Eps. 17

1.2K 161 10
                                    

Learning

-----------------------

Ibu pemilik gedung apartemen tersenyum bangga melihat berandalan yang tinggal di apartemennya tengah membantunya memindahkan barang-barang lama dari kamar apartemen yang akan ditinggali penghuni baru. Penghuni lama tiba-tiba pergi tanpa membayar kamar sewa dan meninggalkan barangnya. Dia mau menyewakan lagi tapi tidak tahu bagaimana menyingkirkan semuanya sampai Kafka menawarkan bantuannya.

"Ini diletakkan dimana lagi, baa-chan?" tanya Kafka ke ibu pemilik apartemen. Dia tengah menenteng kardus berisi pakaian yang masih bisa dipakai juga beberapa bungkus camilan juga kola yang masa kadaluwarsanya akan habis esok hari.

"Letakan saja di dekat tempat sampah Kafka," ucap ibu pemilik apartemen. "Nanti tukang sampah akan mengambilnya."

"Ini sayang kalo dibuang," gumam Kafka. Dia menatap ibu pemilik apartemen. "Aku boleh membawanya?"

"Oh, mau kau apakan itu?"

Kafka tersenyum. "Terimakasih baa-chan." Lalu membungkukan badan dan pergi begitu saja. Sedangkan ibu pemilik apartemen cuma bisa menghela napas akan tingkahnya.

"Dasar..." keluh ibu pemilik apartemen

Kaki Kafka yang berbalut sandal jepit yang dia ambil dari hotel di Bandung saat dia menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba matematika selama dua hari di sana berhenti di distrik Rude Boys, Nameless Street*. Kafka tersenyum lebar ketika melihat anggota Rude Boys sudah datang mengawasinya dari atas.

"Yo, lama tak bertemu!" sapa Kafka pada seluruh anggota Rude Boys. Dia melemparkan sekaleng kola pada anggota Rude Boys memakai headband. "Ijin masuk ya."

P menangkap lemparan kaleng kola. Dia melirik Takeshi yang mengangkat bahunya. Mereka berdua tidak tahu harus mengijinkan atau tidak tapi anak itu langsung melenggang masuk setelah membungkukan badannya.

"Smoky tidak marah kan?" tanya P

"Sepertinya tidak." Takeshi melirik minuman kaleng di tangan P. "Itu terlihat enak."

P menatap kaleng soda di tangannya. Dia pun membukanya dan merasakan minumannya. "Woah!" dia terpukau akan rasa soda dan membaginya pada anggota Rude Boys yang lain.

Kafka semakin melenggang masuk ke Nameless Street. Dia sesekali berhenti untuk membagikan camilan ke warga sekitar juga pakaian yang pas untuk mereka. Anak-anak kecil juga langsung menggerubunginya ketika Kafka membagikan permen termasuk Lili yang bahagia akan kedatangan Kafka.

"Permennya tidak cukup. Jadi satu permen untuk berdua, saling berbagi oke?"

"SIAP!" seru anak-anak kecil dan mematuhi perkataan Kafka

Kafka pun menolong seorang wanita tua dengan tubuh membungkuk. Dia menggendongnya di depan lalu mendudukannya hati-hati di sebuah kursi. Dia juga memijat sedikit kaki wanita tua itu yang dihadiahi elusan di kepalanya.

"Terimakasih, Kafka."

"Tak usah sungkan."

Lala memperhatikan bagaimana Kafka sama sekali tidak risih dengan keadaan Nameless Street yang sangat kumuh, kotor dan tak layak dihuni seolah anak itu telah terbiasa dengan semuanya. Bahkan dia tak segan-segan duduk di tanah kotor demi Lili duduk di pangkuannya.

"Lala onee-chan!" pekik Lili ketika melihatnya

Kafka menoleh ke adik Smoky yang sendari tadi memperhatikannya. Dia tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Hai," sapanya ramah. "Ngomong-ngomong ada yang tahu dimana danna?"

KAFKA MAEDA [HiGH & LOW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang