Handycam • 004

2.9K 405 54
                                    

Bella tersenyum kemudian terkekeh tatkala irisnya melihat Sunghoon berdiri di depan gerbang taman bermain dengan beberapa balon terikat dalam satu cincin. "Hai." Sapa Sunghoon dengan wajah memerah.

"Ini memang memalukan." Katanya kemudian menyerahkan serangkaian balon itu pada Bella, "Tapi aku harap kau suka Bella."

"Aku suka sekali Hoon."

"Aku masih menunggu jawaban, Bella. Kalau kau mau menjadi kekasihku pakailah cincin itu dan terbangkan balon-balonnya."

"Kalau tidak?" Bella bertanya ragu, "Apa aku haru membuang cincin ini?"

"Kau akan menolakku?"

"Kau memberiku pilihan kan?"

Sunghoon tanpa sadar mengembungkan kedua pipinya membuat Bella mengulum senyum, "Ya, kau bisa membuangnya." Lirihnya menunduk dengan memainkan satu kakinya di pasir persis seperti bocah tengah merajuk membuat Bella terkekeh kecil.

"Maaf ya Hoon."

"Huh?" Sunghoon mendongak dan melihat balon-balon itu berterbangan sementara Bella memperlihatkan jari manisnya tersemat cincin yang dia berikan.

"Jinjaa?" Kekehnya menatap Bella penuh suka cita dan si gadis pun mengangangguk yang dalam sepersekon kemudian mendapati pelukan hangat dari Sunghoon.

Semua itu tak luput dari Jay yang sedari tadi memang mengikuti Bella.

Ntah mengapa semenjak kejadian di gudang itu pikirannya tak pernah lepas dari Bella. Seolah semua asa dalam rasa yang ada dalam dirinya berpusat pada gadis bermata biru itu.

Menghela nafas. Mencoba mengenyahkan rasa sesak yang semakin bercokol dalam dada dan pergi kembali menginjak pedal gas mobilnya. Balapan liar kemudian memenuhi pikirannya.

Malam ini lebih baik ia bergelut mengalahkan siapapun di arena namun pada akhirnya ia malah kembali memarkirkan mobil di dekat mansion Kim.

Mendial satu nomor yang kemudian di sambut dengan suara serak membuat Jay menahan senyum, "Kau sudah tidur?"

"Jay?"

"Ya. Ini aku."

Bella baru saja tertidur dan mencoba mengumpulkan nyawa. Bertanya pada diri sendiri apa ini mimpi atau nyata?

"Aku di depan rumahmu."

"Kenapa?"

"Keluarlah."

"Tapi--"

"Tidak ada penolakan. Cepatlah."

Tuutttt

Jay memutus sambungan sepihak. Menatap mansion Kim lamat kemudian keluar dari mobil dan menyandarkan tubuh di badan mobil.

Udara musim dingin memang menusuk namun Jay menahan semua itu dan terus menunggu sampai terdengar pinty gerbang terbuka.

Bella berjalan mendekat pada Jay dengan pandangan heran. "Jay?"

"Jalanmu seperti siput ya. Lama sekali." Dumelnya.

"Ma-maaf."

Jay berdecak dan melirik Bella dari ujung matanya, "Kau bahkan tak membawakan apa-apa?"

"Ah maaf. Aku bawa minum dulu ya." Bella akan beranjak kembali masuk namun Jay menahan tangannya dan tanpa sengaja netranya melihat cincin yang tersemat di jari manis Bella.

"Jay sakit." Tanpa sadar Jay mengertakan genggaman dan perlahan melepas genggamannya. Bella mengusap lengannya dan ingin sekali kembali ke kamarnya.

Merutuki diri kenapa mau saja menuruti Jay. Padahal ini bukanlah sekolah yang ranah kekuasaan Jay.

SLAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang