Cooking
----------------------------
Meski berandalan, walau dicap dengan reputasi buruk tapi anak-anak di SMA Oya tetap mempertahankan nilai akademis mereka. Itu diharuskan agar mereka bisa bertahan di dunia yang sangat kejam. Ada satu hari dalam sebulan dimana anak-anak SMA Oya duduk tenang di kursi dengan tangan berkutat dengan pensil yang biasanya selalu menonjok orang sana-sini.
Mereka tengah mengikuti sebuah ujian seperti anak SMA biasanya. Termasuk Kafka yang cukup terkejut dengan fenomena ini tapi berusaha untuk mengikutinya.
Ini bukan ujian anak SMA woy!
Kafka membatin capek dengan soal yang diberikan. Rata-rata isinya mengenai soal anak kuliahan kalau di Indonesia. Kafka pernah sekali mengerjakannya karena paksaan guru sejarah tapi setelah selesai dia langsung mual. Ditambah pertanyaannya menggunakan huruf kanji!
Gila, otaknya resign saat itu juga.
"Pst! Kafka!"
Murayama berbisik memanggil Kafka yang sepertinya kepalanya sudah dipenuhi asap. Wajah menderita Kafka hampir saja membuat Murayama tertawa tapi dia tahan.
"Kabur yuk."
"Ndasmu kabur! Ini pertaruhan nilai gue goblok. Kalau beasiswa gue dicabut, gue balik ke Indonesianya gimana bangsat. Dikira gue bisa teleport kali anjing."
Murayama mengerutkan dahinya melihat Kafka tengah berdumel sesuatu yang tidak dia mengerti. Dia hendak memanggilnya lagi tapi Kafka langsung membuang muka.
BRAK!
Semua mata langsung tertuju ke Kafka yang membuat kegaduhan. Wajah kusut Kafka membuat semuanya sama seperti Murayama, menahan tawanya.
"Saya sudah selesai, sensei. Saya ijin keluar."
Guru yang menjadi pengawas hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah murid baru. Dia berjalan menuju meja Kafka yang baru saja digebrak itu. Kacamata yang dia gunakan sampai diturunkan ketika melihat jawaban Kafka.
"Anak itu sangat jenius..." gumamnya tak percaya.
Kafka menendang kaleng kosong dan masuk tepat sasaran ke tempat sampah. Sumpah, dia benar-benar pusing sekali. Rambutnya yang sudah acak-acakan semakin semrawut. Ponselnya bergetar dan melihat nama Cobra tertera di layar ponsel.
Ngomong-ngomong, ponsel ini pemberian Cobra. Hubungan mereka menjadi semakin dekat. Kadang jika Murayama mengijinkan, Kafka akan berkunjung ke Sannoh Rengokai bertemu Cobra dan lainnya. Hanya sekedar berkunjung lalu diajak makan di restoran Naomi –teman masa kecil Cobra dan Yamato. Pernah Dan mengajak Kafka ke bar Odake yang langsung ditatap tajam Cobra.
Mau Kafka senakal apapun, dia tetap anak di bawah umur.
Tapi sepertinya tatapan tajam Cobra tak berpengaruh pada nenek tua –kata Yamato padahal dia ibunya sendiri– untuk membawa Kafka ke tempat judi. Di sana wanita yang pernah menjabat sebagai ketua geng wanita di wilayah Sannoh Rengokai mengajari cara berjudi dengan mesin pachinko. Sayangnya wanita itu tidak pernah menang tapi ketika Kafka mencobanya langsung jackpot!
Uang langsung mengalir dari mesin pachinko tanpa henti seperti tengah menguras habis isinya. Ibunya Yamato tertawa terbahak-bahak, pengaruh alkolhol juga dan memuji tangan Tuhan Kafka dan hendak mengajak Kafka ke mesin pachinko lainnya sebelum Cobra menarik Kafka dan Yamato menceramahi Ibunya agar tak lagi membawa adik Cobra.
"Urusai na.. aku harus terus mengajak bocah itu. Dewasa nanti jika dia tidak mau masuk geng dia akan menjadi Dewa Judi!" ucap Ibunya Yamato tak peduli

KAMU SEDANG MEMBACA
KAFKA MAEDA [HiGH & LOW]
Fanfiction⚠️⚠️ WARNING! ⚠️⚠️ DILARANG MENJIPLAK/MEMPLAGIAT. TIDAK SAMA DENGAN SERIESNYA MAUPUN FILMNYA 100% NOT BL!! 'Murid baru dari Indonesia? Apa hubungannya dengan ketua Sannoh Rengokai?'