09. Haysel is Down Again

49 6 4
                                    

Hazel kira ayahnya Haysel akan bertanya hal yang membuatnya kesusahan menjawab, tetapi nyatanya pembicaraan santai dan rasa penasaran ayahnya Haysel tentang mereka berdua.

Itu kemarin, hari ini adalah masalah baginya. Entah apa yang terjadi, membuat gadis itu sangat kebingungan. Ayahnya Haysel masih kerja, Haysel malah kembali murung seperti saat pertama kali mereka berdua bertemu. Hazel terlihat mondar-mandir di perkarangan rumah Haysel, ia sedang memikirkan suatu kesalahan yang dia lakukan kemarin. Namun, tak satu pun yang dia ingat tentang sangkut pautnya dengan Haysel yang murung.

"Aku harus bagaimana?" gumam Hazel kebingungan.

Saat ada seorang anak kecil melewati rumah itu sambil membawa ice cream cone, gadis itu berlari ke dalam rumah dan menawarkan ice cream kepada Haysel. Namun, laki-laki itu tak kunjung menjawab, hanya membiarkan kesunyian meliputi Hazel.

"Aku butuh Leon kalau saat genting begini!" tukas Hazel yang masih mondar-mandir.

"Tapi mana mungkin aku bisa menghubungi Leon, kita beda dunia, dan juga aku nggak boleh menggunakan kekuatan sembarang tempat." Hazel terus bermonolog hingga sebuah ide muncul di otaknya yang cerdas.

Gadis cantik nan imut itu segera melangkahkan kakinya menuju kamar Haysel untuk pamit keluar rumah karena ia ingin mencari sesuatu yang tak dikatakannya. Haysel hanya menjawab 'ya' dan gadis itu langsung melesat pergi berjalan kaki.

"Leon bantu aku!" pekik Hazel di dalam hatinya.

Sambil terus berharap kekuatan Leon meresapinya, ia mengambil beberapa daun-daun yang berwarna kuning, merah, serta kecoklatan dan memasukkannya ke dalam pouch miliknya. Satu pouch sudah dipenuhi oleh daun-daun yang berguguran di jalan.

Merasa sudah cukup untuk membantu keberhasilan rencananya, ia akan mengerucutkan pouch dan segera pergi dari sana menuju rumah Haysel.

Saat Hazel menginjakkan kakinya di teras rumah Haysel, dia melihat sosok laki-laki tua berada di rumah itu. Dengan langkah hati-hati, Hazel mendekat ke arah pintu sembari menggenggam erat pouch miliknya yang sudah diisi oleh daun-daun. Hatinya resah gelisah kalau dugaannya bahwa laki-laki tua itu orang lain benar. Namun, setelah melihat lebih dekat, punggung pria tua itu terlihat kokoh dan rambutnya seperti rambut milik ayahnya Haysel.

Gadis itu masih berdiri di samping pintu utama, ia tidak berani untuk masuk karena tidak mengetahui siapa sosok pria tua itu.

Itu jawaban dari harapanmu, entah darimana suara itu berasal, tetapi Hazel mendengarnya sangat jelas. Jawaban harapan? Entah, Hazel sedikit ragu bahwa suara itu berasal dari hatinya yang dikirimkan Leon.

"Yes, bisa juga menggunakan kekuatan Leon. Thank you!" batin Hazel kegirangan.

Dengan keberanian yang sudah terkumpul, Hazel memasuki rumah tersebut dan menyapa pria tua itu yang ternyata adalah ayahnya Haysel. Ia masih menggenggam erat pouch saat melihat sosok Haysel yang berbeda.

Mata sembab, napas tersekat akibat pilek, dan raut wajah yang menyedihkan. Hazel merasa tindakannya terlalu lama untuk menghibur Haysel, ia merasa menyesal tidak bisa bertindak cepat.

"Hey, Hazel. I'm sorry for what Haysel did to you. Anaknya emang begini, setiap ditinggal sendirian di rumah, sering melihat album lamanya," ujar ayahnya Haysel sembari menundukkan kepala.

"It's okay. Haysel nggak melakukan hal yang membuat Hazel kesusahan, kok," kata Hazel tersenyum manis.

Kemudian, ayahnya Haysel meminta gadis itu untuk duduk di sampingnya, sementara menyuruh Haysel untuk membasuh wajah terlebih dahulu.

"Kamu sudah dekat dengan Haysel berapa hari? Saya lupa."

"Masih sekitar dua minggu lebih," jawab Hazel sambil mengingat-ingat hari kedatangannya pertama kali ke bumi dan keesokan harinya bertemu dengan Haysel.

"Oke. Jadi, saya bisa berharap padamu, Nak. Haysel sering murung karena tekanan ibunya sejak kecil membuat dia trauma. Saya yakin kamu bisa membuat Haysel keluar dari lingkaran hitamnya, kan? Soalnya dari cerita yang saya dengar dari Haysel, kamu itu sangat ceria dan bersinar seperti bintang harapan Haysel," kata ayahnya Haysel penuh harap. Ia menggenggam tangan Hazel dengan mata yang sedang berharap.

Namun, Hazel tak langsung menjawab, ia berpikir sebentar karena mengingat pesan dari Leon. Bahagiakan orang tersebut. Perkataan dan permintaan ayahnya Haysel sama dengan pesan dari Leon. Memang, ya, Leon itu harus dipercaya karena kekuatan yang dimilikinya tidak sia-sia.

"Eum, Hazel bisa. Tapi, Hazel butuh proses, karena membuat seseorang bahagia atau keluar dari jalur hitamnya akan sedikit susah. Langkah pertama, Hazel minta tolong Tuan menyimpan album yang membuat Haysel sedih jauh dari jangkauannya. Sisanya serahkan padaku," kata Hazel tegas dan penuh percaya diri. Bahkan, dari raut wajahnya tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Ketakutan akan kegagalan.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Haysel menginterupsi perbincangan ayahnya dengan Hazel.

"Tidak ada hal penting," jawab ayahnya.

"By the way, bagaimana keadaan hidungmu?" tanya Hazel yang langsung dipelototi oleh Haysel.

Haysel merasa malu dengan penampilannya tadi. Ia buru-buru duduk di samping ayahnya dan memalingkan wajah.

"Tidak apa-apa," jawab Haysel singkat.

Daun-daun di jalanan semakin berguguran. Hazel membawa banyak daun maple dan ingin memberikannya kepada Haysel. Akibat Haysel terus memalingkan wajahnya dan tanpa di sadari perbuatan Hazel membuat ia tercengang.

Haysel pun menolak pemberian Hazel. Hingga saat Hazel berkata, "Haysel jangan murung begitu. Aku lebih senang melihat temanku tersenyum lebar di bawah daun maple yang berguguran. Kamu ingat saat pertama kali kita bertemu? Kita akan menjadi teman selamanya. Kata seseorang di tempat aku tinggal sebelumnya, katanya aku harus membuat kamu tersenyum bahagia. Dan prinsipku harus membuat orang-orang yang sedang bersedih menjadi tersenyum bahagia di bawah daun-daun orange yang berguguran."

Hazel mengeluarkan isi daun-daun maple yang ia pungut di jalan dan melemparkannya ke arah Haysel.

"Ayo, kita bermain di dalam rumah saja. Aku tahu kamu malu ke luar karena mata sembab itu. Untungnya aku membawa daun-daun ini untuk tetap merasakan musim gugurnya," kata Hazel setengah berbohong.

Akhirnya, mereka berdua pun bermain kejar-kejaran di dalam rumah. Menemukan daun-daun yang disembunyikan oleh yang menang dan dicari oleh yang kalah. Lalu, menggambar bersama tentang musim gugur yang disukai oleh Hazel. Sementara itu, ayahnya Haysel ke ruang kerja untuk melanjutkan pekerjaannya dari rumah karena harus mengawasi putranya agar tidak memalukan diri di depan gadis penikmat musim gugur itu.

🍁🍁🍁

bougenvilleap_bekasi
LintangPansavialysan
AraaaaKyuddd
AulRin_09

12 Januari 2022, 963

Hays-Zel Autumn「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang