01. Mistake

16.8K 799 26
                                    

Ibu bilang jika salah melangkah maka ke depannya pun akan salah. Intinya. Jangan salah pergaulan sih.

Maka dari itu aku tidak pernah ikut clubbing di bar seperti teman-temanku ketika mereka ingin bersenang-senang atau pun melampiaskan penat setelah habis-habisan belajar untuk ujian semester.

Aku meski di bujuk rayu bagaimana pun tetap akan menolak ajakan mereka. Aku selalu berpegang teguh pada pendirianku untuk menjadi anak yang baik.

Tapi. Malam ini. Ntah setan apa yang merasuki sampai aku berdiri di depan pintu masuk bar dan beberapa pegawai keamanan bar itu tampak menelisik menatapku. Ada yang heran dan ada yang secara terang-terangan menatapku dengan menggoda cih.

"Hei nona, apa kau mau masuk?"

Aku berjengkit saat seseorang berbicara dari arah belakangku membuatku berbalik dan ia menatapku sebal, "Kalau tidak, bisakah kau menyingkir? Kau menghalangi jalan masuk." Katanya membuatku segera menyingkir dan ia pun masuk setelah memberi kartu tanda pengenal.

Aku pun ikut masuk setelah menghela nafas berulang kali. "Kau mengikutiku?"

"Ti-tidak." Aku membalas cepat. Ia malah berdecih sombong membuatku kesal. Kenapa bisa aku bertemu orang menyebalkan sepertinya.

Huh... sudah lupakan. Sekarang kau kemari untuk bersenang-senang kan?

Aku pun berjalan ke lantai yang sudah di penuhi orang-orang yang berjoget kesana kemari mengikuti irama. Aku meski agak canggung dan gugup di awal pun mulai terbiasa menari seperti mereka untuk melupakan penat setumpuk pekerjaanku di kantor.

"Aku sudah bersuha semaksimal mungkin Bella-ssi. Tapi kalau aku terus menerus berbicara dengan bagian keuangan, nanti bagian keuangannya malas mengurusi gajimu bagaimana?"

Ah. Sial. Perkataan si sialan Ahrin membuatku ingin meninju sesuatu. Aku pun menjauh dari kerumunan dan duduk di salah satu meja bartender. Lebih sialnya ada si orang menyebalkan. "Baru datang kemari?" Tanyanya sok akrab.

Aku yang sedang dalam mood burukpun tetap tersenyum demi kesopan tidak sepertinya yang tidak ada sopan santun. "Iya." Jawabku seadanya lalu memesan minuman.

Tentunya bukan alkohol membuat orang menyebalkan itu tertawa meremehkan. "Jus jeruk? Ayolah. Kau ini bukan pelajar kan?"

Aku tidak membalas perkataannya. Ingat petuah ibu untuk menjaga perkataan apa lagi dia orang asing. Kalau aku membuatnya sakit hati terus berbuat macam-macam bagaimana?

"Heh kau tuli?"

Aku dengan penuh kesabaran menatapnya dan tersenyum sopan, "Maaf terlalu berisik. Kau bicara apa tadi?"

Ia berdecih lagi dan tanpa terduga menarik kursi yang aku duduki sehingga jarak kita sekarang dekat sekali, "Pesanlah alkohol. Aku yakin kau membutuhkannya sekarang." Bisiknya membuat tubuhku meremang.

Iya dia tampan. Tapi sikapnya yang menyebalkan membuatku tidak tertarik. "Sung, pesankan aku wiski lagi untuknya." Katanya pada si bartender lalu mengangguk kearahku.

Dia memesan minuman untukku?

Aku ingin menolak tapi takut dia tersinggung. Ya ampun aku harus bagaimana?

"Ini jus jeruknya." Bartender itu memberikan pesananku sambil tersenyum. Dia terlihat baik dan sangat tidak cocok dengan pekerjaannya di tempat seperti ini. "Heeseung sudah punya tunangan." Kata si orang menyebalkan.

Kenapa juga bicara begitu? Seolah aku ini tertarik dengan bartender Heeseung itu.

Aku kembali tak menanggapi dan akan meminum jus jerukku tapi di rebut oleh si lelaki menyebalkan. "Aku sudah memesan wiski untukmu dan itu mahal."

TAPI AKU TIDAK MEMINTAMU?!!

"Ini wiskinya Jay."

Oh si orang menyebalkan itu namanya Jay. Nama saja bagus tapi kelakuan jelek sekali.

"Berikan padanya." Titah si Jay membuat Heeseung menyodorkan wiski itu kearahku dan aku dengan berat hati menerima.

"Jangan bilang kau tidak pernah minum alkohol?"

Aku menggeleng dan menatap jus jerukku yang di pegang oleh Jay dengan lamat. "Cobalah minum sedikit dan rasakan sensasinya."

Aku menatap gelas wiski di depanku dengan gamang. "Ayo minumlah. Aku yakin itu bisa membuat beban pikiranmu berkurang."

"Benarkah?"

"Hn."

Aku pun meminum seteguk tapi langsung tersedak dan ia kembali terkekeh meremehkan membuatku kesal kembali meminumnya sampai tandas. Tenggorokkanku sakit namun aku merasa begitu melayang.

Benar katanya. Beban pikiranku berkurang karna aku mulai melupakan semua intrik permasalahan dalam hidupku akhir-akhir ini.

Samar-samar aku mendengar suaranya yang memesan wiski lagi dan menarik pinggangku untuk menciumku. Ia terus memangutku dan aku tidak mengingat apa-apa lagi.

Sampai kemudian terbangun dengan tubuh tanpa busana di dalam kamar hotel. Hanya secarik note yang di tempelkan dalam gelas di nakas yang kutemukan alih-alih si Jay itu.

Thanks.

Hanya satu kalimat itu yang tertulis di note membuatku merematnya kasar. "Sial. Dasar sialan kau Jay." []

__________

First nulis mature. Semoga tidak di bumi hanguskan para engene🙃
.
Happy Reading

SLAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang