Happy Reading..............
Maaf typo. 🍑🌹
~~~~~~~~~~~~~~~
"Anjing!"
Juan mengubah posisinya menjadi terlentang dengan helaan nafas kasar. Fikiran nya teringat tentang kejadian kemarin dimana dia tertidur berpelukan bersama Anna di kasur.
"Gila nih gue"
Sleep walking? Tapi dari dulu dia tidak pernah mengalami hal tersebut. Dia tipikal orang yang tenang jika tertidur.
Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah mata Anna yang terlihat sembab. Tidak mungkin kan jika dirinya melakukan hal yang tidak tidak kepada wanita itu.
"Ya kali gue nge gampar dia waktu nggak sadar"
Juan mengurut pangkal hidung kemudian duduk sembari mengambil ponselnya. Dia mengernyit saat mendapati panggilan tak terjawab dari Damar. Mungkin penting jadi dia memutuskan untuk menelpon balik temannya itu.
"Halo"
"Kesini tolol. Ditelponin dari tadi juga nggak diangkat angkat kemana aja lo?"
Juan berdecak mendengar penuturan Asta. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi.
"Bobo siang gue. Kesini mana maksud lo?"
"Bobo siang biji pria mu. Warung mbak Nami cepetan!"
Juan memasukan ponselnya ke saku celana Setelah Asta memutuskan panggilan secara sepihak. Dia menatap cermin di depannya lalu membasuh wajahnya berkali kali.
"Masih punya muka kan gue buat ketemu Anna?"
"Menurutmu?"
Juan menoleh ke belakang dengan cepat. Tidak ada siap siapa padahal tadi suaranya cukup jelas.
"Mencariku heh?"
Juan menatap kembali kearah cermin dan langsung melotot sambil mundur beberapa langkah saat mendapati pantulan dirinya di kaca yang terlihat berbeda.
"Kacanya ngelag" gumamnya sambil melambaikan kedua tangannya keatas. Pantulan dirinya di kaca cermin bahkan tidak bergerak sedikit pun.
"Bodoh. Kenapa bisa Anna bertemu dengan orang bodoh sepertimu"
"Lo, hantu ya?"
Juan mendekat kearah cermin dan mengamati pantulan dirinya yang berekspresi datar. Jika hantu di depannya ini tahu nama Anna bisa jadi itu adalah arwah Vandres.
"Konyol sekali wajahmu–" Vandres menatap datar Juan yang mengernyit tak suka. "–Juan"
"Apasih bang? Kenapa tiba tiba muncul untung gue bukan penakut orangnya" ujarnya dengan wajah angkuh walaupun jantungnya sedari tadi berdetak tak karuan karena ini adalah interaksi pertamanya dengan hantu.
"Hanya memastikan jika kamu itu orang yang baik"
"Yaelah, emang muka gue–" Juan menatap pantulannya di cermin yang kembali seperti semula kemudian berdecak kesal. "–Ah anjing. Nggak tau apa ya kalau jantung gue mau copot rasanya. Setan freak!"
Duk
Juan menutup mulutnya dan mengambil botol sampo yang tiba tiba terjatuh. "No dude. I'm just kidding, no war oke"
Juan menuruni tangga setelah adegan dikamar mandi tadi. Ponselnya berisik, pasti Asta mengirimi berbagai pesan umpatan yang tidak jelas.
"Ma, Juan mau ke warungnya mbak Nami"
"Sini bentar–" Syana memasukan sekotak donat ke plastik dan menyerahkannya kepada Juan. "–Bawa ini, mama tadi bikin banyak"
"Makasih mama sayang–" Juan mencium tangan Syana dan bergegas ke depan sambil melirik plastik yang dia pegang. "–Lumayan"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA JUAN (HIATUS!)
Teen FictionHIATUS!! Arjuan tidak menyangka jika pertemuannya dengan wanita yang dia kira gadis lajang membuatnya pusing tujuh keliling karena dua anak kembar yang memanggilnya papa. Hei, dirinya masih remaja yang duduk di bangku SMA. Kenapa bisa si kembar itu...