Aku terbangun dan merasakan Jay masih memeluk pinggangku dengan posesifnya. "Lima menit lagi." Gumamnya saat aku mencoba melepaskan pelukannya.
Aku ingin mandi dan memesan makan siang karna sekarang sudah lewat pukul satu siang karna semalaman Jay mengabisiku di atas ranjang ini.
"Diam dulu Kim." Titahnya membuatku tak berkutik dan membiarkannya membalikkan tubuhku menghadap kearahnya yang mirip angry bird.
"Aku tahu aku tampan." Narsisnya. Lalu mengecup bibirku sekilas. Tindakannya itu membuat wajahku memanas dan ia mengusap pipiku lembut yang kemudian memangutku.
Ciumannya lembut membuatku terlena sampai ia berbisik dengan nafas panasnya, "Morning seks terdengar bagus bukan?"
"Ta-tapi ini bukan pagi lagi Jay." Kilahku cepat. Pinggangku masih sakit dan bisa saja kesulitan berjalan, "Aku tidak peduli."
"J-Jayyyy..."
•••••
Jay sedang pergi mengurusi klien kantornya beberapa jam lalu. Aku tentunya senang sekali ia pergi dan membuatku memiliki waktu sendiri.
Walau akhirnya aku hanya berdiam diri di dalam kamar hotel karna ulah Jay tadi membuatku kesulitan berjalan.
Huh... kapan aku bisa terlepas darinya? Aku benar-benar tak sanggup terus melayani mahluk mesum seperti Park Jongseong.
Pintu kamar hotel tetiba saja terketuk membuatku yang asik menonton film pun terkesiap namun dengan tertatih berjalan membuka pintu.
Kupikir pelayan hotel tapi ternyata Sunghoon yang tanpa terduga masuk begitu saja. "Jadi sekarang kau pemuas nafsu lelaki brengsek itu noona?"
Lelaki brengsek?
Panggilan yang kerap Sunghoon katakan membuatku tertampar dengan keras. Apa yang sering di ceritakan tentang lelaki brengsek itu Jay?
"Iya. Dia lelaki yang sering aku ceritakan noona." Katanya seolah mengerti apa yang kupikirkan.
"Sebaiknya noona pergi darinya karna dia bisa saja menghancurkan noona lebih dari ini." Katanya lalu akan beranjak pergi namun aku menahan lengannya yang tampak terkesiap akan perlakuanku.
"Kalau begitu bantu aku Hoon. Bantu aku lepas darinya." Kataku namun ia tak bergeming dan melepas cekalanku begitu saja.
Sunghoon memang begitu. Sulit sekali membuatku mengertinya. Hatinya sekeras batu yang membuatku dulu berusaha keras untuk memilikinya.
"Sunghoon..." Aku memanggilnya lirih namun ia tetap saja berjalan sampai di tikungan koridor membuatku tak bisa melihat presensinya lagi. Pandanganku kian kabur dan aku pun menangis meratapi kepergiannya.
Aku begitu mencintainya, sangat. Sampai rasanya begitu menyesakkan begini.
"Mau sampai kapan menangisi si Park itu?"
Aku berjengkit ntah berapa lama aku menangis di ambang pintu tanpa menyadari presensi Jay yang menatapku tajam seolah ingin mengulitiku. "Kalau ingin menangis jangan di depan pintu begitu. Memalukan."
Ia masuk dengan wajah marah. Melempar asal jas yang ia pakai begitupun dengan dasinya. "Kemari." Titahnya.
Aku pun menurut berusaha menghentikan isak tangisku dan duduk di pangkuannya sesuai perintahnya. "Berhenti menangis."
Aku mengangguk dan sekuat tenaga menghentikan isak tangisku. Jemarinya dengan kasar menghapus air mataku, "Kau hanya boleh menangisiku Kim."
Aku tahu sialan!
"Kau milikku."
Keparat!
Aku terkesiap saat ia mencium pelupuk mataku bergantian tanpa rasa jijik dan tanpa kutahu maksudnya apa. Lalu memelukku membiarkan kepalaku bersandar nyaman di dadanya yang berdetak anomali.
"Kau dengar?" Bisiknya sambil mengusap kepalaku lembut, "Ini hanya bisa seperti ini ketika aku bersamamu Kim."
Apa ini bisa di sebut pernyataan cinta?
Tapi tidak. Manusia seperti Jay mana mungkin memiliki hati.
Ia hanya terobsesi pada tubuhku.
"Ini terakhir kali aku memberimu kesempatan menangisi lelaki lain Bella Kim." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAVE
Fanfiction"Aku tidak ingin mainanku di sentuh oleh orang lain, kau mengerti Kim?" ⚠️ TRIGGER WARNING - MATURE. DEPICTION OF OBSESSION, RAPE, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE, MANIPULATION, MENTAL ILLNESSES AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE FOR SOME MINOR...