Episode 25 : Letter

334 36 56
                                    

I|I

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I|I

"Kak Alaska!"

Akibat dari aku yang berhenti berjalan tanpa aba-aba, bahkan sambil berbalik badan secara tiba-tiba, kak Alaska yang memang berjalan tepat dibelakangku jadi hampir menabrak ku. Lelaki itu sampai terkejut karena ulahku itu.

Tapi sungguh, aku tidak bermaksud mengejutkannya. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Ya Allah, Ra jangan bikin kaget!" ujarnya sambil memberi jarak denganku.

Aku sama sekali tidak menjawab ucapan kak Alaska tersebut. Aku hanya menatap serius padanya sambil berusaha merangkai kata didalam isi kepala. Aku bingung bagaimana harus mengatakannya pada kak Alaska. Dan aku yang seperti ini tentu membuatnya menatapku dengan tak kalah bingungnya.

"Kenapa sih, Ra?"

"Apapun yang mungkin bakalan terjadi didalem nanti, tolong kakak simpan sendiri aja, ya?! Jangan berbagi sama siapapun juga, termasuk temen-temen kakak, apalagi kak Erlangga."

Awalnya kak Alaska menatapku dengan sorot bingung sekaligus juga serius. Namun dibeberapa detik setelahnya, ia malah tergelak pelan hingga matanya tenggelam, hampir tak terlihat. "Jangan takut-takutin kakak deh, Ra. Emangnya apa juga yang bakalan terjadi didalam sana?" saat mempertanyakannya, kak Alaska melirik pintu besar yang mungkin jaraknya berkisar lima belas langkah dari tempat kita berdua berdiri.

"Kak, aku serius."

Dengan suara dan juga tatapanku yang lebih serius lagi, gelak tawa kak Alaska mulai mereda akhirnya. "Emangnya ada apa, sih? Waktu itu kakak sama kak Mahestha dateng ke rumah ini juga semuanya baik-baik aja. Nggak ada hal apapun yang patut di khawatirkan dari dalam rumah keluarga Erlangga ini, Adhara."

"Itu beda lagi, kak. Karena kali ini Kakeknya kak Erlangga lagi ada di rumah. Nggak kaya waktu itu."

Harus darimana ku jelaskan pada kak Alaska mengenai masalah ini?

Aku tahu kenapa saat itu kak Alaska, dan kak Mahestha sanggup menjemput nenek kak Erlangga dengan begitu mudahnya. Semua itu karena kakek kak Erlangga yang memang sedang tidak ada di rumah. Lalu untuk kali ini, aku sendiri sebenarnya juga tidak begitu yakin akan seperti apa jadinya jika aku datang kesini. Apalagi kali ini, selain berniat menjemput nenek kak Erlangga untuk menemui cucunya itu lagi, aku juga mempunyai niatan yang lain, yaitu niatan untuk menemui sekaligus mengajak kakeknya untuk turut ikut menemui kak Erlangga.

Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi aku ingin mencobanya. Aku benar-benar ingin mengusahakannya dengan sekuat tenaga untuk kak Erlangga.

Setidaknya aku bisa melakukan sesuatu untuknya. Itu yang terpikirkan olehku sejak lama.

"Apa yang membedakannya, Adhara?"

"Kakak bakalan tau itu nanti," aku sempat menunduk sekilas, sebelum akhirnya ku tatap kembali kak Alaska. "Tapi kak Alaska bener-bener harus janji sama aku, ya?!"

Dia Erlangga | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang