I|I
"Erlangga mana? Dia belum balik juga?" karena sejak tadi fokus dengan game di ponselnya, Alaska jadi baru sadar jika Erlangga belum kembali ke kelas.
Deska menutup buku pelajaran yang tadi sedang ia baca. Lelaki itu beralih menatap Alaska yang duduk didepannya. "Belum, mungkin dia sengaja nunggu sampai jam istirahat."
Alasan yang masuk akal memang, mengingat sekarang kelas mereka mendapat jam kosong. Erlangga pasti merasa bosan, sehingga dia memilih pergi seorang diri. Terkadang Erlangga memang melakukan hal seperti ini.
"Erlangga kemana sih, sebenernya? Ngomongnya ke toilet, tapi sampai jam istirahat belum juga balik." Gemal yang datang dari barisan bangku paling belakang juga membicarakan Erlangga yang tidak kunjung datang.
"Lo punya ponsel, kan?" tanya Deska ketus.
"Punya, lah."
"Telfon lah, kalo pengin tau dia dimana!"
"Ngegas terus!"
"Mulut, mulut gue!"
Alaska terkekeh melihat mereka berdua yang lagi-lagi berdebat seperti ini. "Kalian tau nggak?"
"APA!"
Alaska terlonjak kaget begitu Gemal, dan Deska berseru keras secara bersamaan kepadanya tepat setelah ia bersuara. "Kok, kalian jadi ngegasnya ke gue, sih?" kesal Alaska.
Walaupun Alaska mendapat respon keras seperti tadi, tapi itu juga tidak akan mengurungkan niatnya untuk bercerita sesuatu hal yang sejak semalam ia pendam. "Setelah pergi sama temen-temennya semalam, adik gue nggak mau dijemput. Eh, ternyata dia malah baliknya dianter sama Erlangga." Alaska mulai bercerita dengan semangatnya.
"WHAT?" Gemal sampai berseru. Nampak sekali keterkejutannya itu.
"Alaska, lo udah kecolongan," ucap Deska sambil terkekeh pelan. Reaksinya benar-benar bertolak belakang dengan reaksi Gemal barusan.
Alaska ikut terkekeh. "Kayanya iya."
Kekehan Deska-pun jadi makin berlanjut.
"Bentar!" Gemal yang sempat mematung, sekarang kembali bersuara. "Ini gue aja nih, yang kaget dengernya?" tanyanya masih tidak percaya, apalagi saat melihat reaksi Alaska, dan Deska yang tidak ia duga.
"Menurut lo? Dari ekspresi aja udah keliatan banget," jawab Deska.
"Kenapa Princess gue bisa balik sama Erlangga sih, malam-malam lagi? Mereka berdua ada apaan?"
"Pantesan telinga gue panas, ternyata lagi di ghibahin."
Serentak mereka bertiga jadi menatap kearah pintu kelas. Dimana disana ternyata sudah ada Erlangga yang berdiri bersandar diambang pintu sambil menggosok-gosok telinga kirinya. Entah sejak kapan dia ada disana, karena sama sekali tidak ada yang menyadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Erlangga | Na Jaemin
FanfictionContent warning(s) ; Physical touch, kissing, cuddle, harsh word, sensitive topic, etc. Dia Erlangga, si pecinta fotografi yang memiliki senyum paling menawan. Selayaknya foto-foto yang selalu dia abadikan, aku juga akan membuat kisahnya abadi agar...