Jay pernah bilang bahwa aku akan menjadi seseorang yang paling bahagia akan kematiannya. Namun ia salah besar karna saat ini tatkala netraku melihat bagaimana ia merenggang nyawa dengan tubuh penuh simbah darah membuat keseluruhan hatiku remuk redam.
Aku tak bahagia Jay. Sama sekali tidak.
"Jay..."
Kau salah. Aku benar-benar sakit. Rasanya sesak seperti gada besar menghimpit dadaku.
"Jay bertahanlah." Aku menyandarkan tubuh Jay di dinding dan berusaha menahan laju darah yang terus keluar dari perutnya.
"Bella..." Lirihnya menggengam tanganku.
Aku menggeleng keras, "Bertahanlah kumohon..." Aku melepas jaket yang sempat di sampirkan oleh lelaki bernama Taehyung itu tadi untuk menahan laju darah Jay.
"Tunggu Jay." Aku beranjak menuju telepon rumah untuk menghubungi ambulan sebelum lelaki gila bernama Taehyung itu sadar dari pingsannya setelah aku pukul dengan tongkat yang ada di dalam kamar.
Setelah menghubungi ambulan aku segera menghampiri Jay yang menatapku sayu seolah kehidupan miliknya akan berhenti dalam detik ini.
"Jay..." Aku menangis semakin terisak dan memeluknya yang terbatuk darah dengan nafas kian memendek, "Jay bertahanlah, kumohon... jangan pergi."
Ia tersenyum sendu dan menggengam tanganku lagi, "Bella, mianhae.."
"Jangan mengatakan hal itu." Kataku cepat semakin tergugu dan membawa satu tanggannya ya kukecup berulang kali dengan gemetar. "Jangan mengatakan perpisahan Jay."
Demi tuhan aku sungguh tidak ingin kehilangannya. "Aku mencintaimu..." Ucapnya membuatku menatapnya dan terisak lebih keras tatkala melihatnya yang menangis tanpa suara menatapku sendu. "Aku benar-benar mencintaimu Bella."
Ia mengeratkan genggaman dan aku mendekat mempertemukan kembali keningku dengan keningnya, "Aku juga mencintaimu Jay." Kataku dan mencelos sakit yang sulit kujelaskan tatkala melihat kedua mata Jay menutup.
"Jay!!" Aku berteriak memanggilnya keras sampai tenggorokkanku sakit. "Jay!!!" Aku memanggilnya lagi berharap ia membuka mata.
"Jay..." Aku mengusap sisi wajahnya lembut, "Jangan begini. Bangunlah..."
"Jangan pergi..."
"Aku tak sanggup kehilanganmu..."
"Jay..." Aku memeluknya berusaha mencari debaran jantungnya sampai suara derap langkah terdengar mendekat dan saat kulihat asal suara dengan was-was.
"Sunghoon?"
Ia berjalan mendekat dan menatapku redup, "Kau memang pembohong Bella."
"Aku mohon selamatkan Jay, Hoon.. kumohon..."
Ia malah terkekeh kecil dan berjongkok di depanku, "Kau bilang tidak mencintainya." Desisnya menyentak lenganku erat sampai aku meringgis sakit menatapnya penuh sesal.
"Aku mohon selamatkan Jay."
"Bawa dia Hoon." Kata seseorang yang ternyata si lelaki gila bernama Taehyung itu yang sudah sadar membuatku gemetar menggengam tangan Jay erat dengan satu tanganku.
"Araseo hyung." Sunghoon menarik tubuhku kasar dalam satu sentakkan sampai genggamanku pada Jay terlepas. "Lepas! Lepaskan aku!"
Sunghoon tak mendengar perkataanku dan terus menyeretku keluar dari rumah ini. "Aku mohon Sunghoon jangan begini..."
"Kau memang sialan Bella." Geramnya semakin menyeretku keluar dan mendorongku masuk ke dalam mobil sampai suara tembakkan kembali terdengar menyebabkan luka di ulu hati. "Jay..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAVE
Fanfiction"Aku tidak ingin mainanku di sentuh oleh orang lain, kau mengerti Kim?" ⚠️ TRIGGER WARNING - MATURE. DEPICTION OF OBSESSION, RAPE, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE, MANIPULATION, MENTAL ILLNESSES AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE FOR SOME MINOR...