Dentingan piano menggema di seluruh penjuru ruang pertunjukan di suatu sekolah, membangunkan sesosok yang tertidur di bangku penonton yang menutupi wajahnya dengan sebuah buku tulis.
"Eh, ada yang kebangun tuh," celetuk sebuah suara cempreng.
"Eoh?" suara lainnya menyahut agak takut karena mengganggu tidur orang itu.
"Oh, itu Hendery, biarin aja," sahut suara lainnya lagi yang lebih berat.
Merasa dibicarakan, satu-satunya murid yang ada di bangku penonton itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mata besarnya memerhatikan tiga anak yang sedang duduk berhimpitan di kursi piano.
Oh, anak-anak kelas 1, batin murid yang terbangun itu.
"Kok diem? Nyanyi lagi dong," sahut murid yang terbangun itu – atau sebut saja Hendery, seperti yang sudah dikatakan salah satu anak di kursi piano itu.
Hendery mengenali dua dari tiga anak kelas 1 itu; Haechan yang bersuara cempreng dan Mark yang bersuara berat, dan satu anak lagi yang duduk di tengah itu begitu menarik perhatiannya karena baru kali ini dia melihatnya di sekolah.
Kemudian anak yang di tengah itu menyanyikan lagu Grenade dari Bruno Mars, dari awal sampai akhir lagu Hendery menyimak, suara anak itu sangat bagus dan membuatnya merinding – terutama pada beberapa nada tinggi di lagu itu.
Saat anak itu sudah selesai menyanyikan lagunya, Haechan dan Mark otomatis bertepuk tangan dan berseru ricuh, dan tanpa sadar pun Hendery berdiri dan ikut bertepuk tangan.
"Bagus!" sahut Hendery.
Merasa diberi pujian, anak yang bernyanyi tadi menoleh ke arah Hendery dan tersenyum lebar.
"Ayo lagi," sahut Haechan kegirangan.
Tapi saat anak itu baru saja menyentuh piano, ada Pak Baekhyun yang masuk ke ruang pertunjukan – menghentikan anak itu dari niatnya bernyanyi.
"Ternyata kalian di sini, ayo kita ke kelas dulu," ujar Pak Baekhyun dengan lembut lalu matanya bertemu pandang dengan Hendery yang ada di bangku penonton.
"Kamu, mentang-mentang udah dinyatakan lulus kelas 3, jangan kabur-kaburan dong, ikut temen lainnya di class meeting sana," sahut Pak Baekhyun lagi.
Hendery hanya cengengesan.
Pak Baekhyun langsung berlalu tanpa menunggu tiga anak kelas 1 itu turun dari panggung.
Karena terburu-buru harus kembali ke kelas, Mark langsung melompat turun ke depan panggung tanpa sempat melalui tangga di ujung panggung, lalu diikuti Haechan dan anak yang terakhir itu... Hendery baru menyadari bahwa anak itu jauh lebih pendek dari Mark dan Haechan.
Murid SD kah? Batin Hendery penasaran.
Ah, tapi seragamnya SMP, Hendery membatin lagi.
Merasa jaraknya terlalu tinggi jika harus melompat dari panggung langsung, anak itu menjulurkan kedua tangannya ke arah Mark yang sudah di bawahnya – meminta untuk ditangkap.
Dengan sigap Mark langsung menangkap anak itu, menggendongnya seperti koala dan bergegas membawanya keluar ruang pertunjukan tanpa menurunkannya.
"Dadah," sahut anak itu ceria ke arah Hendery sambil melambaikan tangan – masih digendongan Mark.
Melihat itu Hendery tersenyum lebar dan balas melambaikan tangan.
Aaak, gemes banget dia, batin Hendery yang langsung menyentuh dadanya yang sedikit berkecamuk.
Tidak mau melewatkan kesempatan, Hendery akhirnya mencekal lengan Haechan yang masih belum benar-benar keluar ruang pertunjukan.
"Haechan, tunggu," sahut Hendery.
"Kenapa?" Haechan menghentikan langkahnya untuk menyusul dua temannya yang sudah keluar ruang pertunjukan.
"Tadi itu siapa namanya? Kok aku gak pernah liat di sekitar sekolah ya?"
"Oh itu Xiaojun, dia anak pindahan dari California," setelah mengatakan itu, Haechan buru-buru berpamitan untuk menyusul Mark dan Xiaojun.
"Xiaojun..." bisik Hendery pada kesunyian ruang pertunjukan, lalu tersenyum simpul karena menyukai nama Xiaojun yang mengalun keluar dari mulutnya.
Sedangkan di lorong kelas...
"Tadi Mark bilang, anak itu namanya siapa?" tanya Xiaojun yang masih memeluk leher Mark yang menggendongnya.
"Hendery, kenapa?"
Xiaojun tertawa kecil.
"Gak apa-apa, Hendery ganteng, ya?"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy | Henxiao Love Story
FanfictionLangkah pertama dari bersama selamanya antara Hendery dan Xiaojun.