Mr.Marvin di atas rak. Betapa terkejutnya Josie saat sosok itu berbalik sudah menggenggam sebilah pisau di tangan kanannya. Entah dari mana pisau itu dia dapatkan, Josie pun tidak tahu. Senyumannya berubah menjadi lebih mengerikan.

"Kau ingin membunuhku? Coba saja!" tantang Josie. Gadis itu tidak ingin dikuasai panik, dia tetap enjoy agar bisa melakukan serangan dan belaan dengan pikiran yang jernih.

"Josie, sudah lama aku menahan diri untuk tidak menghampirimu. Karena banyak yang melindungimu, aku jadi kesulitan," ucap laki-laki itu sambil berjalan perlahan mendatangi Josie.

Josie masih berpikir keras, menebak siapa kira-kira manusia yang ada di hadapannya ini. Seingatnya, dia tidak punya musuh lain selain vampir liar. Kalau dilihat dari ciri-ciri tubuhnya, laki-laki yang ada di depannya ini adalah manusia biasa. Iris matanya tidak berwarna merah, giginya juga tidak bertaring. Sudah dapat dipastikan dia bukan vampir.

"Baiklah, apa aku punya salah padamu sehingga kau ingin membunuhku?" Josie memundurkan kakinya selangkah demi selangkah. Gadis itu ingin tahu apa yang menyebabkan laki-laki ini mengincarnya.

"Aku hanya menjalankan tugas, Jo. Kata anak-anak lain, kau adalah anak pemberani. Tapi, melihatmu mundur seperti ini, aku jadi meragukannya." Laki-laki itu masih memainkan pisaunya seraya tersenyum tipis.

"Oh ya? Siapa yang menyuruhmu?"

"Bukan hal penting."

Kaki Josie sudah menempel ke dinding dinding, posisinya saat ini tidak bisa untuk mundur lagi, matanya fokus melihat gerakan tangan laki-laki itu. Waspada jika pisau itu diayunkan menyerang tubuhnya.

"Aku akan memberimu waktu untuk mengatakan permintaan terakhirmu. Akan ku sampaikan pada Nick dan keluarganya."

Josie tidak menampakkan raut wajah kaget, dia bisa memasang wajah datar agar tidak ketahuan gugupnya. Gadis itu masih menutup mulut, dia tidak ingin terkecoh dengan ucapan dari orang asing ini. Bisa saja itu jebakan untuk menggoyahkan mentalnya.

"Apa kau tidak ingin tahu bagaimana aku mengenal mereka?"

"Bukan hal penting." Josie membalikkan ucapan yang laki-laki itu katakan beberapa detik yang lalu.

"Kau memang menarik, Jo. Baiklah, kita akhiri saja semua ini." Laki-laki itu mengeratkan genggamannya bersiap untuk mengalirkan serangan yang ditujukan untuk Josie. Sementara Josie, juga sudah siap dengan jurus silatnya.

Makhluk asing itu melajukan arah pisaunya secepat kilat ke bagian leher Josie. Untung saja Josie cepat menunduk dan dengan sigap menangkap lengan kanan lawan. Josie berusaha menjatuhkan pisau dengan memukul pergelangan tangan musuhnya. Nahas, pisau itu masih kuat berada dalam genggaman. Josie mendapatkan serangan tendangan pada bagian perut karena terlalu fokus dengan pisau, otomatis membuat Josie merasakan ngilu yang luar biasa, apalagi pagi ini dia melewatkan waktu sarapan, jelas membuat energinya berkurang.

"Katakan padaku, siapa yang menyuruhmu melakukan ini?"

"Coba kau ingat-ingat lagi siapa yang pernah kau sakiti, Jo?" jawab laki-laki itu. Wajahnya sudah merah padam, seperti menyimpan dendam.

1000 Years || Lee Haechan - SUDAH TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang