Sempat terbesit di benak Hendery untuk membangkang, karena ternyata larangan pun akhirnya tetap dilayangkan juga. Kalau Hendery ingin melakukannya dan Xiaojun tidak menolak, lalu apa lagi yang harus menghalangi? Toh Hendery merasa dirinya bisa bertanggung jawab atas Xiaojun.
Sempat juga timbul rasa tidak nyaman yang meliputi Hendery jika harus tinggal di penthouse. Apa lagi saat mau tidak mau harus menempati kamar yang bahkan tidak berpintu. Dan sialnya – bagi Hendery, Xiaojun dan Hendery malah jadi lebih sering tinggal di penthouse segera setelah seks pertama mereka terjadi dan setelah maminya Xiaojun melayangkan larangan.
Padahal, awalnya kamar Xiaojun yang tak berpintu itu tidak pernah mengganggu Hendery sebelumnya, tapi kini kenapa rasanya jadi berkali-kali lipat tidak menyenangkan dan membuatnya ingin menjadi aktivis HAM demi menyuarakan haknya memiliki privasi di kamar Xiaojun.
Stres Hendery dibuatnya, kenapa tiba-tiba harus dilarang setelah mereka melakukannya? Hendery sudah percaya diri bahwa maminya Xiaojun memang mengizinkan mereka untuk bercinta. Tapi nyatanya apa? Maminya Xiaojun malah melarang setelah tahu mereka sudah melakukannya.
Diizinkan di awal kemudian dilarang, Hendery tidak habis pikir dengan jalan pikiran maminya Xiaojun. Jika pada akhirnya tetap dilarang juga, untuk apa waktu itu diizinkan? Juga kenapa pakai repot-repot bilang; 'Mami belum rela', ucapan itu sangat berhasil membuat Hendery terbebani.
Hendery menjalani seminggu penuh tinggal di penthouse dengan uring-uringan dan konyolnya lagi Hendery merasa seperti sedang memperebutkan Xiaojun dengan maminya sendiri, di mana itu merupakan permainan bodoh dengan Hendery yang pasti akan kalah telak.
Mana mungkin seorang Tiffany Hwang akan seutuhnya merelakan Xiaojun, anak semata wayangnya pada seorang pria tampan hanya karena orang itu merupakan keturunan keluarga Wong yang terhormat? Tidak.
***
Yangyang mendorong pelan pintu kamar kakaknya yang tidak tertutup rapat, satu tangannya yang lain memegang buku pelajaran milik Xiaojun yang tadi terbawa olehnya.
"Xia..."
Bruk...
Suara pelan Yangyang berhenti mendadak ketika matanya melihat gege-nya sedang memojokkan bestie-nya ke tembok sambil berciuman – parahnya, itu ciuman yang menuntut.
Sudah jatuh, tertimpa tangga. Pepatah yang tepat bagi Yangyang saat ini. Sudahlah masuk ke kamar kakaknya saat kakaknya sedang berurusan dengan pacarnya, lalu matanya malah tidak sengaja sampai melihat pundak putih Xiaojun karena kancing teratas dari seragam anak manis itu telah dibuka oleh Hendery.
Sebelum menimbulkan suara pekikan kaget dan membuat sepasang kekasih itu menyadari kehadirannya, Yangyang menutup mulutnya dengan tangannya sambil memundurkan diri perlahan dari pintu kamar Hendery dan Xiaojun.
"Apa tadi itu?" Yanyang memukul-mukul pelan kepalanya, seolah pukulan di kepalanya itu bisa membuatnya melupakan perbuatan Hendery dan Xiaojun yang tidak sengaja dilihatnya.
Buru-buru Yangyang masuk ke kamarnya sendiri, menutup pintu, bersandar di pintunya lalu merosotkan badannya perlahan karena kakinya mendadak lemas akibat apa yang dilihatnya tadi.
Lalu Yangyang menggelengkan kepalanya ribut.
"Harus dijagain, jangan sampe ketauan mama papa," gumam Yangyang kemudian keluar kamarnya dan duduk di lantai di samping pintu kamar Hendery.
Yangyang menggigit bibirnya gelisah, matanya bolak-balik melihat ke kanan dan kiri bergantian seolah mengawasi siapa pun yang akan melewati depan kamar Hendery walau ini masih jam 4 sore, papanya pasti belum pulang dan mamanya juga tidak di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy | Henxiao Love Story
FanficLangkah pertama dari bersama selamanya antara Hendery dan Xiaojun.