I|I
Tujuh hari sudah berlalu semenjak kepergian ibu, dan aku justru semakin merindukannya. Suara lembut ibu ketika memanggilku, terus terngiang. Sentuhannya, sorot matanya, juga terus saja mengusik pikiranku. Bayang-bayang ibu bahkan terus menghantuiku tanpa lelah.
Aku tersiksa di setiap waktunya karena merindukan ibu seperti ini.
Sambil melamun, aku berjongkok didepan kolam ikan yang ada di halaman belakang rumah ayah. Sejak tadi aku hanya memperhatikan ikan-ikan peliharaan ayah yang terus berenang kesana kemari.
Ikan-ikan itu berenang tanpa beban. Aku iri melihatnya.
Mata ku beralih melihat satu wadah makanan ikan yang tadi aku ambil, tapi tidak sempat ku berikan kepada ikan-ikan itu.
"Makan yang banyak," ku taburkan segenggam makanan ikan berbentuk bulat berukuran kecil itu keatas kolam.
Aku menghela napas panjang melihat ikan-ikan ayah yang mulai berebut makanan yang aku berikan.
"Ra?"
Aku menengok saat mendengar suara kak Alaska yang memanggilku dari arah samping kanan. Dan tidak lama setelahnya, aku menemukan kak Alaska yang menghentikan langkahnya didepan pintu sliding yang digunakan sebagai pemisah antara ruang keluarga dengan halaman belakang rumah ayah.
Kak Alaska sekarang terlihat berkacak pinggang sambil membuang napas lega saat melihatku disini.
"Kamu kakak cari dari tadi."
Aku mendongakan kepala ku menatap kak Alaska yang menjulang tinggi disamping ku. "Aku dari tadi disini, kak, gak kemana-mana."
Kak Alaska menggigit penuh bibir bagian bawahnya. Sekarang kak Alaska juga berjongkok sepertiku "Lagi ngapain, sih?"
"Kasih makan ikan-ikannya Ayah."
Aku kembali mengambil makanan ikan untuk ku taburkan keatas kolam. Ikan-ikan pun kembali berdatangan untuk berebut makanan yang aku beri. Aku jadi suka melihat mereka yang berkumpul seperti itu.
"Ada apa kak Alaska nyari aku?" ku tatap kak Alaska yang sekarang sedang memberikan senyuman manis padaku.
"Kakak mau pergi sebentar. Nggak papa kalo kamu kakak tinggal sendirian?"
Aku langsung mengangguk pelan. Aku bukan tipe gadis yang takut jika di tinggal sendirian, jadi tidak ada alasan untuk menahan kak Alaska agar tidak pergi meninggalkanku saat ayah, dan kak Abian belum pulang dari kesibukan mereka. "Nggak papa, kak," ku jawab dengan yakin. "Emang kakak mau kemana?"
"Mau ke rumah Sakala buat kasih ini ke Deska. Mereka lagi kumpul disana soalnya," dengan sekilas kak Alaska menunjukan sebuah flashdisk berwarna merah. "Ini tugas kelompok buat besok, dan Deska yang bakalan selesaiinnya."
"Pergi aja, kak!" suruh ku, lalu aku kembali menatap kearah kolam.
Karena kak Alaska tidak kunjung menjawabku, aku kembali menatap kak Alaska. Sekarang aku bisa melihat sorot ragu di mata kak Alaska itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Erlangga | Na Jaemin
FanfictionContent warning(s) ; Physical touch, kissing, cuddle, harsh word, sensitive topic, etc. Dia Erlangga, si pecinta fotografi yang memiliki senyum paling menawan. Selayaknya foto-foto yang selalu dia abadikan, aku juga akan membuat kisahnya abadi agar...