Aku tahu Jay marah setelah melihatku berpelukan dengan Jake di kantor tadi. Tapi bahkan sampai tengah malam pun aku menunggunya ia tak datang ke aparteman.
Bahkan tak ada satu pesan pun masuk darinya yang membuatku menghela nafas berat. Ntah mengapa rasanya sedikit sakit di abaikan oleh Jay seperti ini.
Padahal bukankah aku hanyalah pemuas nafsu untuknya? Tak lebih. Tak akan pernah.
Suara pin apartemannya yang terbuka membuatku terperanjat dan beranjak keluar kamar.
Jay masuk dengan wajah yang kusut sekali dan terlihat sangat lelah, "Mau kubuatkan ramyeon?" Tawarku saat ia duduk di sofa.
"Tidak perlu." Katanya dan memberiku gestur tangan untuk duduk di sampingnya yang segera kuturuti.
Ia merangkul bahuku dan membawa kepalaku bersandar di dadanya yang berdetak memberikan kenyamanan.
Untuk beberapa saat tak ada yang berbicara. Hanya suara detik jarum jam yang terdengar di ruang tengah ini. "Bella.." Ia memanggil lirih memecah keheningan.
Aku sedikit mendongak untuk menatapnya yang sudah lebih dulu menatapku, "Cium aku."
"Bukan di bibir." Ucapnya sesaat aku akan mengecup bibirnya, "Disini." Ia menunjuk keningnya yang ntah mengapa membuatnya terlihat seperti anak kecil yang membutuhkan kasih sayang.
Aku tersenyum dan mengecup keningnya cukup lama. Lalu memeluknya membiarkan kepalanya bersandar di dadaku yang membalas pelukanku lebih erat.
Perlahan aku mengusap punggungnya lembut sampai suara dengkuran halus terdengar. Ia tertidur begitu saja seperti bayi tak berdosa.
Dan harus aku akui bahwa kini Jay tampak menggemaskan sekali. Kedua pipinya juga kalau di lihat lebih jelas cukup gembil membuatku gemas mengecup kedua pipinya bergantian lalu terkekeh kecil seperti orang bodoh.
"Jaljayo Jay-ah..."
•••••
Aku terbangun saat merasakan kedua pipiku dingin oleh sesuatu. "Bangun."
Ternyata Jay yang sangat tidak romantisnya membangunkanku dengan sengaja menempelken gelas berisi air dingin. "Bella, kau tuli?"
Aku berdecak. Ntah kemana sosok Jay menggemaskan semalam?
"Araseo." Aku bangkit dari atas ranjang dan melihatnya bersidekap, "Enak sekali ya semalam tidur di ranjang dan membiarkanku tidur di sofa." Katanya terdengar kesal.
"Aku tidak kuat menggendongmu Park Jongseong." Kataku lebih kesal. "Memangnya kau tidak akan marah jika aku bangunkan?"
Ia hanya berdecak, "Lain kali bangunkan saja aku. Tubuhku sekarang jadi pegal semua." Omelnya.
"Yasudah nanti aku pijitin."
"Tak perlu." Ia beranjak masuk ke dalam kamar mandi dan aku yang tidak ingin ambil pusing segera membereskan kamar. Lalu ruang tengah dan terakhir menyiapkan sarapan.
Rutinitas yang membuatku seperti seorang istri saja.
Aaaa tidakkk apa yang kupikirkan?!!
"Yak!! Kau ini mau membuat dapur kebakaran apa?!"
Aku tersentak dan menyadari omelet yang kubuat sudah gosong. Kompor pun sudah Jay matikan dan ia masih mengomel tak jelas.
"Ma-maaf..." Cicitku takut. Jay tampak menghela nafas lalu mengusap puncak kepalaku membuatku terkesiap. "Lain kali kalau memasak jangan melamun. Bahaya Bella-ah."
"A-araseo."
"Sudah kita sarapan di luar saja." Katanya menarik tanganku dan aku menggeleng. "Tapi aku belum mandi Jay."
"Begini saja sudah cantik." Katanya membuat wajahku panas dan ia tersenyum kecil.
Ia memakaikanku mantel karna cuaca sedang dingin di luar. Buliran salju pun terlihat dari kaca jendela. "Jangan memperlihatkan kemerahan ini pada siapapun Bella." Ucapnya sambil mengusap kedua pipiku lembut yang membuat wajahku semakin panas.
Begitu pun dengan jantungku yang mendadak berdebar anomali.
"Jay, jangan seperti ini."
"Kenapa hm?"
"Aku tidak ingin mencintaimu yang hanya menginginkan tubuhku tanpa perasaanku." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAVE
Fanfiction"Aku tidak ingin mainanku di sentuh oleh orang lain, kau mengerti Kim?" ⚠️ TRIGGER WARNING - MATURE. DEPICTION OF OBSESSION, RAPE, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE, MANIPULATION, MENTAL ILLNESSES AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE FOR SOME MINOR...