TAK
Yunho melihat pada sebuah pulpen hitam yang jatuh menggelinding di bawah kaki meja bangkunya, jadi Ia menunduk dan mengambil benda tersebut.
" Pulpenmu jatuh. ", kata Yunho dengan senyum tampannya pada si pemilik
Yeosang, yang tak sengaja menjatuhkan pulpennya. Dia adalah anak yang sangat pendiam, hampir selalu sendirian sepanjang waktu sekolah, dan banyak orang suka bergosip buruk tentangnya.
Yunho tidak pernah melihat Yeosang bercengkrama hangat dengan siapapun. Tidak ada yang mau mendekati Yeosang. Ia ingin, tapi Ia adalah seorang anak pindahan dari kota lain yang dicekoki macam-macam peringatan oleh siswa lain agar tak berurusan dengan Yeosang.
Bagaimanapun Yunho juga punya rasa takut. Bagaimana jika yang mereka katakan bisa menjadi benar? Jadi, Ia membuat zona aman, dimana akan bersikap biasa pada Yeosang jika momennya memungkinkan. Atau mudahnya, hanya berurusan seperlunya secara profesional.
" Terima kasih. "
Yunho merekamnya di kepala. Suara Yeosang halus dan dalam, si rambut pirang itu bahkan menyunggingkan senyum tipis di bibir.
Yunho hanya balas mengangguk dengan kurva manis.
Belum sampai satu menit, Yeosang menusuk pelan lengan atasnya dengan ujung belakang pulpen, buat Yunho menoleh.
" Ya? "
" Aku sempat melihat sebuah dompet dengan nama 'Jeong Yun-ho' di wastafel toilet. Kupikir kau tidak sengaja meninggalkannya, tapi maaf, aku tidak menyimpannya. "
Yunho reflek meraba semua kantung pakaiannya, dan sedetik kemudian wajah Yunho berubah panik secara drastis.
Ia ingat sempat pergi ke toilet sebelum kelas dimulai, Ia mungkin meninggalkannya disana.
" Astaga! Aku mungkin meninggalkannya! Aku harus segera mengambilnya. "
Setelah mendapat persetujuan gurunya untuk izin ke toilet, Yunho melesat pergi dengan kecepatan tinggi.
Diam-diam Yeosang menyeringai, dan melirik revolver hitam yang Ia genggam di bawah meja.
" It's the time to play.. "
.
.
.
.
Yunho bernafas lega begitu melihat dompetnya benar-benar berada di wastafel toilet siswa.
Ia mengambilnya, mengecek isinya dan bersyukur bahwa tidak ada yang kurang disana.
Ketika memeriksa jumlah uang, telinganya sayup-sayup mendengar banyak suara keras beruntun dan ribut anak-anak kelas. Itu pasti dari kelasnya, karena kelasnya adalah satu-satunya yang belum berakhir untuk mendapat les pribadi dari wali kelas.
Teman-temannya mungkin mulai bercanda dan membuat kebisingan, entah memukul papan tulis dengan pengaris kayu atau menabuh meja bangku mereka sendiri, karena wali kelasnya sedang keluar ruangan. Hal yang memang sering dilakukan oleh mereka.
Ketika berbalik untuk keluar toilet, jantungnya terasa hampir lepas karena mendapati Yeosang telah berdiri di depannya, tanpa tanda-tanda, memblokir akses pintu di sana.
" Astaga! Yeosang, kau mengagetkanku! "
Yeosang tak memberikan balasan apa-apa.
Yunho memperhatilan detail rekan sekelasnya.
Tidak ada yang aneh, wajah Yeosang masih sama cantiknya. Ekspresi patungnya juga masih sama, seakan tidak ada emosi disana. Lalu kerah seragamnya yang bernoda merah-
" Y-Yeosang, seragammu berdar- "
Belum sempat ucapannya diselesaikan, Yeosang maju mendekat dan membungkam mulutnya dengan telapak tangannya yang halus. Yeosang menatap lamat pada mata Yunho.
" Mereka sudah mati, sebaiknya kita segera pergi. "
" Mph- Yeosang! Apa maksud-!... n-nya... "
Yunho ambruk tak sadarkan diri. Yeosang tersenyum puas. Akhirnya tiba waktunya ketika Ia bisa hidup dengan tenangnya,
bersama Yunho-nya.
.
.
.
.
ULULULULULU, masih ada sisa hangover yunsang dalam diriku! Cheese! ☆
KAMU SEDANG MEMBACA
ATEEZ SHI- [VOL. 1]
FanfictionPiece a sh!t of me Kumpulan mentahan ide fanfic ATEEZ yang mungkin akan dibuatkan buku full suatu hari NOTE: • random sh!t • as my mood • random pair • random (buku ini (VOL. 1 & 2) berisi kumpulan mentahan ide fanfik ATEEZ yang boleh dipergunakan s...