"Aduh sialan. Kakiku digigit nyamuk" keluh Chaeyoung sepanjang berkeliling hutan.
Jimin hanya diam mengikuti Chaeyoung dari belakang. Tidak berniat menjawab semua keluhannya. Lagipula itu bukan salah Jimin.
"Bukankah hutan ini terlalu seram untuk ditinggali?" tanya Chaeyeong menoleh ke belakang.
"Tidak juga"
"Banyak hewan buas juga kan?"
"Aku rasa tidak"
"Menurutku hutan ini juga terlalu lebat. Lihat, sinar matahari pun tidak bisa terlalu menembus hutan ini"
Jimin mendongakan kepalanya, "Cahaya seperti ini normal untuk hutan"
Chaeyoung berhenti melangkah dan menatap Jimin sejenak. Lalu menggelengkan kepala sembari melanjutkan jalannya, "Tentu saja Jimin akan menjawab seperti itu. Apa yang kamu harapkan dari lelaki berdarah darah dingin itu Park Chaeyoung" katanya lirih pada diri sendiri.
Entah berapa lama sampai akhirnya Chaeyoung dan Jimin memilih kembali. Namun sebelum benar-benar sampai dirumah, Jimin menarik Chaeyoung untuk bersembunyi dibalik pohon besar yang tidak jauh dari rumahnya.
Punggung Chaeyoung menabrak pohon karena Jimin menghimpitnya. Tangan Jimin juga menutup mulut Chaeyounf yang hampir saja memaki.
"Sstt, ada orang didalam rumah" bisik Jimin.
Chaeyoung berusaha menoleh. Benar.
Meskipun tidak terlalu kentara tapi Chaeyoung bisa mendengar kegaduhannya. Apa mereka menggeledah rumah Jimin?
Tidak sopan sekali.
Jimin masih setia menatap beberapa orang yang berada dirumahnya. Sedangkan Chaeyoung sendiri lebih memilih menghadap ke depan. Tepat pada wajah Jimin yang tak jauh darinya.
Biarlah Jimin sibuk dengan dunianya. Karena itu memberi kesempatan Chaeyoung untuk menelusuri wajah tampan Jimin.
Wajah sedikit pucat dan dingin, garis rahang tajam, rambut berantakan yang nyaris menutupi seluruh mata Jimin dan jangan lupakan bibir tebalnya yang menggoda.
Astaga Chaeyoung seperti wanita mesum. Tapi bagaimana lagi, itu lah kenyataannya. Jimin adalah lelaki yang sangat tampan.
Saat Chaeyoung masih asik menatap wajah Jimin, Chaeyoung tiba-tiba menangkap perubahan raut wajah Jimin.
Mengeras dan dingin.
Mata Jimin memancarkan gairah yang pernah Chaeyoung lihat satu kali.
Jimin ingin membunuh. Saat ini.
Chaeyoung merasakan tangan Jimin yang memegang tangannya mengerat. Itu sakit bung.
"Jimin-ah" bisik Chaeyoung.
Jimin masih diam.
Chaeyoung mulai panik saat Jimin beranjak dari tempatnya.
"Jimin jangan" tahan Chaeyoung namun Jimin keras kepala. Dan mendorong Chaeyoung hingga terjatuh.
Jimin keluar dari bersembunyiannya.
"Park Mijin brengsek!" umpat Jimin berlari menerjang seorang lelaki yang berdiri diteras rumah.
Park Mijin. Kakak laki-laki Jimin yang sudah menghilang selama 3 tahun.
Jimin menendang dada Mijin.
"Kemana otakmu brengsek?!" Jimin marah.
Bagaimana tidak? Jimin mendengar bahwa Mijin adalah pemimpin dari gerombolan itu.
Para lelaki berseragam hitam yang sedang memburu Jimin.