24. Sawamura Daichi|LnH

72 4 0
                                    

LnH

Sawamura Daichi x Reader

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sawamura Daichi x Reader

________________

Suara bising ambulans terdengar di luar sana sementara isi gedung terasa lebih sunyi. Gema dari  peluru yang meluncur masih terasa meskipun tak terdengar lagi seseorang melepas tembakan. 

Kau diam, mengedarkan konsentrasi beserta fokusmu ke setiap ruang kosong, mencari celah sementara di balik drum besar di seberangku, Daichi masih mengisyaratkan untuk tetap diam.

Di ujung ruangan, seorang gadis disekap dengan sosok pria tinggi berada di sampingnya. Pria itu nampak awas memutar bola matanya ke setiap tempat yang ia anggap mencurigakan.

Satu jam hampir berlalu sejak baku tembak di lobi utama gedung tua ini berakhir. Hanya kau, Daichi dan beberapa personel bersenjata yang menyisakan diri di dalam gedung begitu informan kalian menyatakan bahwa masih ada satu tawanan yang ada, beserta satu lagi musuh yang sepertinya akan memakan lebih banyak waktu untuk bisa membekuknya.

"Kapan kita akan bergerak?" Desismu, berusaha mengeluarkan suara sekecil mungkin.

"Sampai dia cukup lengah," pemuda di seberangku itu membalas.

Di tengah kegentingan macam ini bukan tidak mungkin kalau pria itu lebih awas. Semua akan berjalan mulus kalau tak ada tawanan, sayangnya nyawa gadis itu yang menjadi prioritas kalian sekarang. Kalau kalian gegabah dalam bergerak, nyawa gadis itu bisa melayang.

Kau paling benci penjahat macam ini. Penjahat yang terlalu pengecut hingga harus menggadaikan nyawa orang lain demi keselamatannya sendiri. Benar-benar tidak keren.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Daichi kembali berbisik, memecah emosimu yang beberapa detik sebelumnya sempat menggelembung dan nyaris meletus.

Tangankmu masih erat menggenggam revolver sembari mengintip lewat celah kecil yang ada pada balok-balok kayu yang menumpuk, dan kau jadikan sebagai tameng.

"Kau sendiri, apa yang sedang kau pikirkan?" Balasmu.

"Memikirkanmu …."

Kau memutar bola mataku, kesal. Pemuda ini benar-benar tak pandai membaca situasi. Bahkan di kesempitan seperti ini dia masih sempat-sempatnya menggodaku.

"Kau ge-er ya? Aku hanya berpikir kalau saja kau berpikir untuk melakukan hal sembrono lagi."

Kau baru saja berniat membalas ucapannya itu kalau saja saluran nirkabel yang menjadi jalur akses komunikasi kalian tak tiba-tiba berbunyi.

"Bodoh, kalian sedang apa? Target mulai curiga dan mulai bergerak ke tempat kalian!"

Daichi mendecak lirih sebelum dia memeriksa pergerakan musuh lewat lubang pengintaiannya. 

"Gadis itu ada bersamanya," sambung pemuda itu kemudian.

"Salahmu sih …," rutukmu.

"Kalau kau tidak bersembunyi di sini aku pasti akan lebih bisa berkonsentrasi!"

"Halo, permisi tuan dan nona. Bisakah kalian lanjutkan pertengkarannya nanti? Seseorang sedang dalam bahaya!"

Apa boleh buat. Aku kembali mengarahkan fokusku lewat celah kecil di antara balok-balok itu lagi, kemudian memindai posisi musuh beserta pergerakannya yang bisa dibilang cukup lambat. Dia harus membagi perhatiannya, dan bagimu itu adalah hal yang menguntungkan.

"Aku duluan," ujarmu sebelum berdiri sambil mengarahkan moncong revolver-mu ke arah si pria. Kau juga sempat mendengar Daichi mengataiku sambil mendelik dengan kata "bodoh".

Kau memang selalu gegabah dengan jarang mendengarkan perintah atasanmu, tapi kau tidak cukup bodoh untuk mengenali senjata yang kau pakai beserta rumus matematik tentang kecepatan dari tekanan yang ada padanya. Setidaknya tak makan waktu sedetik sampai peluru yang kau luncurkan menembus lengan pria itu. Tentu saja, dengan sudut dan perhitungan posisi yang tepat hingga tembakanmu dipastikan tak meleset. 

"Lihat kan?" Kau menyeletuk jumawa saat pria itu bertumpu lutut setelah tanpa sadar  melempar si gadis sedikit menjauh dan personel yang lain berhasil memungutnya.

Daichi mendecih. Ia berdiri dengan wajah tidak suka dan jujur saja, kau sangat menyukai raut itu. 

Kau sudah menyarungkan revolver-mu saat pria itu berhasil dibekuk. Semua personel keluar mengawalnya, kecuali dirimu dan Daichi yang masih betah mempelajari latar perkara sambil mencari beberapa barang bukti.

Konsentrasimu penuh pada peti berisi obat terlarang ketika tiba-tiba Daichi mengarahkan moncong senjatanya ke arah terbuka di belakangmu dan terdengar suara bising oleh benda itu setelahnya.

Saat kau menoleh, seorang pria telah tergeletak lemas di antara tumbukan balok dengan senjata terlempar beberapa meter dari tubuhnya. 

"Seranganmu memang bagus, tapi jangan lupa kalau pertahananmu nol," pemuda itu menyeringai sambil mengeluarkan borgol dari saku mantelnya. Dia sempat memainkan tangannya pada dagumu sebelum berlalu sambil berkata, "Ngomong-ngomong, jangan lupa malam ini. Aku akan datang tepat pukul delapan, jadi jangan sampai tertidur lagi, mengerti?"

Kau menepis tangannya tanpa membalas. Mataku terus mengejar sosoknya yang sigap membekuk seorang ―yang tak terduga―lagi.

________________

[Antology] a Haikyuu!! Fanfiction |Bright and Clear|Various Characters x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang