Piece a sh!t of me
Kumpulan mentahan ide fanfic ATEEZ yang mungkin akan dibuatkan buku full suatu hari
NOTE: • random sh!t
• as my mood
• random pair
• random
(buku ini (VOL. 1 & 2) berisi kumpulan mentahan ide fanfik ATEEZ yang boleh dipergunakan s...
Testpack di tangan terlempar, mata Jongho nanar memikirkan kenyataan 'buruk' yang telah menimpanya.
" Kau takut pada kehamilan, namun sama sekali tidak malu membuka kakimu pada banyak pria. "
Jongho menatap sedih pada kakaknya. Tatapannya tersirat kesedihan dan keputusasaan yang minta dikasihani, namun hati San terlanjur keras.
" Kak... ", Jongho terisak
" Apa kau bahkan tahu siapa ayah dari jabang bayimu? ", rahang San mengeras, emosinya menggebu di dalam sana
Betapa hancur dan malunya mendapati kenyataan bahwa keluarga satu-satunya telah hamil diluar nikah. Yang bahkan tidak tahu dari sperma begundal mana.
Jongho gelagapan, " Ti-tidak tahu.. hiks, aku tidak tahuu! "
San mencengkram pergelangan Jongho, menariknya keluar kamar mandi dengan langkah cepat. Lebih mirip diseret.
BRUK
" Jangan pernah berani keluar rumah! Aku malu memiliki adik sepertimu! "
BRAKK
Pintu dibanting keras, tangis Jongho pecah. Ia menyesali apa yang telah Ia lakukan. Ia membayangkan kemungkinan ngeri dimana mau tidak mau, Ia akan mengasuh seorang bayi di usia remajanya. Usia dimana Ia masih ingin bermain dan bersenang-senang. Masih ingin bersama teman-temannya. Ia membenci dirinya sendiri.
" SIALAAAAAANNNNNNNNNNNNNNNN! "
.
.
.
.
Jongho mengerjapkan matanya. Rupanya Ia tertidur karena kelelahan menangis, matanya terasa sembab dan bengkak.
SRAK
" Bangun. "
Jongho memaksakan tubuhnya untuk duduk, matanya diusap.
" Huh? "
" Kau harus tahu, aku sangat membenci kenyataan bahwa kau telah menjadi aib. Aku benci mengingat bagaimana kau tidak ingin mendengarkanku dan bermain bersama teman-teman berandalmu sesuka hati. "
Mata Jongho kembali panas, bohong bila Ia tidak sakit hati. Dadanya berdenyut nyeri.
" Tapi bayimu bukan arah yang pas untuk disalahkan. ", San menatap dingin, " Kau harus paham, bahwa kau yang telah membawanya. Kau yang membuatnya dan sudah kewajibanmu untuk bertanggung jawab atas kehidupannya. Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kau lari dari kenyataan. "
" Hiks!.. ", Jongho menutup wajahnya, frustasi adalah yang ada di kepalanya, " Tapi aku tidak tahu caranyaa! Hiks! "
Tatapan San masih tidak berubah. Ia bahkan seperti tidak memiliki niatan untuk menenangkan sang adik yang tengah berada dalam titik terendahnya.
" Tidak ada yang pernah memintamu untuk jadi jalang, Jongho. "
Jongho menangis semakin keras. Betapa hancur hidupnya saat ini.
San mendekatkan kantung plastik yang tadi Ia letakkan di dekat adiknya, sedikit menyingkapnya untuk memperlihatkan isinya.
" Minum susu kehamilan ini sesuai intruksi. Aku tidak tahu rasa apa yang kau inginkan. Lakukan jika kau berniat bertanggung jawab. "
Jongho tidak tahu sejak kapan Ia merasa sangat menyayangi kakaknya. Kakaknya sangat peduli padanya. Ia mulai mengingat seberapa keras usaha San untuk menyambung hidup keduanya. Dan apa yang Ia lakukan? Menjadi sampah masyarakat dengan kehidupan liar?
" Kak... hiks! Ingin peluk... "
GREP
San marah, San benci, Ia tidak menampiknya. Tapi siapa yang akan menjaga adik kecilnya selain dia? Tidak ada.
Dan San hanya ingin adiknya memiliki kehidupan baik, apapun yang terjadi. Tidak peduli bahwa Ia lelah, Ia hanya ingin.
.
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.