Episode 03 : Hold Out

1K 101 36
                                    

I|I

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I|I

Setelah tidak sekolah selama berhari-hari, akhirnya hari ini aku masuk sekolah lagi. Lebih tepatnya, aku masuk ke sekolah baru yang tidak lain adalah sekolah kak Alaska.

Ayah sengaja memindahkanku ke sekolah ini karena sekolahku dulu cukup jauh dari rumah ayah. Selain itu, ayah juga berkata kepadaku jika ayah akan tenang kalau aku satu sekolah dengan kak Alaska, karena dengan itu kak Alaska bisa menjagaku selama di sekolah. Memang tidak diragukan lagi perkataan ayah itu, karena kak Alaska sejak dulu memang selalu bisa menjagaku seperti halnya dengan kak Abian. Seperti sekarang ini, entah sudah berapa kali kak Alaska, dan kak Abian mengirimkan pesan untuk sekedar memastikan jika aku baik-baik saja di sekolah baruku ini.

"Dan ini, Ra tempat terakhirnya. Ini adalah lapangan indoor sekolah kita. Kaya yang di liat, disini ada dua lapangan. Yang satu itu lapangan basket, dan yang satunya lagi itu lapangan futsal."

Sambil memandang seluruh sudut tempat ini, kepalaku mengangguk pelan.

Setelah puas memandang, aku menatap Mentari, teman sekelasku sekaligus sang ketua kelas yang di tugaskan menemaniku berkeliling untuk mengenal lingkungan sekolah. "Mentari, makasih ya udah temenin aku keliling sekolah," aku mengatakannya dengan sungguh-sungguh karena Mentari sudah merelakan waktu istirahatnya untuk menemaniku.

Mentari terkekeh pelan. "Santai aja kali, Ra. Aku seneng kok, bisa temenin kamu."

Mengingat jika aku memiliki kepribadian yang lumayan tertutup dibandingkan dengan kakak-kakakku, jadi aku jarang sekali berbicara sejak sampai di sekolah ini. Apalagi di kelas tadi, aku hanya bersuara jika ada yang mengajakku berbicara dan salah satunya adalah Mentari.

Menurutku, Mentari adalah seorang gadis yang santai, dan ramah. Ini adalah kesan pertamaku untuk Mentari. Bahkan sampai sekarang, aku nyaman-nyaman saja saat berbicara dengannya padahal dia adalah orang baru bagiku.

"Nanti kalo masih ada yang bikin bingung, tanya aja ke aku. Jangan ragu, ya!" Mentari tersenyum kepadaku, dan aku balas dengan senyum kecil. "Lagipula kita sekelas, duduknya sampingan lagi," lanjut Mentari.

Aku mengangguk pelan. "Iya, sekali lagi makasih."

Mentari ikut mengangguk. "Ayok, sekarang kita ke kantin! Nanti sekalian aku kenalin makanan kanti satu-satu kalo perlu."

Mentari terlihat sangat bersemangat. Aku jadi tidak tahu bagaimana caranya untuk menolak ajakan Mentari ini. Bukan karena aku tidak mau pergi dengannya, hanya saja kak Alaska sudah lebih dulu menunggu di kelasku.

"Emmm,"

"Kenapa? Kamu nggak mau?"

Aku langsung menepis asumsi Mentari dengan cara menggelengkan kepalaku pelan. "Bukan gitu maksud aku," aku menjeda ucapanku. "Kakakku udah nungguin aku di kelas kita. Katanya dia udah beli makanan buat aku biar aku nggak usah repot-repot ke kantin lagi," aku mengatakannya dengan jujur. Aku tidak menutupi apapun. Kak Alaska memang mengirim pesan itu beberapa menit yang lalu.

Dia Erlangga | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang