Chaeyoung tersenyum dan menutup matanya. Menyambut kedatangan Jimin.
"Berhentilah bersembunyi dibalik bayangan sialanmu itu!" sinis Jimin saat melihat Chaeyoung mulai bermain dengan bayangannya.
Tangan Chaeyoung berhenti. Bayangan hitam itu mulai hilang.
Chaeyoung mendongak, menatap matahari dengan menyipitkan mata, "Di bawah terik matahari ini seseorang mengajakku berkelahi. Haruskah aku mengumpat sekarang?" katanya pada diri sendiri.
"Jadi kau ingin apa dariku?" tanya Chaeyoung.
Jimin melemparkan pisau lipatnya dan ditangkap Chaeyoung, "Gunakan itu untuk melawanku"
Ah jadi Jimin memilih berkelahi dengan tangan kosong dan menyerahkan pisau kesayangannya pada Chaeyoung?
Sekarang apa? Chaeyoung harus berterimakasih?
"Majulah" kata Chaeyoung.
Jimin lagi-lagi berjalan perlahan. Chaeyoung merasakan aura dominasi Jimin yang kuat. Wajah dingin dan pucat itu bahkan mampu mengalihkan dunianya.
Tampan. Batin Chaeyoung.
Jimin menyerang duluan. Tangan Jimin dengan cepat mencekik leher Chaeyoung. Mendorongnya hingga membentur pohon besar yang tidak jauh berada dibelakang Chaeyoung.
Chaeyoung mencoba manahan cekikan Jimin dengan tangan kiri namun Jimin memilih memelintir tangan Chaeyoung.
Nafas Chaeyoung semakin sempit. Chaeyoung mengayunkan pisau lipat kearah perut Jimin namun berhasil dihindari. Meskipun begitu cekikan Jimin sedikit mengendur membuat Chaeyoung langsung menampar pipi Jimin dengan keras.
Jimin yang sedikit bergerak kesamping karena efek tamparan Chaeyoung dengan tersenyum membalikan badan dan menendang kepala Chaeyoung dengan sekali hentak.
"Ahh!" teriak Chaeyoung yang tersungkur.
Jimin sepertinya bersungguh-sungguh untuk membunuhnya. Baiklah Chaeyoung keluarkan semua usahamu.
Chaeyoung berusaha bangkit tapi lagi-lagi Jimin menendang tubuh bagian kirinya membuat Chaeyoung kembali terjatuh. Jimin membalik tubuh Chaeyoung agar terlentang lalu kembali mencekik Chaeyoung.
Apa leher Chaeyoung sangat menarik hingga Jimin bernafsu sekali untuk mencekiknya?
Kepala Chaeyoung pening. Setelah ditendang lalu dicekik, kepalanya sudah pasti pusing.
Penglihatan Chaeyoung memburam. Chaeyoung memaksa sadar tapi sepertinya takdir berkata lain. Sepersekian detik berikutnya mata Chaeyoung tertutup rapat.
Chaeyoung mengerjapkan matanya perlahan.
'Apa aku memiliki tiket ke surga?' batin Chaeyoung saat terbangun.
Tapi yang terlihat sekarang adalah ruangan dengan besar 3x3 meter. Dan seperti ruang tengah.
'Apa surga seperti ini?' tapi Chaeyoung seperti mengenal tempat ini.
Suara gemericik air membuat Chaeyoung menoleh. Chaeyoung mengerang karena kepalanya kembali pusing saat dipaksa menoleh.
Saat matanya terpejam dan terbuka lagi sudah ada Park Jimin yang duduk ujung sofa bersamanya.
"Kau belum jadi membunuhku? Tadi baru simulasi?" tanya Chaeyoung dengan memegang kepalanya.
Jimin hanya diam memperhatikan.
"Aduh! Apa ini?" Chaeyoung merasakan sakit dipipi kanannya.
"Kau menendangku sekeras itu?" Chaeyoung yang ingat bahwa Jimin menendang kepalanya tadi siang. Tapi kenapa pipinya ikut membengkak?