23. Subzero

4K 465 159
                                    

Aku terbangun oleh kecupan di bibirku bertubi-tubi yang ternyata ulah dari Jay, "Morning..." Katanya sambil tersenyum ringan seolah semalam tak pernah terjadi pergumulan kasar yang membuatku terus menjerit kesakitan.

"Mau sarapan apa hm?" Tanyanya merapihkan rambutku lalu mengusap sisi wajahku lembut, "Aku akan memasak apa yang kau mau."

"A-aku ingin nasi goreng kimchi." Kataku serak hampir kehabisan suara karna terus menggerang namanya semalaman.

"Siap kapten." Katanya lalu mengecup keningku dan beranjak di atas ranjang. Aku segera mengalihkan pandangan karna Jay masih polos tanpa pakaian.

Ia bersenandung kecil sambil memakai pakaiannya, "Bisa jalan?" Tanyanya ketika melihat aku kesusahan bangkit duduk.

Rasanya milikku sakit sekali dan meringgis dengan kedua mata memburam. Perih sekaligus ngilu.

"Hey, you okay?"

Aku menggeleng, "Sakit Jay."

Ia mengusap pinggangku lembut, "Aku akan memanggil dokter. Tunggu sebentar."

Jay segera menghubungi seseorang dan aku hanya memperhatikannya dengan menahan diri agar tidak menangis.

Setelah menghubungi dokter itu Jay pergi ke kamar mandi lalu kembali langsung menggendongku yang tanpa terduga ia memandikanku seperti bayi besar. Kemudian memakaikanku pakaian santaiku.

Aku tak protes. Hanya diam karna takut ada hukuman lainnya lagi.

Sementara ia memasak. Aku duduk diam di meja counter memperhatikannya yang dengan telaten memasak, "Sejak kapan kau bisa memasak?" Tanyaku memecahkan keheningan karna bosan.

"Sejak sekolah dasar." Balasnya singkat yang dengan seriusnya memasak.

Tapi memang harus aku akui Jay memang pintar memasak karna semua masakannya selalu enak. Bahkan sekarang mencium aroma masakannya pun membuatku lapar.

"Ini coba." Ia memberiku satu suapan untuk mencicipi. "Enak?"

Aku mengangguk, "Pas? Tidak keasinan?"

"Pas." Kataku singkat. Ia mengangguk dan mencium bibirku sekilas.

Lalu kembali memasak tanpa beban sementara aku duduk terpekur dengan jantung bertalu.

Setelah ia meniriskan ke satu piring, ia pun duduk di sampingku. "Kenapa cuman satu?" Tanyaku tak terima.

Dia tidak berniat hanya makan sendiri kan?

"Aku suapin." Katanya meniup sesaat satu suapan di sendok kemudian menyodorkannya ke mulutku yang langsung kuterima. Lalu ia memakan satu suapan lainnya. Terus begitu sampai piring pun kosong tak bersisa.

"Kenyang?"

Aku mengangguk dan ia tampak senang membubuhkan ciuman sekilas di keningku. Kami bertapapan sesaat lalu ia kembali menunduk menciumku dengan pangutan halus penuh perasaan membuatku terlena tanpa sadar membalas ciumannya.

Ting Tong

Suara bel pintu aparteman terdengar membuat Jay perlahan melepas ciuman dan segera beranjak membukakan pintu. "Itu pasti Ryujin."

"Ryujin?"

"Dokter yang akan memeriksamu."

Tapi saat Jay membukakan pintu bukan seorang dokter perempuan yang kubayangkan melainkan dokter lelaki tampan mirip koala.

"Junkyu?"

"Hai Jay." Sapa si dokter memeluk Jay sesaat yang sepertinya berteman akrab.

TAPI YANG KUPIKIRKAN SEKARANG BAGAIMANA BISA AKU DI PERIKSA OLEH DOKTER LELAKI?

SLAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang