[1.4] seongjjong

605 23 8
                                    

Yeosang mengusap bibir atasnya yang robek berdarah, terbentur gigi sebab ditinju dengan tak manusiawi.

" YEOSANG! ", Seonghwa reflek menangkis sebuah pukulan kayu dengan tangan

Kini tulang lengan bawahnya luar biasa nyeri, sial! Ia salah strategi.

" Seonghwa, awas!! "

BUGH!

Sebuah tendangan hampir mendarat di perut bila Seonghwa tak menghindar. Dirinya yang semakin dibuat berang, pun, melayangkan satu bogeman mentah ke rahang lawan.

Tak cukup sampai disitu. Setelah musuh terhuyung, Seonghwa masih menerjangnya dan memberikan pukulan-pukulan pelumpuh lain.

Membabi buta, selusin pukulan Ia tinggalkan di muka. Seonghwa bangkit berdiri menatap remeh kebawah. Dadanya naik turun dengan nafas terengah, lawannya benar-benar tumbang.

Yang lain lari menyelamatkan diri, meninggalkan beberapa rekannya yang seakan hampir mati. Nyatanya, solid sehidup - semati itu memang hanya pemanis citra diri. Ketika semuanya tetap kembali ke ego masing-masing.

Munafik!, kata Seonghwa.

Melihat situasi liar yang telah berakhir, Hongjoong mendekat pada Seonghwa dengan langkah tertatih-tatih. Lututnya terpukul balok kayu, mungkin tengkoraknya retak atau bahkan lebih buruk. Karena Hongjoong tidak melebih-lebihkan bahwa sakitnya luar biasa.

" Hwa, lo gapapa? "

Seonghwa meludah darah ke samping, tatapannya masih sengit.

" Gue gapapa. Yeosang? "

Yeosang ikut mendekat pada dua sohibnya, mulutnya banjir darah. Ia menjawab dengan gigi merah, " Gue gapapa, Bang. Rusuk gue sakit dikit tapi gapapa. "

" Syukur, deh. Hongjoong, bisa jalan? ", tanya Seonghwa begitu menyadari bahwa teman pendeknya terlihat berdiri hanya dengan satu kaki, kaki lainnya ditekuk tak menapak tanah

Hongjoong tersenyum tipis, " Gue oke, gak lebih buruk dari tawuran terakhir. "

" Okelah, untung aja. "

" Gila, mereka main curang bawa banyak orang. Kesepakatannya ga gitu, anjir! Tiga lawan sepuluh, lo kira kami ga bisa, hah?! Bangsat! "

Yeosang menendang emosi kaki bekas lawan Seonghwa yang pingsan di bawah kaki mereka.

Seonghwa menepuk pundak Yeosang bermaksud untuk menenangkan.

" Udah, Sang. Ayo cabut. "

" Hwa! Lo luka! "

Seonghwa menghadap Hongjoong, " Gue..- "

BRUK!

" SEONGHWA! " / " BANG HWA! "

.

.

.

.

Seonghwa membuka mata pedihnya perlahan.

Hal yang pertama kali Ia saksikan adalah plafon berwarna krem yang menurutnya sangat menyilaukan.

Ini bukan kamarnya.

Ketika Seonghwa dapat membuka matanya dengan lebih jelas, pendengarannya menangkap suara air yang bergemericik. Seperti air yang jatuh dari perasan kain.

" Bego. "

Seonghwa menoleh oleh celetukan barusan.

" Sshhh... Dek? "

Pemuda gembil di tepi ranjangnya membalasnya dengan tatapan tajam dan gembungan pipi kesal. Tangannya memerah kain handuk basah lebih agresif. Menunjukkan betapa kesalnya dirinya saat ini.

" Dasar bego! "

Seonghwa kembali memejamkan matanya dengan kerutan dahi lelah. Tangannya menyentuh keningnya yang ternyata dibalut perban, " Jangan marah-marah dulu, dong. Kakak pusing. "

" Ya, salah siapa Kakak pake tawuran!! ", handuk basah dihempas dari tangan, " Kakak, kan, udah janji buat gak ikut ribut lagi! Tapi mana?! Kakak bahkan hampir mati karena ga tau kalo kepala belakang bocor! Aku, tuh, khawatir setengah mati! Kalo Kakak kenapa-napa gimana?! Aku gamau, ya! Kakak mati konyol! "

" Tapi Kakak gapapa, kan? "

" Bego! Aku ga bisa bayangin kalo aku ga maksa diri buat cari Kakak dan ga nemuin Kakak pingsan di gang secara ga sengaja! Nyawa, tuh, mainan, ya, buat Kakak?! Hah?! ", kini kepalan pemuda yang lebih muda mencengkram erat kerah kemeja kusut Seonghwa, kemeja sekolah yang telah ternoda tanah juga darah

Seonghwa menghela nafas lelah, Ia telah terlampau terbiasa dengan keadaan seperti ini. Maka Ia, pun, paham apa yang harus dilakukan, " Maaf.. "

" Bisa-bisanya aku punya tunangan bego! Dasar bego! "

" Jongho.. maaf. "

" Hoho, tuh.. khawatir, Kak... hiks! "

Seonghwa langsung terburu-buru bangkit, mengabaikan pening kepala yang menyerang juga sakit sebadan-badan.

Ia bergerak cekatan memeluk kepala yang lebih muda, membisikkan kalimat-kalimat penenang berharap manisnya akan merasa lebih baik.

" Jongho, maaf. Kakak tau Kakak salah, Kakak minta maaf. Kakak gak bisa jadi tunangan yang baik buat kamu. "

Jongho di dekapan terisak, memukul gemas dada bidang Seonghwa yang berada tepat di depan wajahnya, " Udah tau calon suami yang buruk, kenapa masih diterusin?! Lama-lama aku pergi ke orang lain, yah?!! "

" Jangan berani!! "

" Makanyaaaa, ih! ", Jongho melepaskan diri, menatap sebal wajah babak belur Seonghwa dengan mukanya yang basah memerah, " Masih mau diterusin?! Kakak bentar lagi lulus! Pikirin aja ujian biar bisa masuk univ, bukan perang sabana sama sekolah sebelah! Kek anak kecil tau, gak? Hiks! "

Dimandati begitu, Seonghwa terkekeh geli. Merasa lucu dengan tunangan gembulnya yang baru menginjak kelas 10 senior high school.

" Udah, jangan nangis lagi, cup cup cup cup! "

" Aagghhh, Kakak jorok! ", Jongho bergerak ribut melepaskan diri dari Swonghwa yang menghujani wajahnya dengan kecupan basah, meninggalkan jejak liur dimana-mana

Seonghwa menurut disertai tawa, lalu meringis sebab nyeri fisiknya.

" Kakak ga bisa janji, tapi Kakak bakal berusaha buat turutin kamu. ", selimut dinaikkan sebatas perut

" Mana boleh karena aku?! Kakak harus lakuin itu buat diri sendiri! "

" Iya, iyaa. Nurut sama Pangeran. ", Seonghwa menyamankan posisi dan mulai menutup mata, Ia menghirup aroma pengharum apel pada kain selimut yang membuatnya menyadari bahwa Ia berada diatas tempat tidur tunangannya, di kediaman Jongho, " Kakak laper, buatin bubur, dong. "

" Dasar tunangan gatau diri! ", Jongho berdiri membawa baskom airnya

" Tadi 'bego', sekarang 'gatau diri', nanti apa? "

" SEBEELLLL! "

" Iya, iyaa, terserah. ", kata Seonghwa sebelum berusaha menggapai alam mimpi

.

.

.

.

Galak, loh, Hwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galak, loh, Hwa..

ATEEZ SHI- [VOL. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang