enambelas

186 41 5
                                    

"Aku sudah mengatakan untuk menjauh dariku dan Jimin!"

Anginnya berhenti namun hawa dingin semakin terasa.

Seperti akan menembus kedalam tulang.

Chaeyoung merentangkan tangannya. Tubuhnya mulai mengeluarkan bayangan hitam pekat.

Bayangan itu mengelilingi Chaeyoung. Perlahan tubuh Chaeyoung terasa ringan.

Tubuh Chaeyoung terangkat oleh bayangannya. Kaki Chaeyoung mulai tidak menyentuh tanah.

Semua yang disana menatap takut sekaligus takjub dengan apa yang ada didepan mereka.

Chaeyoung sekarang berdiri diatas dinding beton itu. Menatap kebawah dengan meremehkan.

"Apa yang kalian lakukan? Tembak dia" perintah Park Mijin.

Ahh otak Park Mijin menganalisis keadaan dengan cepat rupanya.

Lalu suara tembakan terdengar saling bersahutan. Jimin sontak menutup mata.

Saat Jimin membuka mata, lelaki itu melihat Chaeyoung masih dalam keadaan baik-baik saja diatas sana.

Chaeyoung membuat seluruh peluru yang mengarahnya terpental.

"Ingin melihat sedikit pertunjukan?" tawar Chaeyoung lalu tangannya mengarahkan bayangannya memburu salah satu anak buah Park Mijin.

Dengan cepat bayangan itu masuk kedalam tubuhnya.

Tangan Chaeyoung sontak langsung bergerak seolah meremas sesuatu. Bayangan hitamnya ternyata tengah meremas jantung targetnya.

Anak buah Park Mijin terduduk dengan nafas tersengal.

Dan ctak!

Jantungnya pecah. Darah langsung menyembur dari mulut salah satu anak buah Park Mijin.

Dibalik wajah angkuh Chaeyoung, perempuan itu tengah menahan pening dalam kepalanya. Dengan dimodali cahaya bulan dan sedikit lampu itu terasa berat untuk mengeluarkan bayangan.

Namun tidak ada pilihan lain.

Chaeyoung menatap Jimin. Lalu Jimin mengangguk kepalanya seolah memberi ijin untuk Chaeyoung menggunakan kekuatannya.

Karena jumlah anak buah Park Mijin cukup banyak. Chaeyoung harus mengeluarkan bayangan lebih besar dan pekat. Akan lebih baik melumpuhkan semuanya dalam sekali waktu.

Dengan sekali gerakan tangan Chaeyoung. Bayangan hitam mulai memenuhi seluruh penjuru halaman.

Chaeyoung mendinginkan bayangannya sedingin es agar badan mereka menjadi kaku.

Penglihatan Chaeyoung mulai kabur. Tenaganya juga habis.

"Chae-ah" tiba-tiba Jimin sudah berdiri disebelahnya.

Jimin benar-benar pandai dalam memanfaatkan keadaan.

"Sudah cukup. Ayo kita kabur"

Chaeyoung mengangguk. Tangannya berhenti mengendalikan bayangan. Namun tidak membuat bayangan itu langsung lenyap.

Butuh waktu 2 sampai 3 menit bayangan itu untuk benar-benar menghilang.

Jimin lebih dulu melompat kebawah. Tangannya menengadah saat Chaeyoung juga akan melompat.

Chaeyoung mendaratkan tubuhnya menabrak tubuh Jimin.

"Kau masih bisa berjalan?" tanya Jimin.

Chaeyoung mengangguk, "Tapi tolong tuntun aku"

Jimin dengan sigap langsung merangkul Chaeyoung dan tidak lupa menyelipkan salah satu tangannya dipinggang Chaeyoung.

Mungkin jika keadaan Chaeyoung sedang lebih baik. Perempuan itu akan merona. Namun demi Tuhan, untuk bernafas saja Chaeyoung sudah sangat kesusahan.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang