"You betrayed me, Jay?" Tanya Aikoo dengan suara penuh luka dan kekecewan.
Jay melepasku dan berjalan mendekat ke arah Aikoo yang mendorong dadanya untuk menjauh, "Ai, dengarkan aku dulu."
"Tak perlu ada yang di jelaskan Jay." Lirihnya serak dengan isak tangis tertahan membuatku di landa rasa sesak dan penuh sesal. "Mianhae.." Lirihku membuatnya menatapku dengan kedua mata basahnya.
"Aku pikir kau gadis baik Bella." Katanya yang menusuk tepat ke jantungku, "Ternyata kau hanya gadis rendahan yang tak ada harga dirinya."
Setelah berkata begitu Aikoo pun berjalan pergi yang langsung Jay kejar. Sementara aku terdiam cukup lama dengan perasaan penuh rasa bersalah.
Aku tahu. Aku salah.
Aku pantas mendapatkan semua perkataan yang Aikoo lontarkan bahkan kalau perlu beberapa tamparan darinya.
Setelah beberapa saat terdiam aku pun berjalan keluar dari gedung ini untuk pulang dengan gamang. Haruskah aku melarikan diri sekarang?
Terus berjalan dengan berbagai macam pikiran sampai tak menyadari pijakkanku dan jatuh di undakkan tangga luar. Lantas bukannya segera bangkit aku malah menangis. Terisak seperti bocah yang kehilangan permen.
Namun dewasa ini aku kehilangan segalanya, lantas apa yang harus aku pertahankan?
"Hei, jangan menangis." Kata seseorang membuatku mendongak dan menatap seseorang dengan kedua mata basahku sehingga kulihat tak jelas rupanya.
Ia kemudian berjongkok mensejajarkan wajahnya denganku sampai aku mengingat bahwa dia ini Heeseung. Bartender di bar saat malam laknat itu membuat kedua tanganku terkepal erat.
"Kenapa?" Lirihku, "Kenapa tak menolongku saat itu?"
Kalau saja dia menolongku malam itu, apa mungkin alurnya tak akan begini?
"Maaf." Kataku kemudian. Menyadari terlalu frustasi sehingga berpikir menyalahkan lelaki bernama Heeseung ini yang tidak tahu apa-apa.
Ia tak menanggapi perkataanku. Hanya menyodorkanku sapu tangan yang kuterima demi kesopanan dan menghapus air mataku yang tetap saja berkelindan.
"Kakimu sepertinya terkilir." Katanya setelah beberapa saat dan memegang pergelangan kakiku yang memang terasa sakit sekali. "Tahan."
"Aww!!" Pekikku ketika ia memijat pergelangan kakiku dalam satu sentakkan seperti pemijat handal namun rasa sakit di kakiku berkurang.
"Sudah lebih baik?"
Aku mengangguk. "Jay memerintahku untuk mengantarkanmu pulang." Katanya sambil mengulurkan satu tangannya setelah berdiri dengan benar kembali.
"Kau budaknya juga?" Kataku sarkas.
"Mungkin." Ia mengangkat bahu acuh. "Lagi pula siapa yang tidak suka uang?"
Aku terkekeh suram. Mengapa tak ada orang yang benar-benar baik?
"Aku bisa pulang sendiri." Kataku segera bangkit berpegangan pada tembok yang ada di undakkan tangga ini. Heeseung hanya memperhatikanku sampai di undakkan tangga terakhir ia menahan tanganku, "Jay akan pergi ke Jepang malam ini bersama Aikoo."
"Ia berpesan agar kau tidak pergi kemanapun. Tetaplah di aparteman sampai dia pulang."
"Aku tahu."
••••
Aku tidak sebodoh itu untuk tidak memanfaatkan peluang ini. Jay akan fokus pada Aikoo tapi tidak akan menutup kemungkinan menyuruh orang untuk mengawasiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAVE
Fanfiction"Aku tidak ingin mainanku di sentuh oleh orang lain, kau mengerti Kim?" ⚠️ TRIGGER WARNING - MATURE. DEPICTION OF OBSESSION, RAPE, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE, MANIPULATION, MENTAL ILLNESSES AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE FOR SOME MINOR...