Happy Reading..........
Maaf typo. 🍑🌹
~~~~~~~~~~~~
"Papa papa papa"
Mario melirik Juna yang berjalan kearahnya sambil tersenyum lebar. "Ngapain kamu? Bukannya kerja kelompok sama yang lain malah melipir kesini"
"Yeee orang mau nanya juga. Tau cara nomer enam yang ini nggak pa? Susah, otak Juan sampai kayang mikirnya"
Mario memperhatikan soal yang ditunjuk Juan lalu mengangguk. "Hm tau"
"Kerjain kalau gitu–" Juan terkekeh hanbar saat papanya menatap dirinya datar. "–Becanda bos"
Setelah mendapatkan jawaban dan otaknya menyerap penjelasan dari sang papa Juan berjalan ke kamarnya dengan bersenandung kecil. Mudah juga ternyata setelah tahu cara yang tepat.
"Nih, ternyata gampang anjrit tapi kenapa tadi muter muter nggak jelas ngerjainnya" Juan meletakkan bukunya di karpet dan duduk dengan helaan nafas lega.
"Cc otak lo kurang berarti"
Juan melirik Asta yang menatap langit langit kamarnya kemudian melempar pria itu dengan kaleng kosong.
Twang
"Enak Ta?" Yudis tertawa lepas kemudian menyodorkan snack yang dia pegang kepada Asta.
"P3k lah anjeng!" sungut Asta sambil mengelus pelipisnya. Sakit juga ternyata.
"Udah nih–" Damar meletakkan bukunya si samping Asta yang malah memejamkan mata. "–Heh!"
"Foto aja Mar–" Asta mendudukkan tubuhnya kemudian menatap Juan. "–Tante Syana masak nggak Ju?"
"Nggak masak. Berasnya abis"
"Penipu!" Yudis mulai mencatat jawaban dari buku Damar. Sejak berteman dengan Damar otaknya lebih lancar daripada mendengar penjelasan dari guru langsung.
Cklek
"Udah belum ngerjainnya? Ayo makan dulu tante udah masak itu"
"Tante tante si Juan tukang kibul. Masa katanya berasnya abis padahal kan Asta laper" adu Asta dengan wajah memelas. Kapan lagi dia makan masakan tante cantiknya jika bukan sekarang.
"Nggak usah dengerin si Juan. Ayo turun" seru Syana lalu pergi terlebih dahulu.
"Rejeki nggak boleh ditolak" Damar menggerakkan badanya ke kanan ke kiri lalu menghela nafas lega. Jika bukan demi masa depannya yang cerah mana sudi dia menatap deretan rumus rumus yang memusingkan.
"Nggak usah caper ya lo sama nyokap gue!" tunjuk Juan dengan tajam kepada Asta. Pria itu selalu bersikap manis jika berbincang dengan mamanya. Cari muka sekali.
"Dih, suka suka lah. Siapa suruh punya nyokap cantik nan rupawan"
"Heh anjing!"
"Ayo turun~~" Yudis menutup bukunya dan berjalan keluar kamar mengikuti Damar. Perutnya sudah lapar dan dia tidak peduli dengan Asta yang mungkin nanti akan dilempar gitar oleh Juan.
Asta berjalan ke meja makan setelah sedikit adu gulat dengan Juan. Dia menatap kedua temannya yang sudah makan dengan tenang kemudian beralih ke Mario.
"Om Yo, Asta boleh nggak jadi anaknya om?"
Syana yang mendengar celetuk Asta hanya menggeleng kemudian melirik anaknya yang mengacuhkan ucapan Asta. "Kalau tante sih ayo ayo aja"
"Yes!"
"Yas yes yas yes. Lo jadi temen aja nyusahin gimana nanti kalau jadi sodara? Dipikir coba" ucap Juan sambil melahap makanannya dengan tidak santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA JUAN (HIATUS!)
Teen FictionHIATUS!! Arjuan tidak menyangka jika pertemuannya dengan wanita yang dia kira gadis lajang membuatnya pusing tujuh keliling karena dua anak kembar yang memanggilnya papa. Hei, dirinya masih remaja yang duduk di bangku SMA. Kenapa bisa si kembar itu...