[3] Gigi dan Makanan Favorit

693 134 4
                                    

♥♥♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥♥♥

Dulu kalau mendengar Bang Theo lagi teleponan sama pacarnya dengan suara yang menggelikan dan panggilan sayang yang mereka buat, aku selalu ingin muntah. Apalagi kalau Bang Theo udah senyum-senyum seperti orang kerasukan. Aku selalu ingin membawanya ke rumah sakit jiwa saat itu juga.

Seperti kata Winona Ryder dalam serial Stranger Things, "I don't think you're gonna think it's gross when you fall in love." Karena hal itu benar-benar terjadi padaku. Sesuatu yang aku lihat menggelikan ketika dilakukan oleh Bang Theo dan pacarnya, aku melakukannya dengan Raje.

Aku hampir selalu tersenyum setiap kali dapat pesan singkat manis dari Raje, belum lagi kalau dia menelepon dan kalimat manis itu dilontarkan secara langsung, atau ketika dia memberi kejutan-kejutan kecil untukku. Senyumku selalu lebar. Dan tentu saja sebagai orang yang lebih sering bersamaku dibandingkan orangtua dan Bang Theo, Yardan menyebutku gila.

Aku dan Raje juga punya panggilan sayang-lebih tepatnya Raje yang punya. Waktu itu aku iseng panggil dia Jeje, alasannya tentu saja karena aku Gigi. Dia awalnya merasa aneh dengan sebutan itu, tapi ketika aku tanya apa aku boleh memanggilnya begitu, dia menyetujui. Dibandingkan dengan 'sayang', aku lebih suka memanggil dia Jeje.

Ya ... meski awalnya dia aneh dengan panggilan itu, seiring dengan berjalannya waktu dia suka protes kalau aku memanggilnya dengan nama asli. Katanya, kayak aku lagi marah padanya. Kasusnya sama seperti kalau aku dipanggil Gisela oleh orang-orang yang biasa memanggilku Gigi.

Dan anehnya, sampai detik ini, setelah hubungan kami berakhir, dia masih suka merengek dan ngambek kalau aku memanggilnya dengan Raje. Memangnya salah? Kan Jeje itu panggilan sayang yang aku kasih waktu kami masih pacaran. Sekarang kan udah nggak pacaran? Apa nggak aneh kalau aku masih panggil dia dengan Jeje?

Sialnya, aku masih beberapa kali memanggilnya begitu.

"Bilang dulu, 'Jeje, ambilin aku kerupuk dong'," dia meledek dengan nada suara yang aneh, berharap kalau aku mengikutinya. Tapi tentu saja aku nggak akan mengikuti hal menggelikan itu. Ingat, kan? Hal semacam itu hanya bisa dilakukan oleh orang pacaran.

Aku memutar bola mata malas. "Aku ambil sendiri." Meski sebenarnya sangat malas untuk bangkit dari tempat duduk dan berjalan ke meja seberang untuk mengambil stoples kerupuk. Orang-orang di dalam warkop ini pasti matanya akan bergerak mengikutiku, bahkan sejak aku dan Raje datang ke warkop dalam kondisi basah karena kehujanan.

"Oke ... oke ...." Dia mendengkus. Pada akhirnya semua orang sama saja jika sudah berhadapan dengan Gisela Maharani, akan cepat menyerah tanpa harus susah-susah memohon. Lebih tepatnya mereka tahu kalau aku akan memilih melakukan itu sendiri karena tidak menuruti keinginan mereka.

"Makasih ...." Aku tersenyum kecil pada Raje ketika dia menyerahkan stoples tersebut. Dia kembali duduk dan menyugar rambutnya yang lembab.

Kami ini kehujanan dalam perjalanan. Membuktikan bahwa Raje bukan pegawai BMKG yang biasa memprediksi cuaca, apalagi pawang hujan. Buktinya baru beberapa meter motor Jero meninggalkan sekolah, hujan turun lagi. Dan aku memaksa Raje untuk terus jalan karena hujannya memang tidak bisa dibilang deras, hingga pada akhirnya kami berhasil sampai di warkop di dekat persimpangan menuju rumahku dengan keadaan basah.

Gigi dan Para BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang