I|I
Aku baru saja kembali dari toilet yang ada didekat dapur rumah Sakala. Aku tidak pergi lama, tapi saat kembali aku tidak mendapati kak Alaska maupun teman-temannya. Seingatku sebelum pergi tadi, ketujuh lelaki itu sedang asik bermain di ruangan ini.
"Kemana mereka semua?" aku bertanya pada diriku sendiri.
Mataku teralih kesebuah meja yang ada disana. Meja itu terlihat sangat berantakan oleh cemilan, dan minuman yang tadi ku beli bersama kak Alaska. Melihat itu aku jadi berinisiatif untuk membersihkannya.
"Sampah aja sampai nggak dibuang," aku menggerutu sambil mengambil beberapa bungkus kosong yang tergeletak diatas meja. Sampah-sampah itu ku satukan didalam kantung plastik berukuran sedang.
Aku juga mengumpulkan cemilan dan minuman yang belum termakan sama sekali untuk aku masukan kedalam kantung plastik yang lain.
"Adhara, lagi ngapain?"
Aku kira siapa, ternyata yang baru saja bertanya adalah Sakala. Mataku memperhatikan Sakala yang berjalan menghampiriku dengan memakai baju beserta celana renang?
Aku tidak salah lihat ini, kan?
"Lagi bersihin meja. Berantakan banget," aku sengaja mengatakannya dengan nada dan tatapan menyindir, dan itu malah membuat Sakala tertawa.
"Nggak usah kali, Ra. Bisa di bersihin nanti sama Bibi."
Aku mengalihkan tatapanku dari Sakala. "Telat, mejanya udah bersih," ujarku sambil mengikat kencang plastik berisi sampah.
Aku tidak sadar kalau sekarang aku mulai dekat dengan teman-teman kak Alaska, kecuali kak Erlangga. Lelaki itu jarang mengajak ku berbicara, sedangkan aku adalah tipe gadis yang enggan memulai pembicaraan lebih dulu pada orang baru jika bukan mengenai hal yang sangat penting. Jadi selama aku di rumah Sakala, aku jarang sekali berbicara dengan kak Erlangga.
"Kak Alaska dimana?" aku kembali menatap Sakala setelah selesai membersihkan meja.
"Lagi berenang sama anak-anak yang lain," ujar Sakala. "Tuh, dengar suara nggak?"
Aku berusaha menajamkan indra pendengaranku, dan samar-samar aku mulai mendengar suara yang entah dari mana asalnya. Tapi aku yakin jika itu adalah suara kak Alaska dan teman-temannya. "Dengar. Emang kolam renangnya ada didekat sini sampai suara mereka kedengaran gini?"
Pertanyaanku justru membuat Sakala tertawa. Entah apa yang lucu, aku juga tidak mengerti.
"Sebenernya nggak dekat, Ra. Suara mereka aja yang terlampau keras sampai kedengeran sampai sini." Sakala duduk di kursi dekat meja dan mulai mencari-cari sesuatu dari dalam kantung plastik yang tadi aku isi dengan cemilan dan minuman yang belum di buka. "Wah, ini boleh buat gue kan, Ra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Erlangga | Na Jaemin
FanfictionContent warning(s) ; Physical touch, kissing, cuddle, harsh word, sensitive topic, etc. Dia Erlangga, si pecinta fotografi yang memiliki senyum paling menawan. Selayaknya foto-foto yang selalu dia abadikan, aku juga akan membuat kisahnya abadi agar...