"Aku tidak ingin mencintaimu yang hanya menginginkan tubuhku tanpa perasaanku." Kataku lirih dan bisa kulihat air muka Jay tampak berubah.
Kupikir ia akan marah tapi ia malah mengecup keningku sekilas, "Jangan berkata hal begitu lagi Bella." Katanya lalu menggengam tanganku dan beranjak keluar dari aparteman sambil bergandengan tangan.
Cuaca yang dingin membuatku memberikan usulan untuk makan di restoran dekat aparteman yang tanpa di duga Jay setujui.
Jay semakin mengeratkan genggamannya di tanganku lalu membawanya ke saku mantelnya. Hal kecil yang membuatku kembali berdebar anomali.
Sampai tak terasa sudah berada di dalam restoran cepat saji. Jay yang memilihkan menu sarapan sementara aku hanya duduk diam menatapnya seperti orang bodoh.
"Aku tahu aku tampan." Narsisnya.
Aku segera membuang muka dan terdengar suara tawa kecilnya, "Aku tahu--" Ia berhenti bicara membuatku menoleh kembali kearahnya yang ternyata tampak akan menerima panggilan telepon dari seseorang.
Ternyata Aikoo.
Percakapan yang terdengar membuatku tahu bahwa hari ini Jay ulangtahun.
Tapi mengapa semalam Jay tampak sedih sekali? Padahal itu kan detik-detik ia berulang tahun?
Dan bukankah seharusnya ia berpesta? Bukannya duduk di hadapanku sekarang?
"Kau ini hobi sekali ya melamun." Cibir Jay setelah menjentikkan jarinya di depanku tadi. Aku mengusap leherku kikuk. Aku harus apa?
Apa sekarang aku beri selamat ulang tahun untuknya?
Tapi bagaimana kalau dia marah kalau tadi aku menguping pembicaraannya dengan Aikoo?
Cupp
Aku terkesiap saat Jay tetiba saja mengecup bibirku sekilas. "Jangan melamun Bella."
"A-araseo."
"Ini makanlah." Ia menyodorkanku satu suapan yang ntah sejak kapan pesanan kami itu datang.
Aku menerima suapannya dan ia memakan sarapannya. Lalu menyuapiku lagi, "Aku bisa sendiri Jay." Tolakku tapi ia tetap memaksa.
Jadinya aku menahan malu seperti bayi besar yang sedang di suapi makan oleh ibunya sekarang.
Setelah selesai. Aku dan Jay pun kembali ke aparteman dengan bergandengan tangan lagi. Sampai aku berhenti di toko kue membuat Jay mengernyitkan dahi. "Kenapa berhenti?"
"K-kau duluan saja. Aku mau beli sesuatu Jay-ah."
Ia mengangkat alis tampak tak suka. Lalu bersidekap seperti orangtua yang tak mengijinkan anaknya pergi. "Aku temani."
"Araseo." Aku pun pasrah masuk ke dalam toko kue bersama Jay dan bisa kulihat ia menahan senyum seolah tahu apa yang kupikirkan.
"Mau memberiku kejutan huh?" Bisiknya sambil memelukku dari belakang. Aku yang risih dan malu dilihat pelayan toko pun berusaha melepasnya.
"Jay lepas."
"Shireo~" Ia malah semakin mengeratkan pelukan membuat pelayan toko tampak menahan senyum lalu memberi pesananku.
Aku pun segera beranjak keluar dengan Jay yang terus memelukku. "Jay lepas. Kau tidak malu apa?!"
Ia hanya menggeleng dan mengecup pipiku sekilas. "Kenapa harus malu?"
"Ini di tempat umum Park Jongseong." Kataku mengingatkan dengan nada super jengkel.
Jay hanya terkekeh kecil dan tidak melepas pelukannya sampai kami berdua sampai di aparteman. Lalu tanpa terduga Jay langsung memojokanku di tembok dan menciumku.
Ciumannya begitu lembut membuatku terbawa suasana membalas ciumannya. Mengalungkan lenganku di lehernya sesaat ciumannya berubah semakin dalam dan basah.
"Jayyy..." Lirihku sesaat bibirnya turun mengecupi setiap inchi leherkku dan jemarinya menyentuh beberapa titik sensitifku. "Jangan disini Jay-ah." Kataku susah payah mengais kesadaranku dan menahan tangannya.
Jay malah tersenyum miring dan mengusap bibirku seduktif, "I want you as my birthday present. So simple, right?" []
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAVE
Fanfiction"Aku tidak ingin mainanku di sentuh oleh orang lain, kau mengerti Kim?" ⚠️ TRIGGER WARNING - MATURE. DEPICTION OF OBSESSION, RAPE, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE, MANIPULATION, MENTAL ILLNESSES AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE FOR SOME MINOR...