13. Gone

44 6 0
                                    

Setelah seharian bersenang-senang di rooftop, terkadang ditemani oleh Louis, Nike, dan Vinna. Bahkan, mereka semua kompak bermain masak-masakan atas saran dari Vinna. Kemarin adalah kenangan yang sangat membekas dihatinya setelah kenangan di Vondelpark. Namun, Hazel tidak menyadari bahwa hari ini akan menjadi masa kelam baginya.

"Haysel mana? Kok belum datang juga, kemarin kan udah dibilang bakal datang ke sini," protes Hazel sembari melirik ke arah luar. Sesekali ia mengelilingi tepian kanal Prinsengracht.

Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 15:30, sudah hampir sore. Namun, Haysel tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Melihat Hazel yang seperti orang yang kehilangan benda kesayangannya, Mr. Alex tidak tahan melihatnya dan mengajak gadis itu untuk ke rumah Haysel untuk memastikan.

Ide Mr. Alex langsung diterima oleh Hazel tanpa berpikir dua kali. Ia mengambil sweeter miliknya dan masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Mr. Alex. Katanya agar lebih cepat sampai daripada menggunakan sepeda.

Hazel terus menujukkan jalan menuju rumah Haysel, raut wajah panik menghiasi wajah Hazel yang imut dan manis. Mr. Alex bahkan tidak tega membuat raut wajah Hazel sampai seperti itu, tetapi anak remaja yang bernama Haysel Ashier itu berani melakukannya. Walaupun ia tidak tahu alasan kenapa anak itu tidak datang dan tidak memberi kabar, ia tetap saja ikutan kesal kepadanya karena telah membuat Hazel panik dan khawatir.

"Bagaimana kalau Haysel nggak ada di rumah?" gumam Hazel yang berhasil didengar oleh Mr. Alex.

"Arghhh, aku ingin ...," kata Hazel yang belum sempat mengatakan hal itu. "Menangis," sambungnya dengan nada pelan.

"Udah, jangan sedih. Rileks. Kita belum tahu alasannya bukan? Mana tahu, nih, dia ada keperluan mendadak yang mengharuskan ikut dengan sang ayah, atau hal lainnya," kata Mr. Alex terus membujuk Hazel untuk tetap tenang.

"Bagaimana kalau dia pergi, terus tinggalin Hazel? Barang yang disurug Leok untuk diberikan kepadanya belum aku berikan, kalau aku pulang membawa kembali barang itu, yang ada Leon akan mengejekku," kata Hazel sembari menghapus air matanya yang terus mengalir.

"Aku mengerti perasaanmu. So, keep calm, Hazel."

Setelah sampai di perkarangan rumah Haysel, Hazel mendapati kekosongan yang hampa. Tidak ada tanda-tanda makhluk hidup di dalamnya. Rasa takut yang tadinya sedikit menghilang kembali muncul ke permukaan. Ia takut akan kehilangan Haysel, teman manusia satu-satunya yang dia miliki di Bumi.

Hazel teriak berteriak memanggil nama laki-laki itu, bahkan bel rumah ia tekan-tekan terus sampai terdengar berisik. Tetangga di sebelah rumah Haysel keluar, Mr. Alex menghampirinya dan bertanya kemana perginya si pemilik rumah yang dicari Hazel, tetapi jawaban yang ia terima adalah ketidaktahuan tetangga Haysel dengan kepergian laki-laki itu.

"Dad," rengek Hazel yang telah putus asa. Kalau sempat Hazel memanggil Mr. Alex dengan sebutan 'Dad' maka ia sedang membutuhkan rengkuhan dan pelukan ketenangan dari Mr. Alex yang sudah Hazel anggap ayah sendiri selama di Bumi.

Mr. Alex berterima kasih kepada si tetangga dan segera menghampiri seorang putri kerajaan sedang putus asa dan lelah berharap yang tidak pasti.

"Ssst, tenang, My Princess. Dad di sini menemanimu. Kita pulang sekarang, ya? Dad bakal cari informasi tentang kepergian Haysel," kata Mr. Alex menenangkan Hazel. Ia sudah seperti seorang ayah yang sedang membujuk dan menenangkan putrinya yang bersedih.

"Dad bakal cari?" tanya Hazel yang dijawab dengan anggukan oleh Mr. Alex.

"No! Dad harus di rumah, carinya bisa besok saja. Aku butuh ... ketenangan," tolak Hazel yang dituruti oleh Mr Alex.

"Okay, aku akan menurutimu, Princess. So, shall we go home now?" Mr. Alex masih mendekap Hazel sambil mengelus lembut rambut gadis itu.

"Ya."

Mr. Alex pun menuntun Hazel untuk masuk ke dalam mobil. Orang-orang yang melihat pasti akan mengira Hazel adalah orang dengan gangguan jiwa atau orang yang habis di ghosting oleh kekasihnya. Bahkan, ada yang iri ingin memiliki seorang ayah yang begitu perhatian kepada putrinya seperti tindakan Alex tadi.

Jalanan di sekitar rumah Haysel selalu ramai oleh pejalan kaki. Apalagi diwaktu sore seperti ini, pasti banyak yang berjalan-jalan sore menikmati udara sejuk, langit senja, dan ditemani oleh daun-daun yang berguguran.

Namun, suasana cerah di luar saja berbanding terbalik dengan suasana di dalam hati dan pikiran Hazel. Gadis itu merasa sedih sekarang, di pertengahan bulan Oktober ia hampir bisa membuat laki-laki itu tersenyum, tetapi Haysel malah menghilang tanpa memberikan kabar apa pun kepadanya.

Sisa waktu Hazel Autumn di bumi tinggal dua bulan lagi. Terlebih saat pertengahan bulan Desember ia harus kembali ke kerajaan untuk menjalani tugas dan kewajibannya sebagai putri kerajaan.

"Dad yakin sebelum kamu pergi ke kerajaan, kamu akan bertemu lagi dengannya yang telah menjadi sosok yang lebih baik," ujar Mr. Alex menenangkan Hazel yang masih menangis, bahkan meringkuk di atas bangku penumpang di belakang membelakangi Mr. Alex.

"Kenapa Dad seyakin itu?" tanya Hazel tanpa melihat ke belakang.

"Karena tadi tetangganya satu lagi mengatakan bahwa Haysel hanya pergi keluar negara, kalau tidak salah namanya Indonesia untuk bertemu keluarganya di sana," kata Mr. Alex yang terlihat mengingat-ingat nama kotanya.

"Jauh sekali," gumam Hazel terlihat lebih putus asa.

"Hazel yang bersedih bukan Princess Dad lagi, ah. Dad maunya Princess Hazel yang selalu tersenyum bahagia di musim gugur," celetuk Mr. Alex membuat Hazel buru-buru duduk rapi dan merapikan rambutnya yang berantakan.

"No! Hazel itu Princess-nya Dad!"

🍁🍁🍁

bougenvilleap_bekasi
AraaaaKyuddd
AulRin_09
LintangPansavialysan

13 Januari 2022, 848

Hays-Zel Autumn「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang