Episode 12 : a Crying

503 49 2
                                    

I|I

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I|I

- ERLANGGA -

- ERLANGGA -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya bisa berdoa sambil menunggu dokter selesai memeriksa kak Erlangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku hanya bisa berdoa sambil menunggu dokter selesai memeriksa kak Erlangga.

Tidak bisa ku pungkiri memang jika aku sangat mengkhawatirkan lelaki itu, apalagi tadi ia terlihat sangat kesakitan. Rintihan-rintihan dari kak Erlangga bahkan terus terbayang olehku, membuatku merasa takut.

Tadi adalah kali pertama aku melihat seseorang yang kesakitan sampai seperti itu. Sebenarnya aku tidak sanggup melihat dan mendengarnya, apalagi orang itu adalah kak Erlangga yang suka tersenyum dengan menawan bahkan saat perasaannya sedang dalam keadaan buruk sekalipun.

"Bi, Bibi udah ngabarin Neneknya kak Erlangga?" aku bertanya pada bibi yang memang sedang bersamaku didepan kamar kak Erlangga. Di wajahnya, aku melihat raut khawatir yang tidak kalah besarnya dengan khawatirku.

"Saya tadi udah hubungin Nyonya, non, tapi yang ngangkat malah si Tuan," bibi terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya. "Dan Tuan nyuruh saya buat nggak kasih kabar apapun tentang den Erlangga ke Nyonya, karena Tuan nggak mau den Erlangga nyusahin Nyonya lagi," suaranya melirih.

Keningku mengerut bingung. Aku juga sampai merasa kesal mendengar itu. "Bibi udah bilang kan, kalo keadaan kak Erlangga sampai kaya tadi? Kak Erlangga beneran nggak dalam keadaan baik-baik aja, Bi. Dia lagi butuh keluarganya."

Dia Erlangga | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang