Eps. 16

1.4K 160 14
                                    

Crow

------------------

ROAD TO HiGH & LOW

COBRA (Takanori Iwata), NOBORU (Keita Machida), YAMATO (Noboyuki Suzuki)

COBRA (Takanori Iwata), NOBORU (Keita Machida), YAMATO (Noboyuki Suzuki)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***************

HATCHIM!

Hujan bukanlah kodomo, teman baik Kafka Maeda. Tubuhnya menggigil kedinginan tapi thermometer menunjukkan lebih dari 40 derajat. Lapisan kain yang dijadikan selimut sudah membungkusnya macam lemper tapi dia tetap kedinginan. Telinga kirinya juga sudah diperban Murayama walau tak rapih.

PLAK

Kafka meringis saat Murayama menempelkan –menampar dahinya dengan plester penurun panas. Dia tidak bisa membentak Murayama karena membuka mulut saja sangat susah. Dia hanya bisa menatap sayu Murayama yang tengah membaca keterangan obat.

"Ini diminum tiga kali sehari," kata Murayama. Dia menoleh dan melihat Kafka yang berwajah pucat. Lagi-lagi anak itu kesakitan. "Kau menyusahkan bajingan."

"Ya... maaf." Ucapan Kafka teredam masker yang dia gunakan agar Murayama tak ikut terkena flu-nya.

"Kata Furuya kau bertarung dengan Daruma Ikka. Kenapa kau suka sekali terlibat masalah hah?!"

Kafka memejamkan matanya yang terasa berat. Dia sudah tidak bisa menjawab pertanyaan Murayama. Kantuk menyerangnya dan lehernya juga sangat sakit. Rasanya gatal dan ingin digaruk dari dalam. Hanya kalimat, "Maaf.." yang bisa dia ucapkan sebelum jatuh tertidur.

Murayama memperhatikan anak itu yang sudah tertidur akibat efek samping obat. Dia mengacak rambutnya, tak mengerti dengan jalan pikiran Kafka yang sepertinya disukai masalah. "Kau selalu saja membuat kita semua khawatir," gumamnya.

Duel antara Kafka dan Hyuga bisa dikatakan dimenangkan Kafka karena berhasil membuat Hyuga jatuh ke tanah dengan tangan kirinya yang patah. Kafka masih berdiri tegak tapi malah sengaja duduk di samping Hyuga yang berbaring di tanah.

BRUKK

"Hujannya lama sekali redanya," keluh Kafka. Dia menaruh tangannya ke belakang dan kakinya sengaja di luruskan. Dia mengangkat kepalanya dan membiarkan rintikan hujan seperti memijat wajahnya yang sudah tidak bisa dibilang baik-baik saja.

Hyuga yang mendengar keluhan Kafka hanya diam. Dia memejamkan matanya.

Suara hujan mengisi keheningan di antara mereka. Sampai Hyuga membuka mulutnya.

"Ramen Sugoaku bukan?"

"Oh?" Kafka berjengit lalu menatap Hyuga yang memejamkan matanya. "Danna tahu tempatnya? Aku tadi cuma lewat saja tapi aromanya sudah membuat perutku bergejolak."

KAFKA MAEDA [HiGH & LOW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang