18 - Malam itu [21+]

426 26 2
                                    

[WARNING 21+]

MIX IND-ENG

Mohon bijak dalam membaca.

Sesaat setelah Ten kembali ke apartementnya seusai pekerjaan paruh waktunya, kedua adiknya terlihat sudah tertidur di kasur mereka.

Mengingat akan kedatangan Professor Suh ke apartementnya, dengan cepat Ten membersihkan dan menata beberapa barang agar terlihat lebih rapi dan sedap di pandang mata. Setelah itu Ten langsung bergegas mandi supaya terlihat lebih fresh.

Mengenakan celana pendek berwarna biru tua, Ten mengeringkan rambutnya yang masih basah, sampai terdengar ketukan pelan pada pintu depan apartementnya. Tanpa mengenakan alas kaki, Ten berjinjit berusaha seminimal mungkin agar tidak mengeluarkan suara, dan membuka pintu itu.

Tatapan Professor Suh dengan cepat menuju ke arah bagian atas tubuh Ten yang tidak mengenakan pakaian. Lalu beralih turun menatap putingnya, pusarnya, dan pandangannya terkunci pada celana pendek yang menggantung di pinggul Ten

Ten berdehem dengan pelan, memecah keheningan di antara mereka, membiarkan Professor Suh masuk ke dalam apartementnya, dan menutup kembali pintu itu. Dalam keadaan yang sudah remang, Ten menunjuk ke arah kedua adiknya yang tertidur. Sedangkan Professor Suh mengangguk pelan, pertanda bahwa dirinya memgerti.

Kemudian, Ten membawa Professor Suh menuju kamar tidurnya. Ruangan itu adalah satu-satunya kamar yang terdapat di dalam apartement ini. Selain kamar mandi tentunya. Ketika Ten dan kedua adiknya baru saja pindah ke tempat ini. Awalnya, ruangan ini akan di jadikan sebagai kamar tidur untuk anak-anak. Tetapi Ten mengurungkan niatnya karena kamar itu dingin dan lembab. Oleh karena itu ia menjadikan ruangan itu menjadi kamar tidurnya.

Ruangan itu juga berukuran tidak terlalu besar. Tentu saja tidak ada furniture lain selain kasur dan meja kecil yang diatasnya terdapat lampu tidur. Ten akan benar-benar merasa malu jika Professor Suh melihat sekeliling kamar itu. Tetapi, tampaknya pria itu benar-benar tidak tertarik pada sekelilingnya dan hanya berfokus pada Ten. Saat Ten menutup pintu kamar tidurnya, Professor Suh menatap Ten, tapi Ten tidak bisa membaca ekspresi pria itu karena ruangan yang cukup gelap.

Professor Suh started silently undressing.

Ten's heart beat faster and he could actually hear his own breathing, uneven and shaky. He stood still and watched, his skin warm, his cock hard and heavy in his shorts.

At last, Professor Suh was naked. Looking completely unselfconscious, he walked to the bed, sat down and patted his knee, tension rolling off him in waves. His erection stood long and thick from a thatch of dark hair at his groin.

Ten tore his gaze away, slipped out of his shorts and stepped to Professor Suh.

He hesitated.

His eyes hooded, Professor Suh took his arm and jerked him into his lap.

The rest was a blur of heated kisses and touches, and so much skin. Ten had never felt so out of control with want, unable to think, unable to do anything but feel and want.

When he finally sank onto Professor Suh's slick cock, the profound relief was overwhelming. He groaned. The fullness, the intimacy was maddening and scary in its intensity. Professor Suh grunted, pulling Ten tighter to him, their chests flush against each other.

Looking into the dark eyes, Ten moved. It was such a turn-on to see Professor Suh's eyes slide half-shut, the way his head sort of arched back.

Ten opened his legs a little bit more, adjusting his posture as he took it deep and sweet, the hot length of his Professor burning him from the inside out. He looked down in between their bodies, fascinated by the movement of his own hips as they kept gyrating in place. He saw Professor Suh's hands, big, and warm, and strong on his hips, direct the movement as he wanted it, guiding Ten into riding him as Ten's own cock stood untouched between them, it was red and thick, wetness glistening and sliding down its shaft.

Your Body is Intoxicating Potion - JohnTen [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang