Entah pukul berapa pintu apartement Jimin diketuk dengan kasar. Mata lelaki itu menyipit untuk membiasakan dengan cahaya yang masuk melalui celah jendela kamarnya.
Suara ketukan pintu semakin membabi buta. Jimin tidak ada pilihan lain untuk segera membukanya.
"Hai" sapa Chaeyoung dengan senyum lebarnya.
Jimin bahkan masih sedikit kaget dengan kehadiran Chaeyoung yang terlalu tiba-tiba.
Chaeyoung tanpa permisi langsung masuk kedalam tempat Jimin. Mata Chaeyoung menelusuri setiap sudut ruangan.
Cukup normal untuk ukuran tempat tinggal seorang psikopat.
Ngomong-ngomong Jimin belum mendeklarasikan dirinya sebagai psikopat Chae-ah.
Tapi Chaeyoung dapat melihat dari tempatnya berdiri bahwa Jimin memiliki banyak pisau didapur.
"Apa kau maniak pisau?" tanya Chaeyoung mendekati area dapur dan mengambil salah satu pisau.
"Jangan menyentuhnya" Jimin mengambil pisau yang sedang Chaeyoung pegang.
"Ada apa kemari?" tanya Jimin.
Chaeyoung mengendikan bahunya, "Hanya ingin memastikan bahwa kau masih hidup"
"Jika aku mati maka itu jelas karenamu" balas Jimin.
Chaeyoung tertawa pelan. Apa Jimin masih dendam karena dia membuatnya pingsan kemarin?
"Kau sudah makan?" tanya Chaeyoung tiba-tiba.
Meskipun begitu Jimin tetap menggeleng untuk menjawab, "Aku baru bangun"
"Ahh jadi aku membangunkanmu?"
Dan Jimin mengangguk.
Chaeyoung lalu merangkul Jimin sok akrab. Meski tinggi mereka terpaut sekitar 6cm membuat Chaeyoung harus sedikit berjinjit ketika mencoba merangkul.
"Ayo kita cari makan" ajak Chaeyoung.
"Aku tidak lapar"
"Kau harus lapar. Membunuh juga perlu tenaga bukan?"
Chaeyoung menggiring Jimin untuk keluar dari apartementnya meski enggan.
Saat menuruni tangga Jimin banyak diam. Karena yang banyak bicara itu Chaeyoung.
Chaeyoung lumayan banyak tingkah menurut Jimin. Sampai tersandung kakinya sendiri untuk beberapa kali.
"Makanan disini murah dan enak tentu saja" Chaeyoung menjelaskan pada Jimin saat mereka mengantri.
"Tapi ini hanya kedai ramyeon" kata Jimin. Mereka mengantri di kedai ramyeon.
Chaeyoung mendekat dan berbisik, "Jangan menilai sesuatu dari tampilannya"
"Aku tau kau kaya dilihat dari jam tangan yang kemarin kau pakai. Tapi Jimin-ah aku yakin kau tidak akan selamanya menjadi psikopat. Jadi mulai sekarang tabung uangmu dan bukalah satu usaha dimasa depan" lanjut Chaeyoung.
Perkataan Chaeyoung benar. Jimin akui itu tapi satu hal yang masih mengganjal, "Aku bukan psikopat" balas Jimin.
"Lalu aku harus menyebutmu apa?"
"Aku...manusia biasa"
Chaeyoung merasa aneh ketika Jimin mengatakan itu. Seperti seseorang yang memang ingin dianggap sebagai manusia pada umumnya.
"Baiklah kau manusia biasa" balas Chaeyoung.
Lalu saatnya giliran mereka memesan namun tiba-tiba banyak orang yang berteriak.