07. Haysel

44 8 4
                                    

Setelah diberikan alamat oleh Haysel, Hazel menyimpannya baik-baik di dalam saku celananya. Kebahagiaan Hazel sangat besar, saking besarnya, ia ingin memamerkan kepada Leon bahwa dia memiliki teman di Bumi.

Saat di kerajaan, Leon sering meledek dirinya karena sehabis bersenang-senang pada musim gugur, wajah Hazel terlihat bahagia. Saat Leon menanyai Hazel mempunyai teman atau tidak di Bumi, jawaban Hazel selalu tidak. Beruntung Leon memberikannya pesan yang awalnya Hazel anggap menyebalkan.

"Kak Hazelnut!"

"Kak Hazelnut, aku menemukan surat lagi di atas kasur," seru anak laki-laki kecil yang menggemaskan, tetapi suka menemukan barang yang bukan miliknya. Beruntung saja, Louis itu anaknya jujur.

"Ya ampun, Louis. Kamu ini kebiasaan, ya, ambil barang-barang Kak Hazel di kamarnya sendiri," tegur Nyonya Maria yang datang dari arah dapur, karena ia penasaran dengan seruan Louis. Namun, saat tahu bahwa Louis menemukan barang yang bukan milik anak itu membuat ia geleng-geleng kepala.

"Louis suka banget masuk ke kamar Kak Azel!" protes Vinna yang ikut datang dari belakang Louis. Sally dan Nike juga mengekori Vinna yang mengikuti Louis. Memang, keempat anak-anak itu sering tidur dan bermain di kamar Hazel karena di kamar gadis itu memiliki pendingin ruangan dan juga sangat luas.

"Iya, tuh. Louis nakal," ujar Sally ikut-ikutan.

"Louis nggak baca isinya, dia cuma menemukan aja," kata Nike membela Louis yang disudutkan oleh Vinna dan Sally. Nike langsung berjalan mendekati Louis dan mengambil kertas yang sudah berlipat itu, lalu memberikannya kepada Hazel yang diam menyimak perdebatan keempat anak-anak itu.

"Kakak lihat aja, lipatannya masih sama," ucap Nike dengan polosnya.

Hazel pun menerimanya dengan senang hati, dia merasa gemas dengan tingkah anak-anak itu. Apalagi Louis yang sering menemukan barang yang anak itu anggap penting dan Nike yang selalu membela Louis saat disudutkan oleh Vinna dan Sally.

"Thank you. By the way, kalian mau tahu surat ini dari siapa?"

Mendengar pertanyaan Hazel membuat keempat anak-anak itu kompak menjawab tidak. Namun, Louis dan Nike yang sangat penasaran langsung duduk di samping kiri dan kanan Hazel.

"Louis mau tahu!"

"Nike juga kepo."

Vinna dan Sally yang tidak mau kalah, Vinna langsung mengambil posisi duduk di samping Louis dan Sally duduk di samping Nike.

Akhirnya, Hazel pun menceritakan bahwa dia diberi kertas itu dari seorang laki-laki yang memikat perhatiannya. Ia akan diajak bermain di rumah laki-laki itu. Keempat anak-anak kompak ingin ikut dan bertemu dengan laki-laki yang diceritakan oleh Hazel, tetapi tentu saja Hazel menolaknya, karena ini adalah yang pertama kali ia diajak bermain ke rumah laki-laki itu dan ia ingin menjaga image.

🍁🍁🍁

Seorang laki-laki dikelilingi oleh kebingungan. Sudah berlalu satu jam setelah makan malam. Ia yang biasanya banyak mengeluarkan topik pembicaraan saat makan malam bersama sang ayah, saat ini mulutnya terasa kelu untuk berbicara. Ia takut salah ngomong kepada sang ayah.

Walaupun sang ayah sudah mengizinkannya untuk mempertemukan teman bermain Haysel kepada beliau, tetapi Hazel tetap takut dan ragu untuk mengatakannya.

"Ehm, Daddy. Hasel ingin bicara ... apa ... itu ... arghh." Haysel mengacak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan sejak tadi.

Sang ayah hanya menatap putranya dengan tatapan geli. Ia ingin tertawa atas sikap aneh Haysel, tetapi tidak mungkin lakukan, itu sama saja membuat Haysel tidak ingin membicarakan hal yang ingin anak itu bicarakan padanya.

"Haysel ingin apa?" tanya sang ayah yang langsung direpon aneh oleh Haysel.

Lihat saja, laki-laki itu menodongkan jari telunjuknya tepat di depan mulut sang ayah. Ia tahu itu tidak sopan, tetapi kalau ayahnya semakin terus bertanya, hasilnya akan membuat Haysel menjadi semakin ragu untuk berbicara.

Sang ayah pun yang sudah penasaran, memberikan sebuah kertas dan pena kepada putranya yang menggemaskan itu. Sejak awal, ia tahu bahwa Haysel seperti seorang anak remaja yang ingin meminta izin kepada orang tuanya untuk jalan-jalan bersama teman perempuan atau kekasih.

Namun, bisa jadi Haysel merasa malu untuk mengatakan bahwa anaknya itu ingin mempertemukannya dengan seorang gadis karena mengingat ia pernah meminta Haysel untuk memperkenalkan gadis yang membuat perubahan Haysel kepadanya.

"Hasel ingin minta izin, Hasel ingin memperkenalkan Hazel kepada daddy. Hasel akan tepatin janji yang waktu itu," ujar Haysel dengan nada berbicara yang cepat. Bahkan tidak ada jeda untuk membuat ayahnya mencerna perkataannya.

Namun, untung saja sang ayah langsung tahu maksudnya. Ia tersenyum misterius dan menganggukkan kepala.

"Daddy izinkan. Jadi, bertemunya di mana?"

"Daddy jangan banyak tanya, ya. Aku bakal jelasin semuanya. Aku malu kalau mendengar jawaban atau pertanyaan daddy. Daddy boleh ketawa kalau aku udah masuk kamar. Janji, ya?" kata Haysel sembari mengulurkan jari kelingkingnya yang disambut oleh sang ayah.

"I'm promise." Sang ayah menutup mulutnya dan mata yang menatao Haysel lekat-lekat. Sebenarnya ia ingin tertawa melihat tingkah laku Haysel malam ini. Ia yakin bahwa Haysel menyukai gadis yang bernama Hazel itu, tetapi putranya masih belum peka dengan perasannya sendiri.

Sebelum mengatakan segalanya, Haysel mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.

"Tiga hari lalu daddy memintaku untuk memperkenalkan Hazel kepada daddy, besok aku kabulkan, Dad. Dia akan datang ke sini jam empat sore, karena aku pulang siang dan harus bersiap-siap agar tidak memalukan. Daddy harus rapi dan terlihat ganteng! Mumpung daddy besok off, kan?"

Sang ayah mengangguk dan berkata, "Harus banget kamu rapi? Biasanya sewaktu pulang ayah sering lihat kamu nggak rapi."

"Dad, jangan protes, dong. Hasel malu," rengek Haysel yang terlihat seperti anak kecil.

Perubahan sedikit demi sedikit kepada Haysel membuat sang ayah merasa senang. Ia tidak perlu lagi takut akan Haysel yang selalu murung.

"Semoga gadis itu memang keajaiban yang datang untuk membahagiakan Haysel," batin sang ayah penuh harap.

Haysel yang merasa sudah mengatakan semuanya. Dia langsung berlari ke kamarnya dan membiarkan sang ayah sendirian di ruang keluarga. Ia sungguh merasa malu dengan tingkahnya tadi.

"Meminta izin nggak perlu gitu banget, Haysel!" gerutunya kepada diri sendiri.

Sang ayah yang ditinggalkan di ruang keluarga sendirian, membuat ia terkekeh melihat tingkah laku Haysel yang sangat berbeda dari sebelumnya. Padahal saat menceritakan tentang Hazel beberapa hari yang lalu terlihat biasa saja, tetapi hari ini Haysel benar-benar terlihat menggemaskan.

🍁🍁🍁


bougenvilleap_bekasi
AraaaaKyuddd
AulRin_09
LintangPansavialysan

9 Januari 2022, 983

Hays-Zel Autumn「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang