13. GUE BERHASIL, NJA?

1.6K 169 46
                                    

JANGAN LUPA BUAT VOTE&KOMEN YAWW

LUV LUV YANG NYEMPETIN BUAT VOTE&KOMEN 😍

Chapter ini ada 3000 kata lebih, sama kayak chapter sebelumnya. Sebagai permintaan maaf karena lama updatenya.

Tolong, tandai typonya ya

Okey

Mari masuk cerita!!!

Seorang anak dituntut untuk memenuhi ekspetasi dan harapan orang tuanya, kenapa? Anak tidak meminta untuk dilahirkan, orang tua sendiri yang menginginkan kelahiran seorang anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang anak dituntut untuk memenuhi ekspetasi dan harapan orang tuanya, kenapa? Anak tidak meminta untuk dilahirkan, orang tua sendiri yang menginginkan kelahiran seorang anak. Lalu kenapa saat anak itu tidak memenuhi ekspetasi orang tua, anak selalu yang disalahkan.

Anak bukan investasi ataupun ajang perlombaan, anak adalah tanggung jawab. Lalu kenapa anak harus bertanggung jawab atas ekspetasi dan kebahagian orang tuanya? Apakah mereka lahir hanya untuk kepuasan orang tuanya? Tidak!

Bianca Alyata, dia adalah anak tunggal dari pasangan pengusaha sukses. Tumbuh tanpa kasih sayang dan hanya berteman dengan sunyi. Menangis sendirian di malam hari, menangis tanpa suara jauh lebih menyakitkan. Berusaha untuk terlihat baik-baik saja tidaklah mudah.

Gadis dengan piyama berwarna biru muda itu duduk di lantai balkon kamarnya dengan selimut tembal yang menyelimuti tubuhnya. Ia menatap ponselnya saat mendengar suara notifikasi dari Instagramnya, ia terkekeh dengan raut wajah sedih.

"Sampai kapan gue jadi orang lain?" tanyanya entah kepada siapa.

Bianca mengeratkan selimut pada tubuhnya, ia tersenyum getir mengingat semua yang sudah ia lalui. "Gue capek" ujarnya lalu menangis dalam diam.

Suara ketokkan pintu mengalihkan perhatiannya, Bianca mengatur napasnya. "Iya?" sahautnya.

"Waktunya makan malam, Non. Bapak dan Ibu sudah menunggu di bawah" ujar pembantu yang bekerja di rumahnya.

"Iya!" Bianca membuang napas lelah, ia mencuci wajahnya lalu keluar dari kamarnya.

Menuruni tangga dan berjalan menuju ruang makan, kedua orang tuanya sudah menunggunya di sana. Bianca mengepalkan tangan di kedua sisi tubuhnya lalu memejamkan matanya sebentar.

"Selamat malam" sapanya pelan yang hanya dibalas dengan gumaman oleh kedua orang tuanya. Bianca duduk dengan tenang, ia menyuapkan makanannya dengan pelan.

"Gimana? Udah berhasil belum kamu dapetin Astala?" tanya sang papa.

Bianca kembali menaruh sendoknya pada suapan ketiga lalu menatap kedua orang tuanya. "Kalian pulang ke rumah cuma mau nanyain itu?" ujarnya kecewa.

"Terus apa lagi? Oh iya, semester ini kamu harus bisa dapet peringkat pertama, jangan kecewain kami lagi!" balas mamanya.

Bianca mentap tak percaya kepada kedua orang tuanya, ia mengepalkan kedua tangannya. "Kapan sih kalian berperan layakanya orang tua yang sebenarya buat aku?" tanya lirih.

NABASTALA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang