22 - Masih tidak tahu

154 23 3
                                    


Johnny benar-benar menghilang selama beberapa hari seperti hantu. Dan Ten tidak tahu keberadaannya.

Ia bahkan tidak menghubungi Ten ataupun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ten tahu, bahwa bisa saja dirinya yang menghubungi Johhny lebih dahulu, tapi Ten masih merasa bimbang, ia tidak ingin terlihat seperti pacar yang posesif dan ia tahu jika dirinya menghubungi Johnny, maka pria itu akan marah pada dirinya. Tapi di sisi lain Ten juga membutuhkan penjelasan terhadap kepergiannya yang mendadak.

Yang membuat Ten makin bingung adalah saat Kelly dan Nelly yang setiap hari juga selalu menanyakan dimana keberadaan Johnny. Tentu saja Ten tidak dapat menjawabnya. Ia sendiri bahkan tidak tahu.

Dimana sebenarnya keberadaan pria itu? Apa yang terjadi?

Sebuah pemikiran buruk terus menerus menyerang isi kepala Ten. Ia menerka-nerka apakah karena Johnny merasa tidak nyaman untuk melakukan hubungan jangka panjang dengannya dan memutuskan meninggalkannya? Jika memang benar itu alasannya Ten tidak akan segan-segan untuk memukul wajah pria itu.

"Apa yang salah denganmu?" Hendery bertanya saat dirinya duduk di kursi biasa pada kelas yang di ajar Johnny.

"Tidak ada."

"Kau terlihat kacau, seperti seorang pecandu narkotika."

"Hanya tidak dapat menikmati tidur malam dengan nyenyak." Gumam Ten sembari mengusap matanya. Itu bukanlah kebohongan. "Aku hanya—" Ten memotong ucapannya sendiri saat memperhatikan Professor yang masuk ke dalam kelas.

Itu bukan Johnny.

Rasa kecewa langsung muncul di dalam hati Ten.

Professor Quinnfy duduk di belakang meja yang selalu di duduki Johnny dan tersenyum pada para mahasiswa.

"Selamat pagi." Kata wanita itu dengan riang. "Saya akan menggantikan Professor Suh sampai ada pemberitahuan lebih lanjut."

Suara sorakan memenuhi ruang kelas itu dan Ten yang penasaran tidak dapat menahan dirinya untuk mengangkat tangannya.

"Ya, Tuan Lee?" Kata Professor Quinnfy.

"Apakah ada penjelasan mengapa Professor Suh tidak mengajar?"

Wanita itu mengangkat alisnya. "Seharusnya itu bukanlah sesuatu yang harus anda khawatirkan, Tuan Lee. Tetapi jika anda menginginkan sebuah penjelasan, saya hanya tahu bahwa beliau tidak dapat mengajar karena ada kepentingan keluarga."

"Ya." Gadis yang duduk di sisi lain Ten bergumam. "Saya melihat berita bahwa Professor Suh akan menikahi putri dari seorang politisi."

Ten langsung menoleh kepada gadis itu. Dadanya secara spontan langsung terasa sakit. Tangannya gemetar, keringat dingin mulai bermunculan.

Hendery yang duduk di sisi lain Ten meletakkan salah satu tangannya di bahu Ten dan mengatakan sesuatu, tetapi Ten tidak bisa mendengar ucapan Hendery.

Menikah? Johnny? Seorang wanita?

"Itu tidak mungkin." Bisik Ten, lebih pada dirinya sendiri bukan kepada gadis yang duduk di sisi lainnya. "Dia seorang gay. Dan dia—" adalah milikku, kekasihku. Ten tidak menyelesaikan ucapannya.

"Ten, apakah kau benar baik-baik saja?" Tanya Hendery, menatap dirinya dengan kekhawatiran.

"Aku baik-baik saja."

"Ten—"

"Aku baik-baik saja!" Ten menghirup udara dalam-dalam dan menurunkan nada suaranya menjadi lebih lembut. "Maaf Hendery aku tidak bermaksud membentakmu. Tapi aku benar tidak apa-apa, aku baik-baik saja."

•••

Ten kembali ke apartementnya lebih awal, mengatakan kepada Nyonya Maxbell untuk pulang lebih awal setelah itu ia melemparkan dirinya ke atas sofa dan menyaksikan kedua adiknya bermain.

Pakaian yang mereka kenakan sudah usang dan berukuran terlalu kecil untuk mereka. Ten harus membawa mereka ke toko baju untuk membelikan sesuai ukuran mereka, tapi pertama-pertama ia harus menabung lebih dahulu.

Ten menghela napas, menggosok wajahnya, dan mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa kebutuhan si kembar adalah prioritas yang harus ia utamakan. Ia tidak boleh memikirkan hal lain. Kedua adiknya sangat bergantung padanya.

Sofa yang Ten duduki masuk ke bawah saat kedua gadis mungil itu naik ke atasnya duduk di samping Ten.

"Kau sedih." Kata Nelly, itu bukan pertanyaan, itu adalah pernyataan yang sangat jelas.

"Kami tidak suka melihat kau sedih, Ten." Kata Kelly.

Ten dengan cepat mengubah raut wajahnya menjadi tersenyum dengan lebar dan melingkarkan lengannya di sekitar tubuh mungil mereka, menarik mereka mendekat. Aroma sabun yang selalu mereka gunakan sesudah mandi memenuhi indra penciuman Ten.

"Tidak." Kata Ten. "Tentu saja aku tidak bersedih." Jelas itu adalah sebuah kebohongan.

"Kapan Tuan Suh akan kembali?" Kelly bertanya sekali lagi, kedua mata polosnya terlihat berbinar-binar. "Tuan Suh menjanjikanku seekor anak anjing!"

Nelly menghisap ibu jarinya. "Ya, kapan Tuan Suh akan kembali?"

Hati Ten terasa sakit. Saat ini ia sangat membenci Johnny lebih dari apapun. Kedua adiknya tidak pernah memiliki siapa-siapa selain Ten dan Nyonya Maxbell, pengasuhnya. Tentu saja secara tidak langsung mereka akan menjadi lebih dekat pada Johnny, karena pria itu tinggal bersama mereka setiap harinya selama beberapa saat.

Ten kembali tersenyum, tapi nyatanya lebih terlihat seperti meringis. "Sepertinya Tuan Suh tidak akan kembali lagi ke sini, sayang."

Alis Kelly berkerut. "Kenapa Tuan Suh tidak akan kembali lagi?"

Bagaimana ia bisa menjawab pertanyaan itu?

Ten mengalihkan pandangannya, membelalakan matanya agar air matanya tidak keluar di depan si kembar. "Karena Tuan Suh memiliki keluarganya sendiri. Ayah Tuan Suh memintanya untuk menikah." Setidaknya itulah satu-satunya penjelasan yang bisa Ten pikirkan. "Tuan Suh akan segera membangun keluarganya sendiri."

"Kenapa?" Tanya Kelly.

Bibir bawah Nelly terlihat gemetar. "Kenapa?"

Ten melihat mereka bergantian dan tidak tahu harus berkata apa lagi. Kepalanya benar-benar terasa sangat sakit.

"Aku tidak tahu, sayang." Gumam Ten menggigit bibir bawahnya dan menarik si kembar agar ia bisa lebih erat memeluknya. "Aku tidak tahu."

Dan malamnya, sama seperti malam-malam sesudah kepergian Johnny. Ten membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur dan menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Tak lama, air mata mulai menetes dari mata Ten. Ia tidak tahu harus bagaimana. Hatinya terasa kosong dan sakit. Selama beberapa saat setelah menidurkan kedua adiknya. Ten selalu menghabiskan malamnya dengan menangis, lalu tertidur dan parahnya ia bahkan tidak mengisi perutnya dengan makan malam.

Your Body is Intoxicating Potion - JohnTen [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang