I|I
Entah sudah berapa kali aku menggenggam kenop pintu, lalu melepaskannya di detik selanjutnya. Sekarang ini aku sedang dilanda ragu dalam hal membuka pintu kamarku sendiri. Aku sampai menggigit bibirku. Aku geram dengan tingkahku ini.
Aku menghela nafas dan membuangnya perlahan. Aku melakukannya sampai beberapa kali untuk menenangkan diriku sendiri. Aku mulai berpikir jika aku tidak mungkin tetap seperti ini. Aku harus pergi sekolah.
Dengan hati-hati, aku akhirnya membuka pintu kamar.
Sebelum benar-benar keluar, aku menyembulkan sebagian kepalaku diambang pintu. Aku memastikan keadaan diluar kamar terlebih dahulu. Tepatnya, aku ingin memastikan jika tidak ada kak Alaska diluar sana.
Aku sedang tidak ingin bertemu dengan kak Alaska. Aku bukan sedang marah padanya. Aku hanya merasa jika kali ini aku tidak akan bisa menghadapi kakakku itu.
Semua ini berawal dari apa yang aku lakukan semalam.
Semalam aku benar-benar bertanya pada kak Alaska tentang kak Erlangga. Aku bahkan bertanya mengenai asmara kak Erlangga. Tentu saja kak Alaska tidak langsung menjawab, ia malah balik bertanya, dan salah satu pertanyaannya itu adalah kenapa aku tiba-tiba bertanya banyak hal tentang kak Erlangga. Saat aku terdiam karena tidak berani menjawab, maka saat itulah kak Alaska menaruh curiga besar padaku.
Ini memang salahku. Tanpa pikir panjang aku malah bertanya pada kak Alaska.
Kak Alaska memang akhirnya mengalah padaku. Ia menceritakan banyak hal tentang kak Erlangga, terutama tentang asmara kak Erlangga.
Yang aku dengar dari kak Alaska, kak Erlangga belum pernah menjalin hubungan spesial dengan seorang perempuan, tidak seperti remaja pada umumnya. Jangankan menjalin hubungan spesial, kak Erlangga bahkan belum pernah dekat dengan perempuan manapun. Kak Alaska bahkan berani menjamin kebenaran akan ceritanya itu.
Aku juga memastikan jika kak Erlangga memang tidak pernah mengirim pesan dengan kalimat manis seperti yang aku dapat semalam. Tentu saja aku memastikannya tanpa mau mengatakan kepada kak Alaska mengenai pesan seperti apa yang sudah kak Erlangga kirim padaku.
Tapi setelah semua informasi yang aku dapat itu, kak Alaska jadi gencar menanyaiku. Ia juga sampai menggodaku karena aku enggan menjawab pertanyaan-pertanyaanya. Godaannya itu sampai parah, kak Alaska mengira jika aku sudah jatuh hati pada sahabatnya itu.
Itu semua adalah alasan kenapa hari ini aku ingin menghindari kak Alaska.
"Adhara."
Baru saja aku keluar dari kamar, aku sudah dikejutkan dengan suara kak Abian.
Aku mengusap dadaku sebelum aku menatap kearah kak Abian yang ternyata sedang menatapku aneh.
"Kamu kenapa?" kak Abian menghampirirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Erlangga | Na Jaemin
FanfictionContent warning(s) ; Physical touch, kissing, cuddle, harsh word, sensitive topic, etc. Dia Erlangga, si pecinta fotografi yang memiliki senyum paling menawan. Selayaknya foto-foto yang selalu dia abadikan, aku juga akan membuat kisahnya abadi agar...