15. Missing You

45 8 0
                                    

Sudah berhari-hari mereka tidak bertemu, sudah berhari-hari juga Hazel hanya bermain di rooftop rumah bersama Vinna, Nike, dan Louis. Sudah berhari-hari juga Hazel kembali seperti dirinya yang dulu, menikmati dan tidak menyia-nyiakan musim gugur ini. Terkadang Hazel mengajak Louis untuk menemaninya memotret beberapa pemandangan yang indah, seperti hari ini.

"Louis, bagaimana kalau aku memotretmu di dekat sepeda di sana? Aku yakin kamu akan menyukai hasilnya," kata Hazel sambil menarik pergelangan tangan Louis untuk mengikutinya ke sebuah sepeda yang terletak di jembatan.

"Louis mau hasilnya yang keren!" seru Louis dengan mengangkat kedua tangannya ke atas dan melompat kegirangan.

"Iya, iya, makanya percayalah padaku," kata Hazel yang dibalas anggukan oleh Louis.

Dalam hitungan ketiga terdengar bunyi 'cekrek' yang berasal dari kamera Hazel. Louis pun langsung mendekati Hazel dan memaksa gadis itu untuk menunjukkan hasilnya. Namun, Hazel tak kunjung menunjukkannya pada Louis, karena hasilnya jauh dari harapan anak kecil itu. Bukannya keren, wajah Louis menjadi gelap akibat pantulan cahaya dari matahari. Ia salah mengambil angel!

Dengan ragu-ragu, Hazel menatap Louis yang sudah memberengut karena tidak kunjung di lihatkan hasilnya. Padahal anak kecil itu sudah sangat penasaran.

"Maaf, ya, Louis. Hasilnya tidak sesuai harapanmu," ujar Hazel merasa bersalah. Ia sudah membuat anak kecil kesayangannya bersedih.

Namun, respon yang ia dapat dari Louis bukan keluhan atau apa pun yang berkaitan dengan kesalahannya mengambil angel. Louis malah kembali ke tempat sepeda tadi berada dan berteriak, "Kak Hazelnut tinggal potret lagi!"

Mendengar teriakan dari Louis membuat Hazel tersenyum manis. Tak lupa ia memegang beberapa daun maple dan melemparkannya ke atas. Dengan gesit ia mengambil gambar dengan angel yang sesuai dengan harapannya dan juga Louis.

Di dalam gambar, Louis terlihat tersenyum lebar, bahkan di raut wajah Louis saja tidak terlihat kesedihan sedikitpun. Di atas kepala Louis tertangkap daun-daun maple yang ia lemparkan tadi, seperti sedang terjatuh dari ranting pohonnya. Langit yang tidak terlalu cerah lebih mendukung potret Louis yang semakin keren dan indah.

"Louis suka!" pekik Louis sembari meloncat-loncat di samping Hazel. "Kok bisa Kak Hazelnut melemparkan daun-daun itu? Padahal tangan Kak Hazelnut kan memegang kamera," sambungnya.

"Itulah kehebatan Kakak," jawab Hazel asal-asalan untuk membanggakan dirinya sendiri. Bagaimanapun ia terlihat senang dengan hasilnya. Dari sekian banyaknya hasil yang ia potret, salah satunya potret Louis dibawah daun-daun yang berguguran itu yang paling ia suka. Ia merasa sosok Haysel ada di antara daun-daun itu, menyemangatinya dan tersenyum lebar melihat Hazel yang bahagia.

"Ah, aku jadi merindukanmu," gumam Hazel sembari melihat daun-daun yang sudah berguguran, meninggalkan ranting pohon yang tanpa daun.

Sekarang sudah memasuki awal bulan Desember, udara sudah mulai dingin dan sejuk, daun-daun yang masih setia pada rantingnya hanya tertinggal beberapa. Selebihnya sudah berguguran memenuhi jalanan dan juga halaman setiap bangunan di sana. Kemanapun ia pergi di Amsterdam, di setiap jalan dihiasi oleh daun-daun berwarna orange yang terlihat indah untuk dipandang. Bahkan ada beberapa anak-anak memungut daun maple dan melemparkannya kembali ke atas. Menikmati berada di bawah daun-daun berguguran sembari berputar-putar. Gelak tawa anak-anak itu terdengar bahagia, bahkan Hazel sampai ingin ikut bergabung bersama mereka. Namun, niatnya itu ia urungkan karena tidak ingin berurusan lebih jauh dengan manusia. Bisa berbahaya kalau identitasnya dikenali oleh anak-anak.

"Kak Hazelnut, itu ada Dad sama Mom duduk di caffe, kita susulin, yuk, Kak!" seru Louis membuyarkan pandangan Hazel dari anak-anak itu kepada Louis. Ia menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Louis dan benar saja Mr. Alex dah Mrs. Maria sedang menikmati secangkir kopi dan pastry, duduk berdua di meja bundar, dan ditemani oleh daun-daun maple yang terus berguguran. Tanpa berpikir ulang, Hazel mengangkat kameranya dan mengambil gambar. Pemandangan yang menenangkan. Ia bahkan jarang melihat dua pasangan itu duduk santai berdua, menikmati masa tua.

Hazel pun mengajak Louis untuk menghampiri dua pasangan tua yang masih terlihat serasi itu. Sesampainya di sana, Louis langsung duduk di pangkuan Mrs. Maria dan meminta pastry. Sementara Hazel menunjukkan hasil tangkapannya kepada Mr. Alex yang langsung mendapatkan pujian.

"Bagus, keahlianmu dalam bidang memotret juga, ya. Nggak sia-sia Dad belikan kamu kamera," puji Mr. Alex memberikan tepuk tangan untuk Hazel. Gadis itu hanya bisa tersenyum malu-malu dan langsung memeluk erat penuh kasih sayang dari Mr. Alex.

Panggilan 'dad' akan Hazel lakukan sama seperti keempat anak-anak yang tinggal di rumah keluarga Anderson. "Mulai sekarang panggil Dad dan Mom saja." Mr. Alex yang mengatakannya kepada Hazel satu bulan lalu saat Hazel begitu terpuruk dan putus asa atas kehilangan Haysel.

Tiba-tiba mereka mendengar celetukan dari Louis yang membuat Hazel tersenyum tipis. "Kak Hazelnut! Pangeran Haysel kok nggak datang lagi," seru Louis yang kebiasaan memanggil Hazel ditambah 'nut' dan Haysel dengan pangeran.

"Kakak nggak tahu, Louis," jawab Hazel yang ingin membuat Louis penasaran.

Bukan hanya Louis yang merindukan Haysel, Ia juga sudah merindukan sosok Haysel yang terkadang pendiam, terkadang sering bercanda kepadanya.

🍁🍁🍁

bougenvilleap_bekasi
AraaaaKyuddd
AulRin_09
LintangPansavialysan

14 Januari 2022, 802

Hays-Zel Autumn「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang