13 - Harga

347 30 0
                                    

Ketika Ten terbangun dari tidurnya ia melihat ke samping kasurnya yang ternyata sudah tidak ada yang menempati. Lalu, pandangannya tertuju pada sinar matahari yang masuk melalui jendela.

Sembari menguap ia segera mengubah posisinya menjadi duduk dan meregangkan tubuhnya, dengan niat mengumpulkan kesadarannya.

Kejadian tadi malam terasa sangat aneh dan tidak nyata, hampir seperti sebuah mimpi. Itu yang sebenarnya Ten harapkan, namun tentu saja tidak seperti itu karena seluruh tubuhnya sakit terutama pada bagian pantatnya.

Itu bukanlah mimpi.

Ia benar-benar telah melakukan hubungan seks dengan Professor Suh. Ia masih mengingat bagaimana rasanya saat kejantanan pria itu memasuki dirinya.

Sambil menelan ludahnya, Ten berdiri dari tempat tidur itu dan meringis saat merasakan rasa sakit yang sangat tidak nyaman saat ia mengambil langkah demi langkah. Pantatnya benar-benar terasa sangat sakit. Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan ke arah cermin di dekat kamar mandi.

Dan tubuhnya benar-benar penuh dengan memar, entah dalam bentuk gigitan yang berada di sekitar leher sampai punggungnya. Ataupun memar karena cengkraman Professor Suh yang terlalu erat terhadap dirinya. Ten menghela napasnya saat pandangannya tertuju pada memar yang berbentuk jari di bagian pinggul dan pahanya. Memar ini terjadi mungkin sewaktu Ten sedang menungging. Mengingat itu membuat Ten menghela napasnya kembali.

Saat ini ia sudah tidak panik. Entah ia menerima bahwa dirinya melakukan ini semua karena uang atau terbawa suasana saat malam itu. Yang jelas hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Ten meyakinkan dirinya bahwa ini adalah yang pertama dan terakhir.

Yang membuat Ten sedikit bingung adalah aktivitas yang mereka lakukan malam kemarin tidak tertulis dalam kontrak yang mereka sepakati. Tentu saja Ten juga tahu bahwa Professor Suh sangat bertekad dan sangat ingin meniduri dirinya. Seharusnya bisa saja ia menolak. Ia bisa bilang tidak supaya hal itu tidak terjadi. Tapi Ten tidak bisa, ia terlalu takut dan ia terlena dalam kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. Dan kenikmatan itu membuat dirinya takut.

Saat Ten sedang menatap pantulan dirinya dan memegang bagian pinggulnya yang memar, tiba-tiba pintu kamar mandi yang berada tepat di samping Ten terbuka membuat dirinya secara tak sadar mundur beberapa langkah sambil menutupi tubuhnya.

Professor Suh melangkah keluar dari kamar mandi sambil mengancingkan kemejanya. Ia berhenti saat melihat Ten. Pandangan pria itu meneliti Ten dari atas kepala sampai bawah kakinya, membuat Ten merasa seperti di telanjangi. Padahal saat itu Ten juga masih tidak mengenakan pakaian apapun.

Ekspresi wajah Professor Suh dengan cepat berubah, awalnya terlihat khawatir namun setelah itu wajahnya kembali datar dan mulai berjalan menjauh dari Ten. "Berapa banyak yang kau inginkan?"

"Apa?"

"Berapa banyak yang kau inginkan untuk tadi malam?"

Ten merasakan sesak di bagian dadanya. "Berapa banyak yang kuinginkan?", Ten bergumam pelan.

Professor Suh berjalan ke arah meja dan mengambil ponselnya. "Ya, sebutkan hargamu."

Ten menatap punggung lebar milik pria itu. "Harga."

"Ya, hargamu karena telah berhubungan denganku." Nada suara Professor Suh terdengar jengkel. "Apa yang sulit dimengerti? Kau tinggal menyebutkan harga dari tubuhmu."

Perut Ten mulai mengeras, dadanya terasa lebih sesak dibandingkan sebelumnya, ia sulit bernapas. Tapi Ten memutuskan untuk mengambil boxernya yang tergeletak di lantai dan mengenakannya, mengabaikan rasa sakit di bagian pantatnya. Saat ini, ia sangat ingin mandi. Ia merasa tubuhnya sangat kotor, benar-benar kotor.

Your Body is Intoxicating Potion - JohnTen [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang