12. So Close

41 6 2
                                    

"Bagaimana harimu?"

Seorang gadis remaja yang memakai dress putih itu menjawab dengan penuh kebingungan. Hari? Satu pertanyaan yang pasti akan membuat semua orang kebingungan untuk menjawabnya.

"Baik saja berjalan lancar," jawab si gadis itu yang langsung mendapatkan protes.

"Bukan itu, hari-harimu bersama laki-laki itu."

"Oh, Mr. Hariku saat ini bisa dibilang lebih menyenangkan dari hari-hari sebelumnya, karena ditemani olehnya. Namun, bisa juga dibilang hari yang membuatnya menjadi tumbal tatapan semua orang akibat sifat absurd dari dia, Louis, dan Nike." Gadis itu pun melanjutkan perkataannya dengan nada yang pelan, "menyebalkan tahu."

"Oh ya, kamu semakin dekat, kan?"

Oh, ayolah, gadis itu ingin langsung masuk ke dalam kamar dan membayangkan hari-hari indahnya di dalam khayalannya. Namun, terhalang akibat deretan pertanyaan dari si Mr. Alex yang sifat penasarannya terlalu tinggi.

"Bisa jadi, sih. Tapi dia masih saja terkadang murung sambil menatap rerumputan hijau yang memanjakan mata."

"Kamu ...." Pertanyaan tidak penting terus berlanjut hingga Mr. Alex merasa puas. Sebelum puas mendapatkan jawaban itu, ia akan terus bertanya kepada orang yang bersangkutan.

Setelah menghabiskan satu jam oleh kegiatan interogasi ala Mr. Alex, membuat Hazel menjadi telat untuk tidur dan membayangkan kenangan mereka tadi di Vondelpark. Namun, bukan hanya sampai di sana, Hazel kembali diganggu oleh kedatangan Louis yang sejak tadi juga belum tertidur. Padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 12:48 waktu bagian Amsterdam.

🍁🍁🍁

"Hazel, temanmu datang, tuh," seru seorang wanita paruh baya dari lantai satu. Wanita itu menyebutkan kata 'teman' berarti yang datang adalah seorang laki-laki yang hobinya murung, Haysel Aisher.

Entah apa yang membuat Haysel datang ke rumahnya, padahal hari ini adalah hari sekolah dan saat jam pelajaran berlangsung. Ia segera melangkahkan kakinya menuju pintu masuk di lantai satu dan menemukan sosok laki-laki remaja sedang berbincang dengan Tuan Alex. Hazel sangat tahu rasa penasaran Tuan Alex tentang jalan-jalan kemarin ke Vondelpark, bagaimana kedetakannya dengan Haysel, atau yang lebih terperinci tentang hubungan mereka berdua. Cukup Hazel yang merasakan menjawab pertanyaan-pertanyaan Tuan Alex yang terlalu penasaran.

"Bisa bahaya kalau berbicara sama Tuan Alex," gumam Hazel seketika panik. Ia berusaha memikirkan sebuah ide untuk menjauhkan Haysel dari jangkauan si Tuan pemilik rumah.

"Hai, udah lama nunggu?" Hazel datang dari belakang Tuan Alex sembari mengode Haysel untuk tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Tuan Alex.

Haysel yang tidak mengerti dengan kode Hazel, ia menjawabnya yang akan menambah beban Hazel bertambah. "Tidak apa-apa, aku senang berbincang dengan Mr. Alex."

Ya ampun, ini anak terlalu kekanak-kanakan. Hazel terus merutuki Haysel yang terlalu polos. Bahkan saat Tuan Alex menanyakan tentang hubungan mereka berdua, Hazel ingin memotong perkataan Haysel, tetapi malah mendapatkan tatapan tajam bak elang menangkap mangsa.

Dari belakang punggung Tuan Alex, Hazel mengode Haysel lagi dengan bantuan kekuatannya. Ia menuliskan sebuah kalimat yang bahkan sudah dimengerti oleh anak sekecil Louis, tetapi Haysel tetap tidak mengerti maksudnya. Oke, sepertinya si anak mantan pemurung itu akan menerima ganjarannya atau menambah pengalamannya berbicara dengan Tuan Alex yang hobinya penasaran sampai ke titik akhir.

"Jangan dilanjutkan, katakan saja aku ingin segera bertemu Hazel!" tulisan di udara menggunakan kekuatan gadis itu diabaikan oleh laki-laki remaja yang membuat hari-harinya penuh.

Dari belakang, Hazel mencuri dengar pertanyaan Mr. Alex yang membuatnya cukup terkejut.

"Bagaimana hubungan kalian? Pacaran atau masih teman?"

Sebelum memberikan waktu Haysel untuk menjawab, Hazel sudah terlebih dahulu menginterupsi dan menarik tangan laki-laki remaja itu dan Louis untuk ke rooftop. Cukup sudah Haysel yang tidak tahu apa-apa itu menjawab pertanyaan aneh bin gila dari Mr. Alex.

Dari kejauhan, Mr. Alex terkekeh pelan melihat tingkah lucu Hazel yang malu-malu. Ia sangat tahu mereka masih dibatas pertemanan, tetapi melihat interaksi mereka berdua, ia menyimpulkan bahwa mereka berdua cocok untuk menjadi pasangan.

Sementara di rooftop, Haysel di ceramahi oleh Hazel karena telah mengabaikan perkataannya. Ia harus menerima ganjaran setelah berani berbincang dengan Mr. Alex tentang hari mereka kemarin.

"Maaf," kata Haysel yang tidak tahu ingin mengatakan apa lagi.

"Beruntung sih kamu di awal hanya di tanya yang simple, kalau kamu sampai jawab pertanyaan terakhirnya itu bisa berbahaya bagiku, karena akan digoda terus oleh mereka."

Haysel mengangguk paham dan tersenyum manis hingga memperlihatkan lesung pipitnya yang baru pertama kali dilihat oleh Hazel. Hazel yang melihat Haysel tersenyum, berteriak kegirangan dan spontan memeluk laki-laki itu.

Setelah sadar akan perbuatannya, ia langsung menjauhkan diri dari Haysel dan meminta maaf karena telah memeluk laki-laki itu tanpa izin terlebih dahulu.

"It's okay. By the way, kenapa senang sekali aku tersenyum?" tanya Haysel sembari melirik Hazel. Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju pembatas atap dan melihat ke bawah yang jauh.

"Karena usahaku nggak sia-sia, dong."

"Usahamu saja tidak berkesan bagiku," kata Haysel yang niatnya untuk bercanda, tetapi dianggap asli oleh gadis itu.

Hazel sampai hampir mengeluarkan air mata dan menundukkan kepalanya. Hazel merasa sedih karena usahanya tidak dianggap dan tidak berkesan sedikitpun. Ia berusaha untuk tersenyum dan berjalan mundur secara perlahan.

"Nggak apa-apa, asalkan kamu tersenyum aku sudah senang, kok," kata Hazel dengan nada kecewa kepada dirinya sendiri yang tidak berusaha maksimal.

Melihat Hazel yang berjalan mundur secara perlahan, seperti menjauh darinya, ia pun langsung melangkah lebar dan mendekap Hazel dengan sangat lembut. "Hey, Hazel. Aku hanya bercanda, maaf. Jangan sampai kamu murung, kumohon."

Hazel yang didekap oleh Haysel untuk pertama kalinya, membuat gadis itu tidak menolak apapun. Ia malah membalas pelukan Haysel dan menangis untuk mengeluarkan sakit hatinya. Sosoknya yang tidak bisa menerima respon buruk dari orang yang dia anggap, membuat Hazel seketika merasa dirinya lemah. Namun, akibat pelukan hangat dari Haysel membuat hati gadis itu merasa tenang.

"Kalau boleh jujur, usahamu tidak sia-sia. Aku bahkan bersyukur telah dipertemukan olehmu."

"Dan, kalau boleh jujur, aku menyukaimu, Hazel Autumn."

🍁🍁🍁

bougenvilleap_bekasi
AulRin_09
AraaaaKyuddd
LintangPansavialysan

13 Januari 2022, 932

Hays-Zel Autumn「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang