Kau tak punya banyak teman. Entah karena apa, kau pun tak benar-benar mengerti. Tetapi, salah satu alasannya mungkin karena tak ada yang bisa "dimanfaatkan" dari dirimu. Baik dari segi kecantikan, materi, atau mungkin kecerdasan. Harus kau akui bahwa 3 hal itu memang tidak dominan dalam diri. Jadi, karena tidak ada yang bisa dimanfaatkan, orang-orang pun memilih pergi saja. "Toh, aku tak ada gunanya" Begitu pikirmu.
Sejatinya, hidup memang seperti itu.
Saling memberi dan menerima. Jangan menilai hal ini rendahan. Sebab semua hal memang harus dimanfaatkan dengan baik. Harus ada timbal balik dari hidup yang kau jalani.Tak perlu pula bersikap munafik dengan mengangungkan arti tulus tanpa balasan. Sikap manusia nyatanya memang sudah seperti itu. Semua yang ia kerjakan dengan baik pasti karena ingin mendapatkan balasan yang baik pula. Entah itu puja puji manusia atau tempat terbaik di sisi Tuhan-nya. Bukankah begitu?
Tetapi, dengan tak punya banyak teman tak menjadikanmu rendahan. Jangan menganggap dirimu sebagai manusia buangan yang tak punya kelebihan. Sebab memiliki banyak teman pun tak selalu membahagiakan. Untuk apa banyak teman jika hanya membawamu pada sesat? Apa gunanya yang selalu ada jika menjauhkanmu dari mengingat Tuhan? Tak perlu yang seperti itu, sungguh.
Yang perlu kau pikirkan sekarang bukan seberapa banyak jumlah temanmu, melainkan seberapa bermanfaatnya dirimu untuk teman baikmu. Meski tak banyak, tetapi jadikanlah mereka beruntung memilikimu. Buatlah mereka mengatakan, "Alhamdulillah, Aku bersyukur Allah mengirimkan orang sepertimu untukku" Masya Allah, betapa bersyukurnya diri saat ada yang berterimakasih karena memiliki orang sebermanfaat diri. Bukankah itu puncak keberhasilan seorang hamba? Menjadi manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain. Meski hanya satu teman, ah tidak, cukup satu saja, tetapi jika dapat membawamu menggapai cinta-Nya maka sudah luar biasa.
"Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh."
(HR. Thabrani di dalam Al-Mu'jam Al-Kabir no. 13280)Jadi, buatlah diri lebih bermanfaat untuk menyebarkan lebih banyak kebaikan. Bukan soal paras, isi dompet, atau isi kepala saja. Melainkan, karena agama.
Rabu, 5 Januari 2021
-nrHalo, ini Nura. Ini pertama kalinya aku menyapa setelah sekian lama bercerita. Bagaimana? Apakah cerita ini membantu kalian melepas rasa tidak baik-baik saja dalam dada? Aku harap begitu, ya.
Semoga apa yang kusampaikan bisa memberi 'sedikit' manfaat untuk kalian baca. Aku juga berharap bisa menjadi sosok seperti cerita di atas. Sosok bermanfaat untuk manusia lainnya. Meski tidak banyak, tetapi kuharap ada yang bisa kuberikan untukmu dan untuk diriku.
Kalau begitu, selamat membaca! Sampai jumpa di part selanjutnya✨
Ohiya, jika berkenan silahkan mampir di akun instagramku juga ya!
@nura.here
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tidak Baik-Baik Saja
Non-FictionIni tentang kita yang sakit hatinya tentang rasa yang tak kunjung berbunga tentang temu yang tak juga bersua tentang bahagia yang tak pernah ada Ini tentang kita sang penyendiri tentang kita yang memilih pergi tentang kita yang ditinggal pergi tenta...