sembilan

201 39 0
                                    

Selama perjalan pulang Jimin menahan rasa sakitnya. Darahnya memang tidak keluar terlalu banyak namun rasa nyerinya berkali lipat karena lukanya kembali terbuka.

Ditambah lelaki itu sudah lupa terakhir kali mengisi perutnya dengan makanan. Cuaca dingin yang membuatnya tulangnya semakin menggigil.

Perjalanan pulang masih cukup jauh namun Jimin merasa akan pingsan. Dengan sisa tenaga Jimin menyeret kakinya berjalan untuk ke apartementnya.

Jimin berulang kali menghela nafas karena begitu pusing, wajahnya semakin pucat, bibirnya mengering. Jimin bersyukur karena akhirnya lelaki itu bisa sampai didepan pintu apartementnya tapi saatnya hendak memegang gagang pintu Jimin teringkat bahwa kuncinya berada ditempat Chaeyoung.

Kembalilah Jimin turun.

Jimin mengetuk pintu Chaeyoung beberapa kali namun tidak ada jawaban. Tubuhnya sudah tidak bisa diajak untuk bertahan. Lalu seketika mata Jimin menggelap dan tubuhnya ambruk didepan pintu apartement Chaeyoung.

.

.

.

Chaeyoug yang baru saja menyelesaikan shift malamnya berjaga toserba kaget melihat seseorang yang tertidur didepan pintunya.

"Apa itu rentenir? Tapi aku tidak memiliki hutang"

"Apa gelandangan? Menyedihkan sekali"

Chaeyoung mendekat lalu, "Park Jimin!"

Chaeyoung dengan susah payah menyeret Jimin untuk dibawa ke dalam apartementnya, "Kamu berat sekali seperti babi betina yang sedang hamil" keluh Chaeyoung.

Chaeyoung menegakan punggungnya setelah berhasil meletakkan tubuh Jimin ditempat tidur. Chaeyoung melihat Jimin yang masih berpakaian lengkap dan tebal berinisiatif melepaskan untuknya.

"Apakah aku juga bisa mengintip abs nya lagi" kata Chaeyoung dengan tertawa.

Namun saat jaket tebal Jimin dibuka Chaeyoung dikejutkan dengan darah yang menyebar diarea tubuh bagian atas Jimin.

Chaeyoung dengan cepat mencari gunting dan menggunakannya untuk memotong kaos Jimin.

Luka bahu Jimin terlihat lebih menyedihkan dari pada sebelumnya. Chaeyoung lalu memeriksa apakah ada luka lain ditubuh Jimin lalu mendapati luka goresan yang cukup panjang diwajah Jimin.

Chaeyoung menghela nafas, "Aigoo kenapa kau sia-siakan wajah tampanmu itu Jimin-ah"

Chaeyoung lalu mengambil handuk dan air untuk membersihkan tubuh Jimin.

Dengan telaten Chaeyoung mengelap ke semua bagian yang masih wajar untuk dilihat. Chaeyoung tidak mungkin mengambil kesempatan saat Jimin sedang tidak sadarkan diri.

Setelah selesai Chaeyoung menyelimuti tubuh Jimin hinggal perpotongan leher. Sebelumnya Chaeyoung sudah mengambil baju dari tempat Jimin. Bukankah Chaeyoung sangat baik?

Ketika Jimin siuman maka Chaeyoung akan meminta bayarannya. Tidak ada yang gratis didunia ini kecuali oksigen.

Chaeyoung mengambil kursi dan duduk memperhatikan Jimin.

Seberbahaya apa pekerjaan yang Jimin geluti?

Matahari mulai bersinar saat Chaeyoung membuka mata. Ahh dia ketiduran.

Pukul 6 pagi. Chaeyoung lalu bergegas keluar setelah mengecek bahwa Jimin masih tertidur atau pingsan?

Wanita itu membeli bubur dan obat untuk demam. Chaeyoung yakin 100% bahwa setelah ini Jimin akan demam.

Saat kembali Chaeyoung mendapati Jimin yang sudah terduduk dan bersandar pada kepala tempat tidur.

"Selamat pagi tuan misterius" sapa Chaeyoung dengan menyajikan bubur ke dalam mangkuk lalu menyerahkannya pada Jimin.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang