Aku terbangun dan tidak terlalu terkejut mendapati diri di ruang rawat inap dengan berbagai macam alat rumah sakit terpasang di tubuhku.
"Akhirnya kau sadar juga Jay." Heeseung yang menyapa dan orang yang pertama kali kulihat bukanlah hal mengejutkan juga.
Ini kerap terjadi dulu sejak kecil ketika penyakitku kumat. Tapi sekarang persoalan berbeda. "Aku tak sadar berapa lama?" Tanyaku serak dengan susah payah mengesampingkan perang dingin kami dalam beberapa waktu ini.
"Kau koma selama hampir lima bulan ini."
"Selama itu?"
"Ya karna luka tembakkanmu cukup parah dan ayahmu sudah menemukan markas tersembunyimu bersama komplotanmu." Katanya membuatku sontak akan bangkit namun rasa nyeri di dadaku membuatku kembali terjatuh di atas ranjang.
"Jungwon dan komplotanmu yang lainnya berhasil melarikan diri." Katanya membuatku sedikit lebih banyak tenang.
Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika sesuatu terjadi pada mereka. "Kau juga sudah melakukan operasi transplantasi ginjal dan yang mendonorkan itu Aikoo." Sambungnya kemudian membuatku terdiam.
"Lantas Bella bagaimana? Kau tahu kabarnya?"
"Terakhir yang kudengar kalau Bella di bawa ke mansion milik keluarga ayahnya. Ada Junkyu, Taehyung dan Sunghoon yang menjaganya."
"Baguslah setidaknya dia aman." Kataku lega meski sedikit tak nyaman mendengar Sunghoon ikut serta di dalamnya.
"Kau jangan senang dulu Jay karna informasi terbaru sekarang Bella melarikan diri dari mansion itu dan pergi dengan orang asing."
"MWORAGO?!!"
Aku panik dan mencoba bangkit mencari ponselku untuk menghubungi Jungwon atau pun Minhye, "Ayahmu sudah membuang ponselmu Jay. Dia menitahkanku untuk mengawasimu agar tidak berurusan dengan mereka terutama Bella."
"Keparat!"
"Kau harus ingat Jay, ayahmu bisa melakukan hal apapun itu termasuk membunuh Bella di depan matamu begitupun dengan Aikoo."
Heeseung mendekat dan mencengkram bahuku erat yang tampak begitu puas, "Kau hanya perlu menuruti kemauan mereka. Menjadi anak yang baik untuk ayahmu dan suami yang mencintai istrinya Aikoo. Dengan begitu Bella akan tetap selamat."
••••
Setelah beberapa waktu aku menjadi si penurut untuk ayah dan Aikoo akhirnya aku memiliki celah untuk bisa mencari keberadaan Bella.
Namun ternyata Minhye berbuat ulah dan kini aku menatap Minhye bengis yang hampir saja melayangkan satu tamparan kalau saja Jungwon tak mendorong menahanku. "SADARLAH PARK JONGSEONG?!" Bentak Jungwon keras.
"Dia yang harus sadar sialan!" Aku mengusak suraiku frustasi dengan kedua tangan mengepal erat. "ATAS DASAR APA KAU DENGAN SEENAKNYA MEMBUKA INGATAN DISTROSI ITU KEMBALI KANG MINHYE?!"
"Ma-maaf... aku hanya lelah. Aku hanya ingin semua berjalan dengan semestinya."
Aku terkekeh sarkas dan akan mendekat memberinya pelajaran namun Jungwon mendorong dadaku menjauh untuk menjadi tameng Minhye. "Jay sadarlah. Minhye melakukan semua ini untuk kebaikanmu dan Bella."
"Kebaikan kami kau bilang Jung?!" Teriakku marah dan dengan gemetar menunjuk pintu kamar yang Bella tempati sekarang. "Lihat sekarang? Apa dengan Bella kembali seperti mayat hidup itu lebih baik untukku? Untuknya?" Kataku dengan dada yang kian terkepal erat. Lantas segera berbalik dengan isak tangis yang tak bisa kutahan lagi.
"Aku lebih baik mati dari pada melihatnya seperti ini lagi."
"Kakak akan sembuh. Percayalah padanya Jay."
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAVE
Fanfiction"Aku tidak ingin mainanku di sentuh oleh orang lain, kau mengerti Kim?" ⚠️ TRIGGER WARNING - MATURE. DEPICTION OF OBSESSION, RAPE, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE, MANIPULATION, MENTAL ILLNESSES AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE FOR SOME MINOR...