[1.2] minsan

1.1K 41 3
                                        

" Hhh.. gini, ya, cuwk. ", Mingi hanya menatap polos pada San yang memijit pangkal hidung, " Jadi pacar pura-pura, tuh, ga segampang yang lo kira. Kalo tu cewe emang beneran tergila-gila ama lo, lo kira dia bakal terima dan pergi gitu aja setelah lo perkenalin gue sebagai pacar lo? Cepat - lambat dia pasti tau kalo itu semua cuma pura-pura, dan idup lo ga akan tenang seumur hidup. Apa susahnya, si! Tolak secara lugas dan to the point?! "

Mingi mencebikkan bibir, menunduk seperti anak kecil tak diberi permen, " Kasian kalo dia sedih, gue ga mau nyakitin perasaannya.. dia itu baik baget, San. Suka bikinin makan siang dari rumah, suka siapin minuman tiap jurusan gue tanding, dan selalu ada kapanpun - dimanapun. Ga habis pikir, udah! "

' Itu, mah, penguntit, njir! ', San mengerang frustasi. Rambutnya acak-acakan sebab dijadikan pelampiasan. Buat apa si tiang ini minta saran bila tak ada satupun saran San ada yang dituruti?

Meninggalkan Mingi di ruang tengahnya, San berjalan masuk dapur untuk menuang susu ke gelas.

Kotak karton susu diletakkan di sebelah kompor, Ia berdiri menumpu satu tangan untuk meneguk susu di gelas.

Ketika kakinya satu langkah ke belakang, punggungnya menabrak sesuatu. Ketika berbalik, tubuh tegap Mingi terpampang di depannya. Ia mengernyit heran melihat raut datar Mingi.

" M-Ming, lo ngapain? Mundur! "

Dorongan seorang Choi San yang faktanya lebih kecil dari Mingi tentu tak menghasilkan apapun. Malah Mingi memajukan tubuh hingga kedua tangannya menumpu counter. Membuat posisi San tidak nyaman, dimana separuh tubuhnya mundur dengan pinggang tertahan.

" San.. "

San ingin mengatakan sesuatu, tapi suaranya tercekat. Hidungnya bertabrakan dengan hidung bengir Mingi, menelan jarak diantara wajah mereka.

" Mi- "

" Kita tunjukin kalo kita beneran pacaran aja. "

" M-maksud- "

Sebelah lengan Mingi merayap kebelakang tubuh San, merayap naik - turun membelai punggung yang lebih tua. Tak lama telapak tangan yang masih menganggur, pun, menyusul bertengger di sisi pinggang lelaki Choi. Merematnya seduktif. Menciptakan sengatan listrik tak kasat mata pada yang didominasi.

" San.. gue mau 'beneran' jadi pacar lo. Gue sayang sama lo, dan pengen jadi orang yang lo cintai seumur hidup. "

Sedetik kemudian bibir tipis San disambar. Dikulum ganas seakan sesuatu yang dinantikan selama ini, membuat San kepayahan.

Kedua telapak tangan San meremat kuat bagian depan jaket Mingi. Pikirannya berkecemuk ribut. Ada sensasi kuat yang berkumpul di perutnya, yang San jelas tahu apa.

Antara menginginkannya, dan berpikir bahwa ini salah.

Mingi merapatkan tubuh mereka. Ia bergerak menggesekkan bagian selatan keduanya. Tubuh San bergetar.

" Eunghh... "

Mendengar erangan merdu yang lebih kecil, Mingi benar-benar turn on. Celananya total menggembung keras. Ia semakin bersemangat menggesekkan pusat tubuh.

Rasanya San akan gila.

" Kita tunjukin kalo lo bener-bener pacar gue, orang yang gue cintai, dan orang-orang harus tahu itu. "

Itu adalah kode sebelum bibir Mingi melukis di leher si Choi. Menghisap dimanapun Ia mau. Menciptakan ruam pekat yang hampir berdarah.

" Min-Mingi, tunggu- "

" San.. boleh? ", suara Mingi telah bergetar memburu, nafasnya, pun, berat

Beberapa saat San terdiam. Ia meringis ngilu akan barangnya yang berkedut sakit dibalik celana. Minta dibebaskan. Minta dimanjakan. Dan Mingi adalah orang yang tepat.

Maka Ia lantas mengagguk. Tak memikirkan apapun lagi ketika Mingi langsung mengangkat sebelah pahanya dan menggiringnya berbaring di meja dapur.

Mereka melakukannya.

Atas dasar pengakuan cinta.

Atas dasar kemauan keduanya.

Ditengah nafasnya yang memburu, San menarik tengkuk sang dominan mendekat kedepan wajahnya yang merah berpeluh. Tersenyum jenaka diantara tubuhnya yang menggelinjang hebat tiap dihentak, tepat ke titik nikmatnya di dalam, " K-kalo cewek yang suka l-lo liat in-ini.. bisa-bisa dia bunuh diri- EUNGHK.. "

Mingi balas tersenyum, menggenggam erat telapak tangan yang lebih kecil yang terkulai di sisi kepala. Ia menggeram dalam. Kembali mencium bibir terbuka San.

Ia akan mengakui semuanya besok. Mau bagaimana reaksinya, itu bukan urusannya. Ia akan dengan bangga memperkenalkan Choi kucingnya. Orang yang mendesahkan namanya.

.

.

.

.

Duhh, aku 'gak' minta maaf, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duhh, aku 'gak' minta maaf, yaa

Emang suka qotor kalo udah menyangkut Meng San "3

ATEEZ SHI- [VOL. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang